Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Menikmati Pesona Wonosobo dengan Ragam Oleh Oleh Khas yang Menggoda Selera

Wonosobonews.com - Seakan tak ingin berakhir, keindahan Wonosobo terus terngiang di ingatan, lengkap dengan segala daya tariknya. Keinginan untuk berbagi pengalaman ini kepada kerabat semakin besar. Mereka juga harus tahu, nikmatnya alam dan budaya Wonosobo dapat dirasakan dengan mudah.

Langkah kaki pun berhenti di sebuah persinggahan di pagi yang masih menyisakan hawa dingin. Suasana mulai riuh dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Di bawah gemerlap lampu, deretan rak kokoh memamerkan bingkisan plastik berisi oleh-oleh khas Wonosobo. Tempat ini menjadi destinasi favorit wisatawan yang ingin membawa pulang kenangan dari kota ini.

Berada di Jalan Raya Wonosobo - Kertek KM 5, Kedewan, Sudungdewo, Dinasty Raja Oleh-Oleh Wonosobo telah berdiri sejak 2019. Tempat ini menjalin kerja sama erat dengan biro wisata Dieng dan menarik ribuan wisatawan setiap tahunnya. Dengan lebih dari 300 jenis oleh-oleh, para pengunjung dimanjakan dengan berbagai pilihan.

Salah satu primadona di tempat ini adalah carica premium bersertifikat. Buah khas Dieng yang menyerupai pepaya ini disukai karena rasa segarnya yang autentik dan teksturnya yang unik. Tak kalah populer, purwaceng, herbal tradisional khas Dieng, juga banyak dicari wisatawan. Herbal ini terkenal akan khasiatnya sebagai penambah stamina dan vitalitas, menjadikannya souvenir istimewa.

Selain itu, pengunjung bisa menemukan ragam oleh-oleh lain seperti tempe kemul crispy, mie ongklok instan, teh Tambi, keripik kentang Dieng, hingga keripik jamur. Produk-produk ini mencerminkan kekayaan kuliner khas Wonosobo yang tak boleh dilewatkan.

Dinasty Raja Oleh-Oleh Wonosobo juga menyediakan fasilitas lengkap, seperti mushala berkapasitas 90 orang, toilet bersih, dan area parkir luas yang bisa menampung lebih dari 10 bus besar. Dengan pemandangan Gunung Sumbing yang megah, pengalaman berbelanja di sini menjadi lebih berkesan. Tempat ini buka setiap hari pukul 08.00 hingga 21.00, siap menyambut wisatawan yang ingin membawa pulang secuplik keindahan Wonosobo.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Petani di Dusun Ngadisono Wonosobo Ditemukan Tewas di Selokan Kebun

Wonosobonews.com - Warsito (73), petani dari Dusun Ngadisono, Desa Ngadisono, Kecamatan Kaliwiro, Wonosobo, ditemukan meninggal dunia di selokan kecil dekat kebunnya pada Kamis, 5 Desember 2024, pukul 13.00 WIB.

Kapolsek Kaliwiro, Iptu Susanto, menjelaskan bahwa Warsito kemungkinan terpeleset saat berada di area kebunnya di Blok Ngadiwangsa.

"Korban ditemukan pertama kali oleh seorang warga yang sedang pulang dari kebun. Melihat ada orang tergeletak di selokan kecil dekat kebun dan langsung meminta pertolongan warga," ujarnya.

Warga yang datang ke lokasi langsung mengevakuasi Warsito. Setelah diperiksa oleh bidan desa, Warsito dinyatakan meninggal dunia. Pemeriksaan menunjukkan korban mengalami luka lecet di kepala, yang diduga akibat benturan saat terjatuh.

"Korban memiliki riwayat hipertensi dan gangguan pernapasan. Kondisi tersebut kemungkinan menjadi faktor yang menyebabkan korban jatuh dan tidak dapat menyelamatkan diri," tambah Iptu Susanto.

Jenazah Warsito telah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. Kepolisian juga mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati, terutama saat musim hujan.

 

Standard Post with Image
ukm

Petani Wonosobo Ciptakan Inovasi Olahan Cabai dan Bawang

Wonosobonews.com - Sun’an, petani asal Wonosobo, Jawa Tengah, terus bertahan menanam cabai dan bawang merah meskipun menghadapi fluktuasi harga dua komoditas tersebut. Bersama kelompok tani Champion Jawa Tengah, ia berupaya menjual hasil panen dengan harga yang layak melalui inovasi pengolahan.

