Standard Post with Image
wonosobo terkini

MAN 2 Wonosobo Raih Adiwiyata Nasional 2024, Perkuat Komitmen Lingkungan

Wonosobonews.com - Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Wonosobo kembali mengukir prestasi dengan meraih penghargaan bergengsi sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional 2024. Penghargaan ini diberikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Drs. Adi Pakguna Ruteka, pada Rabu, 2 Oktober 2024, dalam acara di Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Prestasi ini menegaskan komitmen MAN 2 Wonosobo dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan kesadaran lingkungan di setiap aspek pembelajaran.

Penghargaan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor S.84/BP2SDM/PPPB/SDM.5.5/B/09/2024. Kepala MAN 2 Wonosobo, Drs. Warsam, M.Pd., menerima langsung piagam penghargaan tersebut dan menyampaikan rasa bangganya atas capaian yang diraih oleh sekolahnya.

"Ini merupakan kebanggaan bagi MAN 2 Wonosobo dapat meraih penghargaan ini. Terdapat empat aspek yang dinilai pada penghargaan Sekolah Adiwiyata. Keempat aspek itu adalah Aspek kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan hidup; aspek kurikulum sekolah berbasis lingkungan hidup; aspek kegiatan lingkungan di sekolah berbasis partisipatif; aspek pengelolaan sarana dan prasarana pendukung sekolah yang ramah lingkungan," ungkap Warsam.

Ia berharap penghargaan ini tidak hanya menjadi simbol keberhasilan, tetapi juga menjadi pemacu semangat bagi seluruh warga sekolah, khususnya siswa, untuk semakin peduli terhadap lingkungan. Menurutnya, kesadaran yang tertanam pada siswa dapat memberikan dampak lebih luas pada masyarakat, mendorong terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. "Dari kebiasaan yang tertanam di diri anak-anak akan memberi dampak positif yang lebih luas, yaitu meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya," tambah Warsam.

Program Sekolah Adiwiyata sendiri merupakan gerakan yang bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di lingkungan sekolah. Melalui program ini, diharapkan seluruh komponen sekolah dapat berkolaborasi untuk menciptakan suasana yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Selain itu, siswa didorong untuk tumbuh menjadi pemimpin yang bijak dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Drs. Adi Palguna Ruteka, juga mengapresiasi peningkatan jumlah penerima penghargaan Sekolah Adiwiyata tahun ini. "Pada tahun 2023, ada 208 sekolah yang meraih penghargaan ini. Tahun 2024, jumlahnya meningkat signifikan, dengan total 512 sekolah dan madrasah dari berbagai tingkatan yang berhasil meraih predikat Adiwiyata," jelas Adi Pakguna.

Dengan penghargaan ini, MAN 2 Wonosobo semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu sekolah yang peduli terhadap lingkungan dan berkomitmen mencetak generasi yang sadar akan pentingnya menjaga bumi untuk masa depan yang lebih baik.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Wonosobo Lakukan Transformasi Layanan Primer untuk Tingkatkan Akses Kesehatan Masyarakat

Wonosobonews.com - Dalam rangka meningkatkan kemudahan akses layanan kesehatan bagi masyarakat, Wonosobo menerapkan transformasi layanan primer dengan mendekatkan pelayanan kesehatan ke tingkat desa. Transformasi ini melibatkan sinergi antara pemerintah daerah dan berbagai Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) seperti Posyandu dan PKK. Langkah ini menjadi prioritas dalam mendukung pembangunan nasional, seperti diungkapkan oleh Plt Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, dalam peluncuran Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Posyandu Integrasi Layanan Primer (ILP) di Kecamatan Mojotengah pada Selasa, 8 Oktober 2024.

"Kegiatan ini merupakan upaya meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, khususnya di wilayah pedesaan, serta menjawab berbagai tantangan kesehatan yang dihadapi , seperti prevalensi stunting yang masih tinggi, mencapai 29,2% pada 2023, serta prevalensi penyakit tidak menular seperti hipertensi yang mencapai 31,76% di tahun yang sama," jelas Albar. Ia menambahkan bahwa integrasi LKD seperti Posyandu dan PKK menjadi kunci dalam optimalisasi peran kader kesehatan di tingkat desa. Melalui Posyandu Center of Excellence (CoE), diharapkan deteksi dini dan edukasi kesehatan dapat dilakukan lebih efektif, salah satunya melalui kunjungan rumah yang terencana. "Penyelenggaraan Pustu/PKD dan Posyandu ILP tidak hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan, tetapi perlu dukungan dari semua sektor, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan evaluasi," tambahnya.

