Standard Post with Image
wonosobo terkini

Pencapaian dan Pembangunan Kabupaten Wonosobo di Era Afif-Albar

Wonosobonews.com - Selama 2021 hingga 2024, Pemerintah Kabupaten Wonosobo terus berupaya melakukan pembangunan di berbagai bidang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun masih ada beberapa kekurangan, pembangunan dilakukan secara bertahap, bergiliran, dan berproses sesuai dengan misi Bupati Afif Nurhidayat dan Wakil Bupati Muhammad Albar. Misi mereka mencakup menciptakan kehidupan politik yang demokratis, tata kelola pemerintahan yang baik, peningkatan perekonomian daerah untuk mengurangi angka kemiskinan, pembangunan infrastruktur yang berkualitas, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang unggul, berkarakter, berbudaya, kreatif, dan inovatif.

 

Selama kepemimpinan Afif-Albar, banyak prestasi yang telah diraih. Pada tahun 2024, Kabupaten Wonosobo memperoleh penghargaan Top BUMD Awards 2024 dengan total lima penghargaan. PT BPR Bank Wonosobo (Perseroda) meraih dua penghargaan sekaligus, yaitu Top BUMD Awards 2024 Bintang 4 dan Top CEO BUMD 2024. Perumda Air Minum Tirta Aji Kabupaten Wonosobo meraih penghargaan Top BUMD Awards Bintang 5 untuk kedua kalinya berturut-turut, serta penghargaan Top CEO BUMD 2024 yang diraih oleh Direktur Utama Muhammad Sjahid.

 

Bupati Afif Nurhidayat juga meraih penghargaan sebagai Top Pembina BUMD 2024, menunjukkan peran pentingnya dalam menggerakkan dan memberdayakan BUMD di Wonosobo. Pada tahun yang sama, Kabupaten Wonosobo berhasil meraih penghargaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Awards 2024 dari Kementerian Dalam Negeri, berada di peringkat lima dari seluruh kabupaten di Indonesia.

 

Di bidang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, Kabupaten Wonosobo berhasil mempertahankan penilaian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) untuk kedelapan kalinya berturut-turut pada tahun 2023. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan oleh Kepala Perwakilan BPK RI, Hari Wiwoho.

 

Kabupaten Wonosobo juga menerima dana insentif fiskal sebesar Rp 13 miliar dari pemerintah pusat sebagai apresiasi atas penurunan angka stunting di atas capaian nasional. Penghargaan ini diberikan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin, didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Keuangan, dan Kepala BKKBN.

 

Bupati dan Ketua TP PKK Kabupaten Wonosobo juga menerima penghargaan Manggala Karya Kencana dari BKKBN pada Hari Keluarga Nasional ke-30. Selain itu, Wonosobo meraih Anugerah Kota Kreatif dari Kemenparekraf RI berkat kondisi alamnya yang indah dan roadmap pariwisata yang terintegrasi.

 

Dalam hal keterbukaan informasi publik, Desa Mirombo, Kecamatan Watumalang, mendapat apresiasi dari Kementerian Desa RI sebagai Juara 1 Nasional Keterbukaan Informasi Publik untuk Wilayah Barat Indonesia dari Komisi Informasi Pusat.

 

Prestasi-prestasi ini menunjukkan bahwa Afif-Albar terus berupaya melakukan yang terbaik bagi masyarakatnya. Meskipun menghadapi kondisi sulit pasca Covid-19 yang menyebabkan defisit anggaran, mereka berhasil membuat skema khusus untuk mengatasi masalah ini, menempatkan Wonosobo sebagai satu-satunya kabupaten di Jawa Tengah yang mengikuti skema Program Hibah Jalan Daerah (PHJD) dari pemerintah pusat.

 

Standard Post with Image
Wisata

DPRD Wonosobo Tekankan Gotong Royong dalam Perayaan Hari Jadi ke-199

Wonosobonews.com - Hari Rabu (24/7/2024), Kabupaten Wonosobo merayakan hari jadi ke-199 dengan serangkaian acara yang meriah dan penuh makna.