“Jadi kami itu membentuk forum petani Champion Jawa Tengah yang khusus untuk menangani permasalahan produksi cabai dan bawang merah, di kala harga bawang merah itu jatuh kami yang mewadahi teman-teman petani untuk menyampaikan ke pemerintah. Sebaliknya, di kala harga cabai dan bawang tinggi kami juga membantu pemerintah untuk menstabilkan harga biar semua sama-sama jalan,” jelas Sun’an.

Inovasi utama yang mereka kembangkan adalah mengolah cabai dan bawang merah menjadi produk olahan seperti cabai kering dan pasta bawang. Sun’an memulai proses pengeringan cabai dengan metode sederhana menggunakan sinar matahari sejak 2022. Kini, ia telah mendapatkan dukungan berupa mesin pengering cabai dan green house dari Bank Indonesia.

“Ini salah satu cara agar di bulan-bulan tertentu tidak terjadi fluktuatif produksi. Jadi penataan pola tanam di tingkat petani mulai kita tata dengan baik agar di setiap bulannya kita punya cabai,” katanya.

Produksi cabai kering membutuhkan 3–4 kg cabai basah untuk menghasilkan 1 kg cabai kering. Proses pengeringan biasanya dilakukan saat harga cabai basah turun drastis di bawah Rp 10 ribu per kilogram agar tidak merugi.

Untuk pasta bawang, petani memanfaatkan bawang merah berukuran kecil yang biasanya sulit terjual, sehingga mengurangi kerugian.

“Sama seperti cabai dan bawang pada umumnya karena sama-sama menyesuaikan takaran kan,” ujarnya.

Produk olahan mereka dijual dengan harga kompetitif: cabai kering bubuk Rp 40 ribu per kilogram, cabai kering 1 ons Rp 10 ribu, dan pasta bawang 250 gram Rp 20 ribu.

Melalui inovasi ini, Sun’an dan kelompok tani Champion Jateng berusaha memberikan solusi jangka panjang untuk mendukung keberlanjutan pertanian cabai dan bawang merah di tengah tantangan fluktuasi harga.

 

Standard Post with Image
ekonomi

Wonosobo Resmikan UPH Tembakau, Dorong Ekonomi Petani

Wonosobonews.com - Dalam langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertanian, khususnya tembakau, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distabun) Jawa Tengah meresmikan Unit Pengolahan Hasil (UPH) dan korporasi tembakau pertama di Kabupaten Wonosobo, Rabu  04 Desember 2024. Peresmian yang berlangsung di Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, ini dihadiri oleh Wakil Bupati Wonosobo, Muhammad Albar.

Dalam sambutannya, Albar menekankan pentingnya inovasi melalui kehadiran UPH tembakau sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan petani pada komoditas lain seperti kentang, yang harganya sering fluktuatif. “UPH tembakau ini menjadi peluang bagi petani untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas produksi tembakau. Tembakau Swating dari Desa Tieng sudah terkenal sejak lama, dan sekarang saatnya bangkit untuk mensejahterakan para petani,” ujar Albar usai meresmikan Gedung UPH, Kios Tembakau Swating, dan menghadiri sesi pembinaan penyuluhan pertanian.

Dengan dukungan modal dari Bank Jateng dan fasilitas infrastruktur memadai, program ini diharapkan mampu memperkuat perekonomian Desa Tieng. Melalui CV Dieng Arga Maju, pemerintah optimis bahwa inisiatif ini akan menjadi tonggak baru dalam meningkatkan kesejahteraan petani tembakau di kawasan tersebut.

Kepala Distabun Jawa Tengah, Supriyanto, menjelaskan bahwa pembangunan UPH tembakau ini merupakan bagian dari program pemberdayaan petani yang didanai melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) Jawa Tengah. Di antara fasilitas yang disediakan adalah alat rigen untuk mendukung proses pemanggangan dan pengeringan tembakau, sehingga kualitas hasil panen dapat lebih terjamin.

“Kami melihat potensi besar di Desa Tieng, terutama semangat masyarakatnya, baik pemerintah desa maupun kelompok tani. Oleh karena itu, kami mendirikan UPH tembakau ini untuk mendukung mereka,” jelas Supriyanto.

