Wonosobonews.com - Tim Pengabdian Universitas Negeri Semarang (UNNES) baru-baru ini mengadakan workshop dan pelatihan di Desa Kapencar, Kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini bertema penguatan Desa wisata melalui inovasi digital untuk meningkatkan citra Desa.
Program ini dimulai dengan riset lapangan bekerja sama dengan Mankhu's Research. Dari riset tersebut ditemukan bahwa "Watu Layang" merupakan simbol keberagaman dan keharmonisan di Desa Kapencar. Simbol ini mencerminkan pluralisme agama dan budaya lokal.
“Watu Layang merupakan identitas kultural di mana semua elemen masyarakat sering melakukan tradisi bersama,” kata Harto Wicaksono, Ketua Tim Pengabdian UNNES.
Ia menjelaskan lebih lanjut, “Simbol Watu Layang ini menggambarkan kerukunan masyarakat Kapencar yang harmonis dalam kehidupan sehari-hari.”
Penemuan ini juga dihubungkan dengan konsep totem, yaitu simbol spiritual dan kultural yang ada di berbagai kelompok budaya. “Watu Layang, memiliki fungsi sebagai simbol keberagaman yang diintegrasikan dalam konsep totem untuk merepresentasikan nilai-nilai spiritual dan harmoni Desa Kepencar,” tambahnya.
Desa Kapencar sendiri telah ditetapkan sebagai Desa Pancasila oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2018. Namun, referensi penguat tentang Desa sebagai simbol pluralisme masih terbatas, sehingga diperlukan inovasi untuk meningkatkan popularitasnya, terutama di era digital.
Sebagai tindak lanjut, Tim Pengabdian UNNES menciptakan video animasi berjudul "Watu Layang: Simbol Keberagaman dan Keharmonisan Desa Kapencar Wonosobo" sebagai bagian dari branding Desa Pancasila.
“Video ini diharapkan dapat menjadi media untuk memperkuat identitas Desa Kapencar sebagai Desa Pancasila, selain itu juga turut mempromosikan nilai-nilai pluralisme dan kerukunan antarumat beragama,” ujar Wildan, anggota tim UNNES.
Selain itu, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan teknologi tepat guna yang melibatkan perangkat Desa, tokoh agama, dan masyarakat setempat. Pelatihan ini bertujuan agar Desa Kapencar dapat mengelola branding digital secara mandiri dan berkelanjutan.
Antusiasme peserta pelatihan terlihat sangat tinggi. Diskusi berlangsung aktif, menunjukkan komitmen masyarakat untuk menjaga dan mengembangkan nilai-nilai pluralisme dan kerukunan.
Masyarakat juga berharap agar UNNES terus mendampingi Desa Kapencar. “Harapannya Desa kami tidak hanya dikenal dengan kerukunannya saja tetapi juga dengan kearifan lokal yang masih dijaga oleh masyarakat,” ujar Hardi, Kepala Desa Kapencar.