Perayaan dimulai sejak pagi dengan upacara bendera di Alun-alun Wonosobo yang dihadiri oleh bupati, wakil bupati, jajaran pejabat daerah, dan masyarakat setempat. Berbagai acara seni dan budaya seperti pawai budaya, pertunjukan tari tradisional, dan pameran kerajinan lokal turut memeriahkan suasana.

Ketua DPRD Kabupaten Wonosobo, Eko Prasetyo Heru Wibowo, menyampaikan bahwa perayaan ulang tahun ke-199 ini bukan sekadar seremonial. Namun juga menjadi momentum untuk memperkuat identitas dan semangat gotong-royong sebagai masyarakat Wonosobo.

Eko menekankan pentingnya melestarikan budaya dan tradisi lokal yang sangat sakral. “Tema yang diangkat di tahun ini adalah Guyub Rukun Mustikaning Ratu. Ini tidak lain untuk sama-sama membangun daerah dengan tetap mengedepankan asas musyawarah. Meskipun ada perbedaan tapi nuansanya tetap damai dan bersatu,” katanya.

Eko juga mengapresiasi berbagai capaian pembangunan yang telah diraih Wonosobo. “Kita patut berbangga dengan berbagai kemajuan yang telah kita capai. Baik di bidang infrastruktur, pendidikan, maupun kesehatan. Namun, kita tidak boleh lengah. Tantangan ke depan masih banyak, dan kita harus tetap bersatu untuk menghadapi segala rintangan,” tambahnya.

Ketua DPRD juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus berperan aktif dalam pembangunan daerah. “Saya mengajak semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum, untuk terus bekerja sama dan berinovasi demi kemajuan Wonosobo yang lebih baik. Mari kita jadikan momen ini sebagai titik awal untuk mencapai cita-cita bersama,” tandasnya.

Dalam refleksi HUT ini, Eko menyatakan telah banyak melihat peningkatan signifikan di berbagai sektor seperti infrastruktur dan pelayanan publik. “Namun, kita juga harus jujur bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan,” ujarnya.

Eko menyoroti beberapa area yang perlu perhatian lebih, termasuk pengelolaan sampah, kualitas pendidikan, dan pelayanan kesehatan. “Masalah infrastruktur jalan masih perlu penanganan lebih serius. Kita juga harus memastikan semua anak Wonosobo mendapatkan akses pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan yang memadai,” tambahnya.

Dalam dunia pendidikan, Eko memberikan perhatian khusus. “Dengan anggaran 20 persen APBN yang dialokasikan ke sektor pendidikan, saya berharap pendidikan karakter bisa diterapkan bagi generasi bangsa ini. Karena masalah etika anak muda sekarang menjadi banyak pembahasan. Saya berharap pemerintah bisa fokus memperbaiki masalah tersebut,” ungkapnya.

Evaluasi ini diharapkan menjadi pemacu semangat bagi pemerintah dan masyarakat Wonosobo untuk terus berbenah dan bekerja sama demi kemajuan bersama.

 

Standard Post with Image
Wisata

Live In Desa Sendangsari Petualangan Budaya

Wonosobonews.com - Desa Wisata Sendangsari di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, baru-baru ini menerima kunjungan tamu dari Qatar melalui Program Youth FUNtastic Journey (YFJ) yang diselenggarakan oleh Yayasan Sahabatku Mitra Remaja (Sahabatku) dari Jakarta. Ketua rombongan, Deden Mulyadi, bersama dengan EO dari PT Bina Daya Nugraha (BDN), membawa peserta yang terdiri dari anak-anak diaspora Indonesia tingkat SMP dan SMA di Qatar. Program ini bertujuan untuk mengenal, memahami, dan merasakan kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia.

Pada hari Minggu pukul 10 pagi, peserta tiba di Sendangsari dan disambut oleh panitia, Sekretaris Desa Sendangsari, Bapak Bambang Adi Nugroho, dan Pengurus Pokdarwis Dewisri, Bihun. Setelah sambutan, peserta dibagi ke homestay masing-masing untuk bercengkrama dengan ibu asuh mereka. Setelah sholat Dhuhur dan makan siang, peserta mengunjungi enam UMKM lokal, yaitu pembuatan gebleg, produksi dan pengemasan brondong, industri rumah tangga tempe godhong, produksi combro, dan pembuatan tempe kemul. Pengalaman langsung ini memberikan wawasan tentang tradisi kuliner dan kerajinan lokal.

