Standard Post with Image
kuliner

Potensi Wellness Tourism Wonosobo, Purwaceng, Ramuan Khas untuk Vitalitas dan Kesehatan

Wonosobonews.com - Indonesia kini mengembangkan wellness tourism, dan Wonosobo menjadi salah satu daerah dengan potensi besar di bidang ini. Kaya akan sumber daya alam dan tradisi pengobatan herbal, Wonosobo menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan, terutama melalui pemanfaatan tanaman khas seperti purwaceng.

Pemandian air panas Kalianget, yang mengandung belerang, telah lama dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit kulit. Namun, daya tarik utama wellness tourism di Wonosobo adalah purwaceng, tanaman herbal yang tumbuh di dataran tinggi Dieng. Minuman dari akar dan daun purwaceng telah dikenal luas sebagai ramuan tradisional yang berkhasiat meningkatkan stamina dan vitalitas pria.

Abdul Hamid, peramu purwaceng di Jalan Sabuk Alu Wonosobo, menjelaskan bahwa tanaman ini secara turun-temurun dimanfaatkan sebagai afrodisiak alami. "Nenek moyang kita secara turun-temurun telah memanfaatkan tanaman ini sebagai obat penambah stamina bagi pria atau secara medik disebut afrodisiak," katanya.

Wisatawan yang mengunjungi Dieng sering berburu minuman purwaceng dalam berbagai bentuk, mulai dari kopi, susu, hingga kapsul. Kopi purwaceng menjadi favorit, dengan rasa unik pahit-manis yang meninggalkan kesan hangat di tubuh. Selain itu, kandungan purwaceng diyakini memiliki manfaat kesehatan yang luas, termasuk sebagai analgesik, antipiretik, dan antikanker.

Menurut Mono Raharjo BSc, peneliti di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BPTRO) Kementerian Pertanian RI, purwaceng mengandung hormon testosteron yang meningkatkan jumlah spermatozoid, serta beragam mineral seperti kalsium, magnesium, dan fosfor. "Purwaceng mengandung banyak hormon testosteron yang bisa memperbanyak jumlah spermatozoid," ungkapnya.

Pengolahan purwaceng dilakukan dengan cara tradisional. Akar tanaman ini dikeringkan, direbus, dan airnya diminum. Serbuk purwaceng dapat diseduh menjadi kopi atau susu, sementara kapsul purwaceng menjadi alternatif praktis. “Sementara purwaceng dalam bentuk kapsul, diminum dua kali sehari pagi dan sore. Jika rutin mengonsumi minuman ini diyakini stamina tubuh akan terus membaik dan gairah seks akan meningkat,” tambah Abdul Hamid.

Di kawasan Dieng, tanaman purwaceng tumbuh subur di lereng Gunung Prau dan Gunung Pakuwojo. Awalnya dianggap sebagai tanaman liar yang tidak berguna, purwaceng kini menjadi komoditas unggulan. Banyak petani di Dieng yang mulai membudidayakan tanaman ini untuk memenuhi permintaan pasar, baik lokal maupun nasional.

Pengalaman wisata wellness di Wonosobo tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, tetapi juga memperkenalkan wisatawan pada kearifan lokal. Dengan khasiatnya yang luar biasa, purwaceng menjadi simbol kekayaan alam dan tradisi herbal Indonesia yang patut dilestarikan.

Standard Post with Image
kuliner

Soto Ayam Semarang Pak Lis Kini Hadir di Lokasi Baru, Lebih Nyaman di Bugangan Wonosobo

Wonosobonews.com - Kabar baik untuk para pencinta kuliner, terutama penggemar Soto Ayam Semarang Pak Lis! Kini, Soto Ayam Semarang Pak Lis telah pindah ke lokasi baru yang lebih luas dan nyaman di Bugangan, Wonosobo. Berjarak sekitar 200 meter dari lokasi sebelumnya di dekat bundaran Bugangan, Kalianget, Wonosobo, tempat ini menawarkan suasana yang lebih lega bagi para pelanggan.

Keunggulan utama lokasi baru ini adalah area parkir yang lebih luas dan mudah diakses, sehingga pengunjung yang datang, baik sendiri maupun berkelompok, bisa merasa lebih nyaman. Sebagai salah satu kuliner favorit di Wonosobo, Soto Ayam Semarang Pak Lis kini semakin memperhatikan kenyamanan pelanggannya.

