Standard Post with Image
wonosobo terkini

Kedatangan Logistik Pilkada 2024 di Wonosobo Disertai Pengamanan Ketat

Wonosobonews.com - Sejumlah logistik untuk Pilkada 2024 telah tiba di Wonosobo pada Rabu pagi, 23 Oktober 2024. Logistik tersebut terdiri dari kotak suara, bilik, surat suara, alat tulis kantor (ATK), formulir, dan model C plano. Barang-barang ini dipisahkan berdasarkan fungsinya, dengan dua paket berbeda: satu berisi surat suara, sampul, dan formulir, sementara yang lainnya berisi ATK.

Kabupaten Wonosobo menerima 360 boks surat suara untuk pemilihan bupati dan wakil bupati periode 2024-2029, dengan total 717.113 lembar, termasuk cadangan sebesar 2,5 persen. Dari total tersebut, 359 boks digunakan untuk hari pemilihan, dan satu boks berisi 2.000 surat suara disediakan untuk pemungutan suara ulang (PSU). "Jumlah surat suara ini cukup untuk menutup jumlah pemilih di seluruh Kabupaten Wonosobo. Dikonfirmasi ada 1.556 TPS yang tersebar di 15 kecamatan," ungkap Syaifurrohman, Kasubag Keuangan Umum dan Logistik KPU Kabupaten Wonosobo.

Setelah kedatangan logistik, KPU akan melakukan pengecekan manual dan menyiapkan tenaga untuk menyortir serta melipat surat suara. "Nanti akan kami siapkan tempat dan tenaga untuk menyortir tiap lembar surat suara. Proses penyortiran melingkupi proses pelipatan. Setelah itu kami akan rilis berita acara untuk kemudian dilaporkan ke pusat untuk melaporkan kekurangan dan kerusakan," jelas Ipung, panggilan akrab Syaifurrohman. KPU juga akan mempekerjakan tenaga eksternal untuk menyelesaikan proses tersebut, dan logistik yang rusak akan diganti sesuai rekapan dan dimusnahkan setelah pemilihan.

Gudang penyimpanan logistik KPU di eks Dieng Jaya dijaga ketat oleh petugas keamanan, lengkap dengan lima CCTV yang memastikan keamanan selama 24 jam. "Dengan adanya pengamanan insya Allah kami dapat memantau gudang 24 jam. Jadi untuk keamanannya sudah sesuai standar. Para penjaga juga tidur di sini," tambahnya.

Surat suara untuk Pilkada Wonosobo diproduksi di CV Arya Duta, Cibinong, Bogor, yang juga mencetak surat suara untuk kabupaten lain di Jawa Tengah, sementara kotak suara diproduksi di Sidoarjo. Lokasi produksi logistik dipilih berdasarkan e-katalog yang ditentukan oleh KPU Pusat.

 

Standard Post with Image
kuliner

Mencicipi Sega Bucu Tum Tum Khas Wonosobo di Warung Tugimin

Wonosobonews.com - Selain nasi megono, Wonosobo memiliki kuliner khas lain yang layak dicoba, yaitu sega bucu tum tum. Hidangan ini berbahan dasar nasi yang diisi sayuran, kemudian dibungkus daun pisang dan dikukus, berbeda dengan nasi megono yang biasanya disajikan langsung di piring atau beralaskan daun pisang.

Sega bucu tum tum banyak ditemui di wilayah selatan Wonosobo, seperti di Kecamatan Kaliwiro dan Wadaslintang. Salah satu tempat yang terkenal menyajikan sega bucu tum tum adalah warung sederhana milik Tugimin di Desa Panerusan, Kecamatan Wadaslintang. Tugimin sudah menjual hidangan khas ini sejak tahun 2016, dan warungnya selalu ramai dari pagi hingga malam, terutama saat akhir pekan.

“Pengunjung berbeda-beda, ada yang dari Dieng, Parakan, Temanggung. Warung ini ramai, terlebih kalau weekend atau hari Sabtu dan Minggu," ujar Tugimin.

Warung ini terletak di jalur utama menuju tempat wisata Waduk Wadaslintang, sehingga banyak wisatawan mampir untuk mencicipi sega bucu tum tum setelah berkunjung ke waduk. Suasana pedesaan yang tenang dan asri terasa kental di warung ini, dengan aliran sungai dan sawah di sekitarnya.

