Standard Post with Image
wonosobo terkini

Keluhan Warga Terkait Pembangunan Bangunan Liar di Sepandan Saluran Air Wangan Aji di Wonosobo

Wonosobonews.com - Masifnya pembangunan bangunan liar di sepanjang saluran air Wangan Aji mulai menimbulkan keluhan dari warga sekitar. Pembangunan yang diduga mencaplok sebagian lahan warga ini sudah menyebabkan puluhan bangunan liar berdiri di lahan yang seharusnya bebas bangunan.

Salah satu yang paling terdampak adalah M. Amri Yahya, pemilik lahan seluas 2.000 meter persegi di Kelurahan Kalianget, Kecamatan Wonosobo. Separuh dari lahan miliknya kini tertutup oleh bangunan liar, yang menghalangi akses ke bagian depan lahannya yang terletak di pinggir jalan sepanjang 200 meter.

“Lahan saya satu-satunya yang milik pribadi di kawasan itu. Sebelah selatan adalah lahan bekas hotel milik perusahaan, dan di utara ada tanah milik perusahaan lain, serta Perumahan Graha Sultan. Tapi, hanya saya yang paling dirugikan karena separo lahan saya terpakai oleh bangunan liar,” ujar Amri.

Ia menyatakan bahwa bangunan liar tersebut didirikan oleh kelompok tertentu yang diduga mendapat dukungan dari pihak berpengaruh, namun identitas pelaku pembangunan sulit diketahui.

“Yang membangun lebih dari 20 orang. Saya sudah coba mencari tahu siapa yang bertanggung jawab, tapi mereka saling lempar jawaban,” tambahnya.

Lebih mengejutkan lagi, pembangunan bangunan liar ini terus berlanjut meskipun tidak memiliki izin. Bahkan, menurut informasi yang diterimanya, bangunan tersebut sudah ada pembelinya, meskipun proses pembangunannya baru mencapai 30 persen.

Amri mengatakan bahwa ia sudah melaporkan masalah ini sejak tahap awal pembangunan, namun tidak ada tindakan yang diambil. “Laporan saya sudah sejak progres pembangunan masih nol persen, tapi tidak ada tindakan. Kalau begini terus, nanti kalau sudah jadi, makin sulit untuk dibereskan,” keluhnya.

Berbagai upaya telah dilakukan Amri untuk melaporkan pembangunan liar ini ke pihak berwenang, mulai dari RT, RW, kelurahan, kecamatan, hingga DPUPR dan Satpol PP. Namun, semua laporan berakhir tanpa solusi.

“RT dan RW bilang tidak berani menangani, dan melimpahkan ke pihak yang lebih tinggi. DPUPR juga menyatakan tidak punya kekuatan karena pihak yang membangun punya dukungan. Mereka malah menyarankan saya ke Satpol PP,” katanya.

Namun, upaya menemui Satpol PP juga tidak membuahkan hasil. Amri berharap pemerintah segera mengambil tindakan sebelum bangunan liar itu benar-benar selesai.

“Kalau dibiarkan terus, nanti bangunan itu jadi, dijual, dan makin susah ditangani. Padahal, masalah ini lebih mudah diselesaikan sekarang saat pembangunannya baru 30 persen,” tegasnya.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

713 Mahasiswa UMP Laksanakan KKN 2025 di Kabupaten Wonosobo Fokus Pada Pemberdayaan Masyarakat

Wonosobonews.com - Sebanyak 713 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2025 di Kabupaten Wonosobo. Mereka terbagi dalam 58 kelompok yang ditempatkan di 55 desa dari tiga kecamatan, yaitu Sukoharjo, Kaliwiro, dan Wadaslintang.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UMP, Prof. Dr. Sri Wahyuni, S.E., M.Si., menjelaskan bahwa KKN 2025 ini mengusung pendekatan interdisipliner, di mana mahasiswa dari berbagai program studi bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di masyarakat.

“Beberapa fokus diantaranya, penanggulangan kemiskinan ekstrem, pengurangan jumlah anak tidak sekolah (ATS), dan penurunan prevalensi stunting,” kata Sri Wahyuni.

Selain itu, mahasiswa juga akan berkontribusi dalam pengembangan potensi wisata di beberapa desa dan meningkatkan sanitasi lingkungan di desa yang membutuhkan. Salah satu lokasi prioritas KKN adalah Desa Selomanik, yang ditargetkan menjadi "Kampung Berkemajuan" pada 2027.

Di desa ini, UMP menempatkan empat kelompok mahasiswa untuk bekerja sama dengan ranting Muhammadiyah dalam mengembangkan berbagai program pemberdayaan. KKN ini juga bertujuan untuk menciptakan solusi jangka panjang melalui pembangunan berkelanjutan.