Hari kedua diisi dengan kegiatan layanan masyarakat. Peserta putra membersihkan dan mengecat mushola, sementara peserta putri mengadakan MPLS di SD Sendangsari. Siang harinya, mereka mengikuti workshop eco-printing menggunakan dedaunan, kemudian memanen kenci di sawah desa dan berlomba menangkap lele. Malam harinya, peserta mengikuti permainan malam untuk melatih kerjasama tim.

Hari terakhir dimulai dengan pertukaran simbolis vandel antara pihak Youth FUNtastic Journey dan Desa Wisata Sendangsari. Setelah itu, peserta menerima souvenir berupa gantungan kunci, brondong, dan tempe godhong sebagai kenang-kenangan. Pengurus Pokdarwis Dewisri Desa Sendangsari, Bihun, menyambut baik kedatangan tamu dari Qatar. Desa ini dikenal sebagai Desa Wisata Budaya dan Pertanian yang kaya akan kesenian tradisional dan sering menjadi tujuan live-in bagi ratusan siswa dari berbagai daerah, bahkan dari tingkat TK dan SD setempat. Anak-anak sangat betah dan seringkali tidak ingin pulang karena sudah mengenal baik bapak ibu induk semangnya.

Pengalaman live-in ini memberikan dampak abadi bagi para peserta. Saat berpamitan dengan keluarga asuh dan teman-teman baru, kenangan dan hubungan yang terbentuk selama tiga hari ini menunjukkan semangat pertukaran budaya dan ikatan yang kuat melalui pengalaman bersama dan saling menghormati. Sekretaris Desa, Bambang Adi Nugroho, menyampaikan terima kasih dan permintaan maaf atas keterbatasan fasilitas. Meskipun ada kesulitan bahasa karena mayoritas masyarakat menggunakan bahasa Jawa, pemerintah desa sedang membangun Kantor Desa Baru untuk memaksimalkan kegiatan kemasyarakatan, termasuk pemuda, olahraga, dan kesenian.

Dengan sambutan hangat dan pengalaman budaya yang kaya, Desa Wisata Sendangsari memberikan kenangan tak terlupakan bagi para peserta Youth FUNtastic Journey.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Ritual Sakral Menyambut Hari Jadi Wonosobo ke-199

Wonosobonews.com - Dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-199 Kabupaten Wonosobo, serangkaian ritual sakral digelar di Pendopo Kabupaten Wonosobo pada Selasa, 23 Juli 2024. Ritual-ritual tersebut meliputi Tapa Bisu, Hastungkara (Ujubing Umbul Donga), dan Birat Sengkala, yang masing-masing memiliki makna dan tujuan khusus dalam upaya memohon berkah dan menjalin persatuan.

Ritual dimulai dengan Tapa Bisu, yang melanjutkan dari prosesi Bedhol Kedaton di Desa Plobangan. Kirab Tapa Bisu dimulai pada pukul 19.00 WIB dari Klentheng Hongoderpo, dipimpin oleh Kepala Desa Plobangan beserta istri dan perangkat desa. Mereka membawa empat pusaka penting: Air Suci Tirto Perwitosari, Bantolo, Songsong Agung, dan Tombak Katentreman. Kirab ini berlangsung dalam keheningan, di mana peserta dan masyarakat diharapkan tidak berbicara dan hanya menggunakan obor sebagai penerangan. Ritual ini melambangkan ketenangan dan ketulusan hati dalam memanjatkan doa.

Setibanya di Pendopo Bupati, Air Suci Tirto Perwitosari yang dibawa dalam kirab dicampur dari tujuh sumber mata air: Tuk Bimolukar, Gua Sumur, Tuk Mudal, Tuk Suradilaga, Tuk Tempurung, Tuk Kaliasem, dan Tuk Sampang. Campuran air suci ini simbol persatuan dan kesucian hati dalam memohon berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Ritual berikutnya adalah Hastungkara, atau Ujubing Umbul Donga, yang merupakan doa bersama lintas agama. Enam pemuka agama dari berbagai keyakinan—Khong Hu Chu, Hindu, Budha, Katolik, Kristen, dan Islam—memanjatkan doa secara bergantian di Pendopo. Doa ini memohon keselamatan, kemajuan, dan kesejahteraan bagi Kabupaten Wonosobo. Wakil Bupati Wonosobo, Drs. H. Muhammad Albar, M.M., menegaskan bahwa Hastungkara merupakan simbol toleransi dan persatuan antarumat beragama di Wonosobo. Ia berharap momen ini dapat memperkuat persatuan dan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat.