Meski berpindah lokasi, Soto Ayam Semarang Pak Lis tetap mempertahankan cita rasa khas yang terkenal gurih dan segar. Soto ini disajikan dengan kuah bening yang kaya rasa, potongan ayam empuk, serta taburan bawang goreng dan seledri yang membuat aromanya semakin menggoda. Pelanggan juga dapat menyesuaikan tingkat kepedasan sesuai selera, menjadikan soto ini cocok bagi pencinta pedas maupun yang suka rasa ringan.

Soto Ayam Semarang Pak Lis pas dinikmati sebagai sarapan pagi atau makan siang. Hidangan lezat ini tak hanya mengenyangkan, tetapi juga menawarkan kesegaran dan kenikmatan yang sempurna untuk dinikmati bersama keluarga atau teman.  

Kini, saatnya Anda mengunjungi lokasi baru Soto Ayam Semarang Pak Lis di Bugangan, Wonosobo. Jangan lewatkan kesempatan mencicipi kembali kelezatan soto favorit yang kini hadir di tempat lebih nyaman dan strategis ini. Mari dukung kuliner lokal yang terus berkembang dan nikmati sensasi soto ayam yang tak ada duanya!

 

Standard Post with Image
kuliner

Wonosobo Hadirkan Sensasi Mie Ongklok, Pasta Jawa yang Mendunia

Wonosobonews.com - Selain pesona alamnya yang memesona, Wonosobo juga menawarkan pengalaman kuliner khas yang sulit ditemukan di tempat lain. Salah satu hidangan legendaris yang mampu menarik perhatian wisatawan adalah Pasta Jawa Tradisional, atau lebih dikenal sebagai Mie Ongklok.

Desta Hatmoko Adi, seorang warga asli Wonosobo, melihat potensi besar dalam meningkatnya kunjungan wisatawan ke kotanya. Pada tahun 2015, ia memulai bisnis kuliner Mie Ongklok Mas Desta, menjadikan Mie Ongklok sebagai primadona hidangan lokal yang dibalut dengan inovasi. Secara historis, Mie Ongklok adalah hasil akulturasi budaya Tiong Hoa dan masyarakat Wonosobo, menjadikannya hidangan yang tak lekang oleh waktu.

Seperti halnya pasta, Mie Ongklok ini hadir dengan tekstur mie pipih yang dipadu dengan kuah kental beraroma udang. Sajian ini semakin khas dengan pendamping seperti sate dan tempe kemul, yang menambah cita rasa unik kuliner Jawa ini.

Desta terus berinovasi untuk memperluas akses hidangan ini ke berbagai kalangan. Ia menciptakan mie ongklok instan agar penggemar kuliner Wonosobo ini bisa menikmatinya dengan lebih mudah, terutama karena hidangan ini biasanya hanya tersedia untuk disantap langsung di tempat. "Karena mie ongklok aslinya kan hanya bisa makan di tempat gitu enggak bisa dibawa pulang," jelas Desta dalam wawancara pada Rabu, 30 Oktober 2024.

Tidak hanya bisnis, Desta mengungkapkan tujuan lebih besar dalam perjalanannya. “Bagaimana bisnis saya ini bisa bermanfaat gitu, manfaat buat saya sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar, masyarakat gitu,” tambahnya. “Dan dari awal juga ingin mengenalkan mie ongklok instan ini ke dunia lah bahwa di Wonosobo ini di kota dingin ini ada kuliner yang legendaris dan unik, layak dicoba.”

Berkat modal awal sebesar Rp350.000, bisnis ini kini berhasil meraih omzet hingga Rp50 juta hingga Rp200 juta per bulan, serta membuka lapangan kerja bagi 20 orang. Prestasi Desta juga mendapatkan apresiasi, dengan dianugerahi Satu Indonesia Award dari Astra pada tahun 2018.

Rencana Desta ke depan semakin mengukuhkan ambisinya dalam mengenalkan Mie Ongklok kepada masyarakat luas. Ia akan membuka factory outlet khusus Mie Ongklok Mas Desta di Wonosobo, yang akan menjadi pusat edukasi kuliner dan bisnis, di mana pengunjung bisa membeli produk dan memahami proses pembuatannya. "Orang bisa membeli produk kita. Di situ juga sebagai showcase jadi orang bisa melihat produk kita. Terus karena ini Kota Wisata itu nanti ada tempat edukasi juga edukasi bisnis," jelasnya lagi. Selain itu, Desta juga berencana menambah dan memperbarui alat-alat produksi dengan teknologi semi-otomatis dan otomatis agar dapat meningkatkan efisiensi.