Sega bucu tum tum disajikan dengan pelengkap seperti sambal dan gorengan khas Wonosobo, seperti tempe goreng tepung atau tempe kemul, yang bisa langsung diambil oleh pengunjung.

Warung Tugimin di Desa Panerusan, Kecamatan Wadaslintang, menjadi salah satu tempat favorit untuk menikmati sega bucu tum tum khas Wonosobo.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Bundengan, Alat Musik Khas Wonosobo yang Tampil di Festival Budaya Panji

Wonosobonews.com - Bundengan, alat musik tradisional yang berasal dari Wonosobo, kembali menarik perhatian publik dengan tampilnya di Festival Budaya Panji. Meskipun bentuk fisiknya sederhana dan tak tampak seperti alat musik pada umumnya, bundengan mampu menghasilkan komposisi musik yang menyerupai gamelan. Alat ini dimainkan dengan teknik petikan menggunakan kedua tangan, menciptakan harmoni unik yang memukau.

Tak hanya menjadi ikon lokal, bundengan bersama tari lengger telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan nilai pentingnya dalam kekayaan budaya Indonesia.

Alat musik ini terbuat dari kelopak bambu yang diberi senar dan bilah bambu. Agus Wuryanto, Pimpinan Sanggar Wayang Bundeng Gepuk asal Wonosobo, yang tampil di Festival Budaya Panji, menjelaskan bahwa proses pembuatan satu bundengan memerlukan waktu rata-rata tiga hari. Dalam keterangannya saat acara di Gedung Kesenian Jakarta pada Selasa (22/10), Agus menuturkan bahwa belajar memainkan bundengan sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan. “Niat dan konsistensi adalah kunci utama,” tegasnya, mengundang siapa saja yang tertarik untuk mempelajari alat musik khas ini.

Festival Budaya Panji yang berlangsung dari 22 hingga 24 Oktober 2024 di Gedung Kesenian Jakarta, diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Mengusung tema Cerita Panji dalam Keragaman Budaya Nusantara, festival ini menampilkan sepuluh karya seni terpilih yang telah diseleksi oleh tim juri. Selain pertunjukan seni, pengunjung juga dapat menikmati diskusi tematik dan pameran budaya, memberikan pengalaman yang mendalam tentang cerita Panji dalam keberagaman seni dan budaya Indonesia.

Festival ini menjadi platform yang penting untuk menampilkan warisan budaya seperti bundengan, yang tidak hanya memperkaya khazanah budaya nasional, tetapi juga memperkuat identitas lokal Wonosobo di panggung seni Indonesia.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Imigrasi Wonosobo dan Pemkab Temanggung Hadirkan Layanan Paspor di MPP

Wonosobonews.com - Pemerintah Kabupaten Temanggung kini mempermudah warganya dalam pengurusan paspor dengan membuka layanan di Mal Pelayanan Publik (MPP) Temanggung. Hal ini terwujud melalui kerja sama dengan Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo, yang resmi ditandatangani pada Selasa (22/10/2024) oleh Kepala Kantor Imigrasi Kabupaten Wonosobo dan Penjabat (Pj) Bupati Temanggung, Hary Agung Prabowo, di Ruang Transit Pendopo Pengayoman, Temanggung.

Pj. Bupati Hary Agung Prabowo menekankan bahwa dengan adanya layanan ini, warga Temanggung tidak lagi perlu jauh-jauh pergi ke Wonosobo untuk mengurus paspor. "Saya minta ke media untuk menyampaikan kepada masyarakat, bahwa kita tidak perlu ke Wonosobo, tetapi cukup di Temanggung saja, kita sudah berikan layanan yang luar biasa," ujar Hary Agung.

Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo, Imam Bahri, menjelaskan bahwa peningkatan tuntutan masyarakat terhadap layanan publik menjadi alasan utama di balik kerja sama ini. Kantor Imigrasi Wonosobo berkomitmen untuk terus mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di wilayah kerjanya. "Dengan kecakupan wilayah kerja yang sangat luas, kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan layanan yang mudah, cepat, ramah, humanis sesuai dengan standar operasional yang berlaku," jelasnya.