Senada dengan Albar, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, Jaelan, menegaskan pentingnya penerapan ILP di seluruh Pustu, PKD, dan Posyandu di wilayah Wonosobo. Saat ini, 60 dari 243 Pustu/PKD dan 530 dari 1.308 Posyandu telah menerapkan ILP. Jaelan menekankan bahwa keberhasilan program ini memerlukan kolaborasi lintas sektor, melibatkan perangkat daerah, pemerintah desa, kader, dan masyarakat. "Sinergi antar pihak menjadi penting agar transformasi ini berjalan efektif dan penerapan ILP dapat terselenggara diseluruh wilayah di Kabupaten Wonosobo, sehingga masyarakat dapat menikmati akses layanan kesehatan yang lebih baik, dan mampu mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan produktif," tegasnya.

Transformasi layanan primer di Wonosobo ini diharapkan menjadi langkah penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat di wilayah pedesaan.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Tujuh Pelajar SD Wonosobo Siap Bertanding di Lomba MAPAK 2024

Wonosobonews.com - Sebanyak tujuh pelajar terbaik tingkat Sekolah Dasar (SD) dari Kabupaten Wonosobo telah resmi dilepas untuk mengikuti Lomba Mata Pelajaran Agama Kristen (MAPAK) 2024 di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Mereka akan berkompetisi dalam berbagai cabang, seperti cerita Alkitab, cerdas cermat Alkitab, solo song, dan macapat rohani, dengan harapan membawa prestasi membanggakan bagi daerah.

Kontingen Wonosobo berangkat pada Rabu, 9 Oktober 2024, untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan di Kota Salatiga pada Kamis, 10 Oktober 2024. Sebelumnya, lomba MAPAK tingkat kabupaten diadakan pada bulan September sebagai proses seleksi, di mana dari 76 peserta—57 pelajar SD dan 19 pelajar SMP—akhirnya terpilih tujuh pelajar SD terbaik untuk mewakili Wonosobo di tingkat provinsi. Sementara itu, pelajar SMP hanya berkompetisi di tingkat kabupaten.

Upacara pelepasan kontingen berlangsung singkat namun bermakna. Pada 7 Oktober 2024, para peserta dan tim official bertemu dengan Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Wonosobo, H. Panut, untuk berpamitan. Ia memberikan apresiasi atas dedikasi dan kerja keras para pelajar serta berpesan agar mereka menjaga sportifitas dan kejujuran selama kompetisi.  

Panut juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan untuk tetap fokus saat berlaga. “Kemenangan adalah bonus, yang terpenting adalah menikmati proses dan kompetisi itu sendiri. Siapkan diri sebaik mungkin agar hasilnya maksimal,” tambahnya.

Setelah kunjungan di Kemenag, rombongan melanjutkan agenda dengan mengunjungi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Wonosobo, dan kegiatan ditutup dengan pertemuan bersama Plt. Bupati Wonosobo di Kantor Wakil Bupati.

Ketujuh peserta yang akan bertanding di tingkat provinsi berasal dari tiga sekolah: SD N 1 Kaliwiro, SD Kristen Bendungan, dan SD Kristen 3 Wonosobo.

 

Standard Post with Image
ukm

Keberlanjutan Seni Anyaman Bambu di Sentra Bambu Rimpak Wonosobo

Wonosobonews.com - Di Desa Rimpak, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, seni anyaman bambu menyimpan keunikan dan keindahan yang semakin berkembang. Di tengah kemajuan zaman, para pengrajin lokal setia melestarikan warisan leluhur dengan cara yang lebih modern. Sentra Bambu Rimpak, yang baru dirintis beberapa tahun lalu, kini menjadi pusat ekonomi kreatif yang mengangkat potensi lokal.

Sentra ini tidak hanya menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga tempat lahirnya karya seni berkualitas. Setiap produk yang dihasilkan mencerminkan ketekunan pengrajin dalam merangkai helai bambu menjadi barang bernilai. “Dulu, masyarakat di sini hanya membuat kerajinan sederhana, seperti ceting dan bakul,” ungkap Zaeni, salah satu pengrajin senior. “Namun, kini dengan adanya inovasi dan pelatihan, kami bisa membuat beragam produk baru seperti cup lampu, tempat buah, dan bahkan aksesori unik seperti peci bambu,” tambahnya.

Dengan mengedepankan kearifan lokal, Sentra Bambu Rimpak menghasilkan produk yang fungsional sekaligus bernilai seni tinggi. Produk-produk inovatif seperti kap lampu dan hiasan dinding kini menjadi kebanggaan pengrajin Desa Rimpak. Setiap pengrajin memiliki spesialisasi dalam teknik penganyaman, yang memberikan karakter unik pada setiap kerajinan.

