Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Jangan Hanya ke Dieng, Jelajahi Air Terjun Indah di Wonosobo

Wonosobonews.com - Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, terkenal dengan pesona alamnya yang menakjubkan. Namun, jika berkunjung ke Wonosobo, jangan hanya terfokus pada destinasi wisata di kawasan Dieng. Ada banyak tempat wisata alam lain yang menawarkan keindahan luar biasa, salah satunya adalah air terjun yang tersebar di berbagai sudut Wonosobo.

Berikut rekomendasikan tiga air terjun memukau yang bisa Kalian kunjungi untuk mengisi liburan akhir pekan:

1. Air Terjun Winong

Meskipun keberadaannya belum banyak diketahui, Air Terjun Winong menawarkan pemandangan yang sangat asri dan menenangkan. Untuk mencapai lokasi ini, Perlu berjalan kaki beberapa ratus meter. Namun, setelah tiba, lelah akan terbayar dengan pemandangan yang menakjubkan.

Air terjun ini menjulang setinggi 100 meter dengan aliran air yang deras, dikelilingi oleh pepohonan hijau lebat dan batuan besar. Keasriannya masih sangat terjaga karena belum banyak wisatawan yang mengunjunginya. Air Terjun Winong terletak di Winongsari, Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo, dan buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Tiket masuknya pun sangat terjangkau, hanya Rp5.000.

2. Air Terjun Sikarim

Berada di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut, Air Terjun Sikarim menawarkan udara yang sejuk dan segar. Lokasinya ada di Desa Sembungan, dan Hanya perlu trekking sejauh 30 meter untuk mencapainya. Setibanya di sana, Akan disambut dengan pemandangan air terjun setinggi 125 meter yang diapit oleh tebing-tebing tinggi.

Keunikan air terjun ini adalah puncaknya yang sering tertutup kabut karena tingginya. Meskipun tidak bisa berenang di sini karena aliran sungainya yang kecil dan berbatu, Masih bisa menikmati bermain air di pinggiran sungai, berfoto, atau bahkan camping. Destinasi ini buka setiap hari dari pukul 07.00 hingga 17.00 WIB, dengan tiket masuk Rp10.000.

3. Air Terjun Sigludug

Air Terjun Sigludug menawarkan pengalaman yang berbeda dari air terjun lainnya di Wonosobo. Di sini, Akan menemukan dua air terjun dengan suhu air yang berbeda, salah satunya dengan air hangat setinggi 30 meter dan yang lain dengan air dingin setinggi 75 meter.

Keunikan lain dari air terjun ini adalah bentuknya yang menyerupai akar di antara pepohonan, bukan seperti tirai putih pada umumnya. Karena keindahan alamnya yang mempesona, Sigludug sering dijadikan tempat healing dan tujuan para fotografer untuk menangkap momen terbaik. Lokasi air terjun ini berada di Dusun Lamuk, Desa Hutan, Kalidesel, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo. Wisata ini buka 24 jam setiap hari dengan tiket masuk hanya Rp5.000.

Ketiga air terjun ini tidak hanya menawarkan pemandangan indah, tetapi juga suasana alam yang tenang, ideal untuk yang ingin melepas penat dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Keindahan alam yang begitu alami dan eksotis akan membuat pengalaman liburan di Wonosobo semakin berkesan.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Lintang Gaisha, Juara 2 Mas Mbak Jateng 2024

Wonosobonew.com - Lintang Gaisha, atau yang akrab disapa Elgis, perwakilan dari Duta Wisata Wonosobo, berhasil meraih prestasi sebagai Juara 2 (Wakil I) dalam ajang Pemilihan Mas Mbak Jawa Tengah 2024. Kegiatan bergengsi tersebut berlangsung di Semarang pada 19-22 September 2024, dengan puncak acara Grand Final yang dihelat pada Sabtu malam, 21 September 2024, di Balairung UTC Hotel Semarang.

Keberhasilan Elgis menjadi salah satu prestasi yang diharapkan dapat memotivasi generasi muda di Wonosobo, terutama Duta Wisata, untuk terus mengembangkan bakat dan berkontribusi bagi daerah, khususnya dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sebagai siswi kelas XII di SMA Negeri 1 Wonosobo, Elgis mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam berbagai aspek, mulai dari pengetahuan pariwisata hingga penyampaian visi dan misi. Ia fokus pada promosi pariwisata, ekonomi kreatif, dan budaya lokal melalui beragam proyek, bakat seni budaya, kemampuan public speaking, keterampilan berbusana, serta penguasaan teknologi informasi.