Selain fasilitas pengolahan, Distabun juga memperkenalkan konsep korporasi petani tembakau. Melalui sistem ini, para petani disatukan dalam kelompok untuk menciptakan ekosistem pertanian yang lebih terorganisir dan kuat. Distabun bekerja sama dengan PT Lampion Agrikultura Indonesia dalam memberikan pelatihan mengenai praktik pertanian terbaik (Good Handling Practices/GHP) serta strategi pemasaran produk tembakau.

“Para petani akan terus kami dampingi. Mulai dari proses penanganan hasil panen hingga pemasaran produk, semua akan kami dukung agar produk tembakau Desa Tieng bisa bersaing di pasar nasional,” lanjut Supriyanto.

Sebagai bagian dari strategi pemasaran, Distabun juga membantu petani dalam pengurusan cukai rokok untuk tembakau Desa Tieng agar produk mereka dapat dipasarkan lebih luas.

Program UPH tembakau ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk memberikan solusi jangka panjang bagi tantangan yang dihadapi petani. Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, Desa Tieng diharapkan menjadi contoh sukses pengelolaan hasil pertanian yang memberikan dampak nyata pada kesejahteraan petani dan masyarakat secara keseluruhan.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

1.000 Paket Sayur Gratis, Sedekah Petani Wonosobo Jaga Harga Stabil

Wonosobonews.com - Ratusan warga Wonosobo berkumpul di Alun-alun Wonosobo pada Rabu 04 Desember 2024 untuk menerima 1.000 paket sayur gratis yang dibagikan sebagai bagian dari program sedekah sayur. Paket-paket tersebut berisi beragam hasil bumi lokal seperti kubis, kentang, labu siam, wortel, dan sawi, yang merupakan kontribusi petani dari berbagai wilayah di Wonosobo.

Program ini digagas oleh para petani lokal bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Wonosobo sebagai langkah untuk mendukung keberlanjutan pertanian sekaligus membantu masyarakat. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Dispaperkan) Kabupaten Wonosobo, Dwiyama B.S., menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi agenda rutin pemerintah daerah.

"Jadi, kami dengan kementerian, setiap tahun ada dana untuk mendukung petani. Kami beli sayur dari petani, kita packing, kemudian kami sedekahkan. Hari ini, anggaran sekitar Rp10 juta," ungkap Dwiyama di lokasi.

Program ini tidak hanya bertujuan membantu masyarakat, tetapi juga memberi keuntungan bagi petani yang kerap menghadapi tantangan harga komoditas yang jatuh di bawah biaya produksi. Dengan membeli hasil panen petani, pemerintah memberikan solusi untuk mengurangi kerugian. "Kami hanya sebatas memberikan kepada mereka, daripada produknya tidak laku karena harganya rendah. Meskipun tidak bisa menutup 100 persen, paling tidak produk mereka bisa tetap laku dari kami," lanjut Dwiyama.

Ia juga mengungkapkan rencana pemerintah untuk mendukung hilirisasi produk pertanian, sesuai fokus RPJMD Kabupaten Wonosobo yang menekankan pengembangan sektor agribisnis. "Ke depan, arahnya ke situ. Tapi, saat ini, hujan juga mendukung harga sayur mulai naik, seperti kubis, lombok, dan kentang. Semoga harga akan tetap stabil," tambahnya.

Salah satu petani, Pitoyo dari Desa Reco, Kecamatan Kretek, menyampaikan pengalamannya terkait kondisi harga sayur yang sering fluktuatif, terutama saat panen raya. Ia rutin berpartisipasi dalam kegiatan ini bersama petani lain sebagai bentuk berbagi rezeki. "Ini inisiasi dari petani dengan pemerintah, untuk bagi hasil atau bagi rezeki lah untuk mereka yang tidak tanam," katanya.

Pitoyo berharap harga sayur di Wonosobo dapat stabil sehingga petani tidak terus-menerus merugi akibat harga jual yang rendah. Melalui program seperti sedekah sayur, petani setidaknya dapat menjual hasil panen mereka meskipun dalam kondisi harga yang kurang menguntungkan.

Kegiatan ini menunjukkan sinergi yang baik antara pemerintah dan petani dalam menghadapi tantangan ekonomi sekaligus mendukung kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.