Sri Wahyuni menambahkan bahwa dalam melaksanakan program ini, pihaknya bekerja sama dengan berbagai mitra seperti pemerintah desa, puskesmas, dan lembaga pendidikan untuk memastikan dampak yang berkelanjutan.

“Di Desa Selomanik, mahasiswa bekerja sama dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat, Lazismu, dan MDMC,” ujar Sri Wahyuni.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Penyerahan Silsilah Kehormatan Ki Ageng Wonosobo di Juguran Budaya 2024

Wonsobonews.com - Silsilah Kehormatan Ki Ageng Wonosobo resmi diserahkan oleh Pangeran Ratu Jayakarta IX, RB Abi Munawir Al Madani Mertakusuma, kepada Juru Kunci Makam Ki Ageng Wonosobo pada Jumat, 6 Desember 2024. Acara ini berlangsung di sela-sela 'Juguran Budaya Wonosobo 2024' di Desa Plobangan, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Pangeran Ratu Jayakarta IX menjelaskan bahwa silsilah ini merupakan hasil penelitian keluarga yang dilakukan sejak 2020. Penelitian ini berdasarkan salah satu pusaka Jayakarta, Kitab Al Fatawi Jayakarta, yang mencatat Ki Ageng Wonosobo sebagai sosok bernama lain Raden Dukuh atau Pangeran Wanasabah.

“Saya berharap silsilah ini dapat memperkuat pemahaman tentang sejarah beliau, yang selama ini sudah tercatat dalam Babad Tanah Jawi. Kami juga telah memasang informasi ini di Ruang Tamu Ki Ageng Wonosobo sebagai bagian dari pelestarian budaya,” ujar Pangeran Ratu Jayakarta IX.

Ia juga berharap acara Juguran Budaya Wonosobo tahun berikutnya dapat lebih besar dengan melibatkan raja dan sultan dari seluruh Nusantara, bahkan negara tetangga.

Sesepuh Pinisepuh Makam Ki Ageng Wonosobo, Hadi, menekankan pentingnya melestarikan sejarah besar Ki Ageng Wonosobo. “Berdasarkan silsilah, beliau memiliki gelar kerajaan masa lalu, yaitu Raden Dukuh atau Pangeran Wanasabah. Melestarikan tradisi adalah tanggung jawab kita bersama,” jelasnya.

Juru Kunci Makam Ki Ageng Wonosobo, Supono, menyampaikan apresiasinya terhadap acara ini. Ia menyoroti bahwa ini adalah momen bersejarah karena Raja dan Sultan Nusantara bersama-sama berziarah ke Makam Ki Ageng Wonosobo untuk pertama kalinya.

Supono juga menceritakan pengalaman Raja Aceh yang terakhir kali berziarah ke makam sekitar 40 tahun lalu. “Beliau sangat terkesan karena makam ini kini jauh lebih terawat dibandingkan sebelumnya,” ujarnya.

'Juguran Budaya Wonosobo 2024' menjadi momentum penting untuk mengenalkan dan melestarikan nilai-nilai sejarah serta budaya Wonosobo. Penyerahan Silsilah Kehormatan Ki Ageng Wonosobo tidak hanya menjadi simbol penghormatan, tetapi juga pengingat pentingnya menjaga identitas sejarah di tengah modernisasi.

Ke depan, panitia diharapkan dapat terus menghadirkan acara serupa untuk memperkuat kebanggaan masyarakat terhadap warisan leluhur mereka.

 

Standard Post with Image
Bisnis

Wonosobo Dorong Kemajuan Ekonomi Kreatif Melalui Creative Preneur 2024 Festival

Wonosobonews.com - Pemerintah Kabupaten Wonosobo terus mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif melalui Creative Preneur 2024 Festival. Acara ini berlangsung selama dua hari di Gerbang Mandala Wisata Mendolo dan dibuka langsung oleh Wakil Bupati Wonosobo, Muhammad Albar.

Agus Wibowo, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, menjelaskan bahwa festival ini merupakan bagian dari mata rantai ketiga pengembangan ekonomi kreatif, yaitu eksebisi atau ruang promosi.

“Pada rantai ketiga pengembangan ekraf adalah rantai eksebisi atau ruang pamer atau promosi seperti yang dilakukan pada event ini,” ungkap Agus.

Festival ini mengusung tema "Nyawang, Nyandang, dan Nyam Nyam", yang menampilkan berbagai potensi ekonomi kreatif di Wonosobo, mulai dari seni pertunjukan, workshop produk fashion dan kerajinan, hingga sajian kuliner khas daerah.

Sebanyak 22 komunitas kreatif turut berpartisipasi, menaungi hampir 300 pelaku ekonomi kreatif di Wonosobo. Mereka berasal dari 10 subsektor ekonomi kreatif, termasuk kuliner, seni pertunjukan, fotografi, seni rupa, kraft, fashion, film, musik, desain produk, dan animasi.