Seorang pengrajin dapat menyelesaikan barang kecil seperti tempat buah dalam waktu sehari, sedangkan kerajinan yang lebih besar memerlukan dua hingga tiga hari. “Untuk kerajinan kecil, butuh waktu sekitar satu hingga dua jam, tergantung detailnya. Sedangkan kerajinan yang besar butuh ketelitian lebih, bisa dua hingga tiga hari untuk menyelesaikannya,” jelas Zaeni.

Dari segi harga, produk-produk Sentra Bambu Rimpak bervariasi, mulai dari Rp5.000 untuk suvenir kecil hingga Rp400.000 untuk produk kompleks seperti kap lampu besar. Kisaran harga ini membuat produk kerajinan dari Rimpak dapat dijangkau berbagai kalangan, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun cendera mata. Sentra ini juga menerima pesanan khusus sesuai keinginan konsumen, seperti penyesuaian motif atau ukuran.

Meski masih dalam tahap merintis, Sentra Bambu Rimpak telah memproduksi lebih dari 25 jenis kerajinan bambu yang berbeda, masing-masing dengan cerita inovasi dan kreativitas pengrajinnya. Potensi besar dari anyaman bambu ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi, tetapi juga melestarikan budaya lokal yang hampir terlupakan. Sentra Bambu Rimpak menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dapat berkembang menjadi kekuatan ekonomi baru.

Tantangan terbesar yang dihadapi Sentra Bambu Rimpak adalah akses pasar yang lebih luas. Zaeni mengungkapkan bahwa pemasaran produk ke luar daerah masih terbatas meski telah memanfaatkan media sosial. “Kami berharap ada lebih banyak dukungan, baik dari pemerintah maupun komunitas kreatif, untuk membantu memasarkan produk-produk kami agar bisa dikenal lebih luas,” ujarnya.

Namun, semangat para pengrajin di Sentra Bambu Rimpak tidak pernah surut. Dengan komitmen dan kerja keras, mereka yakin kerajinan bambu Rimpak akan terus berkembang. Inilah kisah tentang sentuhan kreatif kerajinan bambu Rimpak Sapuran, yang mencerminkan keindahan seni dan semangat juang masyarakatnya. Sentra Bambu Rimpak bukan sekadar tempat produksi, tetapi simbol kebangkitan ekonomi lokal yang berlandaskan tradisi dan inovasi.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Mendorong Siswa SMK Negeri 1 Sukoharjo Menabung dan Bijak Mengelola Uang

Wonosobonews.com - Siswa SMK Negeri 1 Sukoharjo Wonosobo, Jawa Tengah, diajak untuk gemar menabung dan bijak mengelola uang agar terhindar dari pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol). Sekolah ini mengembangkan gerakan tersebut melalui pendidikan literasi dan inklusi keuangan dengan menggandeng BPR BKK Jateng.

"Gerakan menabung ini berdasarkan imbauan gubernur, anak-anak dicoba bisa rajin menabung agar di masa depan dapat mengelola keuangan secara baik," kata Imam, salah satu pengelola kegiatan.  

Dalam kesempatan ini, 346 siswa kelas 10 SMK Negeri 1 Sukoharjo membuka rekening tabungan di BPR BKK Jateng. Direktur Utama PT BPR BKK Jateng, Koesnanto, menjelaskan bahwa mereka memiliki gerakan moral bernama 'Ayo Menabung di BKK Jateng'. Salah satu kegiatannya adalah program 'Sabuk', yang filosofinya adalah mengikatkan ikat pinggang—satu siswa, satu buku rekening.

Gerakan ini bertujuan untuk membantu generasi muda menjaga mentalitas dengan budaya hidup hemat dan perencanaan masa depan yang baik. “Gerakan Ayo Menabung di BKK Jateng menjadi suatu pencanangan nasional, terutama otoritas bagaimana anak muda melek keuangan dan bisa memerangi judi online dan pinjol,” ungkap Koesnanto.

Gerakan ini juga mendapat apresiasi dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jateng Korwil IX, Nikmah Nurbaity. Ia menekankan pentingnya literasi keuangan, termasuk cara mendapatkan dan mengelola uang dengan baik.  

“Gerakan Ayo Menabung di BKK Jateng menjadi suatu pencanangan nasional, terutama otoritas bagaimana anak muda melek keuangan dan bisa memerangi judi online dan pinjol,” tambahnya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo, One Andang Wardoyo, menyatakan bahwa literasi dan inklusi keuangan adalah sinergi antara dunia usaha dan sekolah. Kegiatan ini mendorong anak-anak untuk hidup sederhana dan berhemat melalui manajemen keuangan yang baik, terutama di tengah maraknya pinjol dan judi online.