Imam Bahri juga berharap sinergi antara kedua pihak ini dapat terus diperkuat ke depannya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Temanggung, Dwi Sukarmei, menegaskan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan pelayanan publik terpadu yang terintegrasi dengan sistem berbasis elektronik di Temanggung. "Dengan adanya kesepakatan bersama ini, diharapkan dapat mendukung pembuatan paspor imigrasi dan menjadi salah satu pendekatan inovatif untuk peningkatan pembangunan daerah dan pelayanan publik yang berkualitas, serta meningkatkan nilai efektivitas dan efisien dalam pembangunan daerah, khususnya di MPP Kabupaten Temanggung," tandasnya.

Kolaborasi ini diharapkan menjadi langkah penting dalam mempermudah akses layanan publik sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan bagi warga Temanggung dan sekitarnya.

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Dieng Menuju Geopark Nasional, Plt Bupati Albar Dorong Wisata dan Konservasi Seimbang

Wonosobonews.com - Langkah strategis tengah diambil oleh Plt. Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, untuk mengantarkan kawasan Dieng menuju status Geopark Nasional. Dalam pernyataannya, Albar menekankan bahwa inisiatif ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kunjungan wisatawan, tetapi juga untuk melestarikan warisan geologi, budaya, dan hayati yang terkandung di Dieng.

“Kawasan Dieng dikenal sebagai pegunungan vulkanik tua dengan bentang alam yang khas,” ujar Albar. Beragam fenomena alam yang bisa ditemukan di sini, mulai dari kawah vulkanik, fumarol, mata air panas, hingga kaldera, menjadikan Dieng sebagai area yang penting dari sudut pandang geologi.

Posisi geografis Dieng yang berada di bawah dua kabupaten, yaitu Wonosobo dan Banjarnegara, menjadikan sinergi antara kedua pemerintah daerah sebagai kunci sukses pengembangan ini. "Dieng merupakan laboratorium geologi yang lengkap. Tempat berbagai fenomena alam tercatat secara alami di sini selama ribuan tahun lamanya," tambahnya.

Albar menegaskan bahwa pengembangan Geopark Dieng tidak hanya semata-mata untuk menarik wisatawan, tetapi juga berfokus pada pelestarian lingkungan dan budaya lokal. “Dieng memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan. Potensinya sangat besar untuk dikembangkan menjadi pariwisata berkelanjutan,” jelasnya.

Setelah status Geopark Nasional diraih, wisatawan akan semakin dimanjakan dengan berbagai destinasi alam yang ikonik, seperti Kawah Sikidang, Kawah Sileri, dan Kawah Sinila, serta telaga-telaga indah seperti Telaga Warna dan Telaga Menjer yang menjadi pesona utama Dieng.

“Geopark Dieng menyuguhkan berbagai fenomena geologi, tetapi juga menyimpan nilai edukatif tinggi,” ungkap Albar. Dari sekitar 23 geosite yang ada di kawasan Dieng, 10 berada di Wonosobo, sementara 13 lainnya terletak di Banjarnegara, masing-masing menyimpan catatan sejarah alam yang terbentuk ribuan tahun.

Geosite-geosite ini mencakup area unggulan seperti Telaga Menjer, Kawah Sileri, kompleks Kawah Sikidang, geothermal Dieng, hingga Gunung Prau dan Batu Ratapan Angin. Setiap lokasi memiliki keunikan tersendiri, menambah daya tarik Dieng sebagai destinasi wisata alam yang mengedepankan konservasi.

Selain geologi, kawasan ini juga menjadi pelindung warisan budaya dan ekologi. “Dieng punya tradisi unik yang sudah mendunia, seperti ritual cukur rambut gimbal dan ruwatan anak gimbal. Juga, kompleks Candi Arjuna dan Candi Gatotkaca menambah daya tarik budaya di kawasan ini,” katanya.

Albar juga menyoroti pentingnya kawasan hutan di Pakuwaja dan Pegunungan Prau sebagai rumah bagi flora dan fauna, serta peran perkebunan kentang di dataran tinggi dalam menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus mendukung ekonomi lokal.

“Kita mengusung pesan 'living in harmony with Dieng volcanism' agar masyarakat dan wisatawan bisa menghargai fenomena alam dan tetap menjaga kelestariannya,” tegas Albar. Menjadi semangat untuk menjaga kelestarian alam sembari menghargai kekayaan geologi yang dimiliki Dieng.

Albar berharap status Geopark Nasional segera diraih, sehingga Dieng dapat dikenal sebagai destinasi wisata berkelanjutan yang tidak hanya mendukung konservasi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.