“Tentunya event ini diharapkan mampu mendorong semangat bagi teman teman pelaku kreatif untuk terus berkarya dan menjadi ruang ekspresi, promosi dan interaksi bagi insan kreatif, lebih lebih Kabupaten Wonosobo sudah ditetapkan sebagai Kabupaten Kreatif oleh Menteri Parekraf pada tahun 2021 lalu,” tambah Agus.

Ia juga menekankan bahwa sejak tahun 2021, Wonosobo telah ditetapkan sebagai Kabupaten Kreatif oleh Menteri Parekraf, sehingga pengembangan ekonomi kreatif menjadi prioritas utama.

Wakil Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan festival ini. Ia bangga dengan potensi kreatif yang dimiliki masyarakat Wonosobo, terutama anak muda yang berperan penting dalam masa depan ekonomi daerah.

“Tentu saya sangat bangga melihat potensi yang ada dan itu harus menjadi konsen kita di masa-masa yang akan datang untuk lebih memperhatikan peran anak-anak muda untuk terlibat secara langsung di dunia ekonomi. Karena mereka yang akan meneruskan masa depan Wonosobo,” ujar Albar.

Ia juga menekankan perlunya sinergi antara pelaku ekonomi kreatif, pemerintah, dunia usaha, BUMD, dan BUMN untuk mendukung kemajuan sektor ini.

“Potensi-potensi itu harus dimatchkan oleh berbagai pihak, oleh pelaku sendiri, oleh pemerintah, oleh dunia swasta, oleh BUMD, BUMN, semuanya hadir di situ memberikan solusi-solusi agar bisa lebih sukses,” tutupnya.

 

Standard Post with Image
Teknologi

Penguatan Identitas Desa Kapencar Wonosobo dengan Mendorong Inovasi Digital Berkelanjutan

Wonosobonews.com - Tim Pengabdian Universitas Negeri Semarang (UNNES) baru-baru ini mengadakan workshop dan pelatihan di Desa Kapencar, Kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini bertema penguatan Desa wisata melalui inovasi digital untuk meningkatkan citra Desa.

Program ini dimulai dengan riset lapangan bekerja sama dengan Mankhu's Research. Dari riset tersebut ditemukan bahwa "Watu Layang" merupakan simbol keberagaman dan keharmonisan di Desa Kapencar. Simbol ini mencerminkan pluralisme agama dan budaya lokal.

“Watu Layang merupakan identitas kultural di mana semua elemen masyarakat sering melakukan tradisi bersama,” kata Harto Wicaksono, Ketua Tim Pengabdian UNNES.

Ia menjelaskan lebih lanjut, “Simbol Watu Layang ini menggambarkan kerukunan masyarakat Kapencar yang harmonis dalam kehidupan sehari-hari.”

Penemuan ini juga dihubungkan dengan konsep totem, yaitu simbol spiritual dan kultural yang ada di berbagai kelompok budaya. “Watu Layang, memiliki fungsi sebagai simbol keberagaman yang diintegrasikan dalam konsep totem untuk merepresentasikan nilai-nilai spiritual dan harmoni Desa Kepencar,” tambahnya.

Desa Kapencar sendiri telah ditetapkan sebagai Desa Pancasila oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2018. Namun, referensi penguat tentang Desa sebagai simbol pluralisme masih terbatas, sehingga diperlukan inovasi untuk meningkatkan popularitasnya, terutama di era digital.

Sebagai tindak lanjut, Tim Pengabdian UNNES menciptakan video animasi berjudul "Watu Layang: Simbol Keberagaman dan Keharmonisan Desa Kapencar Wonosobo" sebagai bagian dari branding Desa Pancasila.

“Video ini diharapkan dapat menjadi media untuk memperkuat identitas Desa Kapencar sebagai Desa Pancasila, selain itu juga turut mempromosikan nilai-nilai pluralisme dan kerukunan antarumat beragama,” ujar Wildan, anggota tim UNNES.

Selain itu, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan teknologi tepat guna yang melibatkan perangkat Desa, tokoh agama, dan masyarakat setempat. Pelatihan ini bertujuan agar Desa Kapencar dapat mengelola branding digital secara mandiri dan berkelanjutan.

Antusiasme peserta pelatihan terlihat sangat tinggi. Diskusi berlangsung aktif, menunjukkan komitmen masyarakat untuk menjaga dan mengembangkan nilai-nilai pluralisme dan kerukunan.

Masyarakat juga berharap agar UNNES terus mendampingi Desa Kapencar. “Harapannya Desa kami tidak hanya dikenal dengan kerukunannya saja tetapi juga dengan kearifan lokal yang masih dijaga oleh masyarakat,” ujar Hardi, Kepala Desa Kapencar.