Dengan kegigihannya, Desta Hatmoko Adi tidak hanya melestarikan cita rasa khas Wonosobo tetapi juga mengangkat kuliner tradisional ini agar dikenal lebih luas. Mie Ongklok kini tidak hanya menjadi kebanggaan Wonosobo, tetapi juga bagian dari keunikan kuliner Indonesia yang siap dikenalkan kepada dunia.

Standard Post with Image
kuliner

Mencicipi Sega Bucu Tum Tum Khas Wonosobo di Warung Tugimin

Wonosobonews.com - Selain nasi megono, Wonosobo memiliki kuliner khas lain yang layak dicoba, yaitu sega bucu tum tum. Hidangan ini berbahan dasar nasi yang diisi sayuran, kemudian dibungkus daun pisang dan dikukus, berbeda dengan nasi megono yang biasanya disajikan langsung di piring atau beralaskan daun pisang.

Sega bucu tum tum banyak ditemui di wilayah selatan Wonosobo, seperti di Kecamatan Kaliwiro dan Wadaslintang. Salah satu tempat yang terkenal menyajikan sega bucu tum tum adalah warung sederhana milik Tugimin di Desa Panerusan, Kecamatan Wadaslintang. Tugimin sudah menjual hidangan khas ini sejak tahun 2016, dan warungnya selalu ramai dari pagi hingga malam, terutama saat akhir pekan.

“Pengunjung berbeda-beda, ada yang dari Dieng, Parakan, Temanggung. Warung ini ramai, terlebih kalau weekend atau hari Sabtu dan Minggu," ujar Tugimin.

Warung ini terletak di jalur utama menuju tempat wisata Waduk Wadaslintang, sehingga banyak wisatawan mampir untuk mencicipi sega bucu tum tum setelah berkunjung ke waduk. Suasana pedesaan yang tenang dan asri terasa kental di warung ini, dengan aliran sungai dan sawah di sekitarnya.

Sega bucu tum tum disajikan dengan pelengkap seperti sambal dan gorengan khas Wonosobo, seperti tempe goreng tepung atau tempe kemul, yang bisa langsung diambil oleh pengunjung.

Warung Tugimin di Desa Panerusan, Kecamatan Wadaslintang, menjadi salah satu tempat favorit untuk menikmati sega bucu tum tum khas Wonosobo.

 

Standard Post with Image
kuliner

Nasi Goreng Pertelon Dieng yang Unik dan Viral dengan Wajan Besar

Wonosobonews.com - Saat berkunjung ke Dieng, jangan lewatkan untuk mencicipi Nasi Goreng Pertelon, terutama di malam hari. Meskipun nasi goreng ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan nasi goreng pada umumnya, yang membuatnya istimewa adalah cara memasaknya.

Di sini, mereka menggunakan wajan besar untuk memasak nasi goreng dalam jumlah banyak, hingga 60 porsi sekaligus. Teknik ini sempat viral di media sosial dan menarik perhatian banyak orang untuk mencobanya.

Rizal Shafa, pemilik warung nasi goreng ini, menjelaskan bahwa awalnya ia menggunakan wajan besar untuk mengantisipasi banyaknya pembeli. "Inisiatif kita bikin banyak dulu, kita tampung, kalau misal ada yang pesan kita tinggal masak lagi," ujarnya.

Dalam sekali masak, Rizal bisa memasukkan 10-25 kilogram nasi putih dan 1,5 kilogram telur ayam. Untuk mengaduknya, ia bahkan menggunakan dua spatula besar.  

Bumbu yang digunakan hampir sama dengan nasi goreng pada umumnya: bawang putih, cabai, garam, kecap, dan saus. Namun, yang membuat nasi goreng ini berbeda adalah penambahan red chicken yang memberikan cita rasa khas.

Urutan memasaknya pun tidak jauh berbeda dengan nasi goreng biasa: minyak dipanaskan, bawang putih dimasukkan dan digoreng hingga berwarna keemasan. Kemudian, telur ditambahkan dan diaduk hingga setengah matang, diikuti dengan sayur sawi. Setelah itu, nasi putih dimasukkan dan diaduk rata. Bumbu pelengkap lainnya kemudian ditambahkan.

"Tidak ada bumbu yang spesial. Kuncinya saat memasak bawang harus sampai golden brown dan menggunakan api besar pasti rasanya enak," jelas Rizal.

Proses memasaknya yang unik ini sering diabadikan oleh pembeli dan diunggah ke media sosial, membuat semakin banyak orang mengetahui dan tertarik untuk mencoba nasi goreng ini.