Setelah doa bersama, dilanjutkan dengan ritual Birat Sengkala, yang bertujuan mengusir kesialan dan malapetaka. Ritual ini dipimpin oleh sesepuh adat dan penghayat kepercayaan dari Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan YME Indonesia (MLKI) Kabupaten Wonosobo. Sebelum Birat Sengkala, dilakukan serah terima pusaka seperti songsong agung (payung kebesaran) dan tombak katentreman (tombak ketentraman).

Prosesi kemudian berpindah ke alun-alun Wonosobo, di mana tanah dari Desa Plobangan, cikal bakal pemerintahan di Wonosobo, ditanam di sekitar beringin kurung. Percikan air suci dari tujuh sumber mata air kemudian dilakukan ke empat penjuru mata angin—Selatan, Barat, Utara, dan Timur. Air suci ini dipercaya membawa berkah dan menjauhkan segala hal buruk dari Kabupaten Wonosobo.

Ritual Birat Sengkala menandai penegasan doa dan harapan masyarakat Wonosobo untuk masa depan yang lebih cerah dan sejahtera. Puncak acara Hari Jadi ke-199 Kabupaten Wonosobo akan dilanjutkan dengan Pisowanan Agung pada Rabu, 24 Juli 2024.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Akhir Sebuah Ikon Jembatan Peninggalan Belanda di Wonosobo

Wonosobonews.com - Jembatan bekas rel kereta api SDS peninggalan Belanda di Wonosobo akhirnya dibongkar. Jembatan yang telah menjadi ikon ruas jalan di Selomerto ini sekarang hanya tinggal kenangan. 

 

Ruas Jalan Nasional Banjarnegara-Wonosobo, tepatnya di Dusun Banaran, Desa Kalierang, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, atau di depan GOR Watu Gong, sempat ditutup untuk sementara waktu saat pembongkaran jembatan bekas rel kereta api yang sudah tidak aktif tersebut. Pengumuman mengenai pembongkaran ini telah diposting di akun Instagram resmi @disperkimhub_wsb, sehingga masyarakat sudah mendapat informasi sebelumnya.

 

Kepala Disperkimhub Kabupaten Wonosobo, Agus Susanto, menjelaskan bahwa keputusan untuk membongkar jembatan ini diambil karena adanya kekhawatiran akan keselamatan pengguna jalan di bawahnya. Jembatan yang melintasi Jalan Nasional Banjarnegara-Wonosobo dengan ketinggian sekitar 4,8 meter ini sudah berusia sangat tua, bahkan disebut-sebut dibangun sejak zaman Belanda.

 

"Ini bisa membahayakan keselamatan karena dudukannya sudah berubah dari dudukan aslinya. Dudukan itu sudah miring-miring, kemudian sudah diganjal dan itu riskan banget. Jadi khawatir kalau tiba-tiba itu membahayakan bagi pengguna jalan yang ada di bawahnya," ucap Agus Susanto.

 

Proses pembongkaran jembatan ini tidak dilakukan sembarangan. Menurut Agus, rencana pembongkaran sudah melalui berbagai tahap panjang hingga mendapatkan persetujuan dari Kementerian Perhubungan. Setelah melalui berbagai kajian dan pertimbangan, pembongkaran jembatan bekas rel kereta api nonaktif ini dijadwalkan berlangsung pada Selasa, 23 Juli 2024.

 

Pembongkaran jembatan ini menandai akhir dari sebuah era dan menjadi bagian penting dari sejarah Wonosobo. Meskipun kini hanya tinggal kenangan, jembatan ini akan selalu menjadi bagian dari cerita panjang perjalanan daerah ini.