Juara I untuk kategori Mbak Jawa Tengah diraih oleh perwakilan Kota Surakarta, sementara untuk kategori Mas Jawa Tengah, gelar utama jatuh kepada perwakilan Kota Semarang, dengan Wakil I Mas Jawa Tengah dari Banjarnegara. Selain Elgis, Wonosobo juga diwakili oleh Jheswa Bagus P, siswa SMA Negeri 1 Kertek, yang meski belum berhasil meraih juara, tetap mampu memberikan penampilan terbaiknya di tengah ketatnya persaingan peserta berbakat dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Jheswa dan Elgis berkolaborasi dalam menampilkan Tari Lengger Punjen, yang berhasil memukau penonton pada ajang Apresiasi ShowCase, sebuah kegiatan yang menampilkan berbagai atraksi seni dan budaya dari seluruh daerah di Jawa Tengah.

Acara Grand Final ini diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Disporapar, dan dibuka secara resmi oleh Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Forkopimda Provinsi, para Bupati dan Walikota se-Jawa Tengah, serta kepala dinas yang membidangi pariwisata dari berbagai daerah. Sorak-sorai pendukung yang hadir dengan atribut khas masing-masing turut menambah semaraknya suasana kompetisi.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Agus Wibowo, mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian Elgis dan Jheswa di ajang ini. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, termasuk Paguyuban Mas Mbak Wonosobo, para mentor, sekolah, keluarga, serta masyarakat Wonosobo. "Agus berharap prestasi ini dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan di masa mendatang."

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Uji Fisik di Ketinggian, Dieng Trail Run 2024 Menantang Para Pelari

Wonosobonews.com - Dieng Trail Run 2024 menjadi ajang pembuktian ketahanan fisik bagi pelari dari dalam dan luar negeri. Diadakan pada 20-21 September 2024, event ini berlangsung di kawasan Dieng, Wonosobo, dengan start yang berlokasi di halaman Foodpedia, dekat Telaga Warna. Sebanyak 758 peserta, baik nasional maupun internasional, ikut serta dalam perlombaan ini.

Event tahunan ini terbagi menjadi empat kategori, yaitu 12K, 25K, 60K, dan 100K, masing-masing dengan rute dan batas waktu lomba (Cut Off Time/COT) yang harus diselesaikan. Pada kategori 12K, peserta memiliki COT 5 jam untuk menyelesaikan rute yang melintasi puncak Gunung Prau, melewati Basecamp (BC) Dieng, dan turun di BC Patakbanteng.

Sementara itu, kategori 25K memiliki COT 8 jam dengan rute yang mencakup puncak Pakuwaja dan puncak Prau. Untuk kategori 60K, para pelari melewati puncak Prau, turun ke Wates dan Parikesit, berputar ke Telaga Cebong di Sembungan, hingga melintasi beberapa desa.

Kategori paling ekstrem, 100K, dimulai pada Sabtu, 21 September 2024, pukul 14.00 WIB. Rute ini melintasi Gunung Prau, kemudian menuju puncak Gunung Sindoro, turun, dan naik kembali ke Gunung Kembang, dengan batas waktu lomba 28 jam. Kategori 100K yang mengusung tema "Run Above The Clouds" (Lari di atas awan) ini diakui oleh International Trail Run Association (ITRA), dengan poin yang diberikan mulai dari 1 poin untuk 25K, 3 poin untuk 60K, dan 5 poin untuk 100K.

Pemenang kategori 100K, atau finisher, adalah Hariri Ma’mun dari Balikpapan. Ia berhasil menuntaskan perlombaan dalam waktu 22 jam 18 menit 1 detik, jauh di bawah tenggat waktu 28 jam. Sebelumnya, Hariri juga sempat mengikuti PON XXI Aceh Sumut di cabang olahraga Trail Run, meskipun hanya mampu finis di peringkat 10.

Dieng Trail Run juga diikuti oleh peserta dari berbagai usia, mayoritas berusia 20-40 tahun. Namun, beberapa peserta senior berhasil membuktikan ketahanan fisiknya. Gunawan (50 tahun) bersama istrinya (50 tahun) berhasil menyelesaikan kategori 25K. “Persyaratan mengikuti 25K ini adalah minimal pernah ikut half marathon,” ujar Suryani, istri Gunawan. Gunawan mengisahkan pengalamannya saat mengalami kram dua kali di jalur Pakuwaja. “Keringatku banyak, mungkin kurang minum yang mengandung ion,” ujarnya setelah menyelesaikan lomba.

Lebih senior lagi, dr. Bambang Aji (69 tahun) dari Bandung berhasil menuntaskan kategori 25K di bawah COT 8 jam, meskipun secara usia terbilang sepuh. Ketahanan fisiknya yang luar biasa membuatnya mampu bersaing dengan peserta yang lebih muda.

Para peserta Dieng Trail Run tidak hanya mengandalkan ketahanan fisik, tetapi juga persiapan yang matang, baik dari segi peralatan lari maupun biaya. Biaya pendaftaran untuk mengikuti perlombaan ini bervariasi, mulai dari Rp 500 ribu (USD 37) untuk kategori 12K, Rp 800 ribu (USD 55) untuk 25K, Rp 1,2 juta (USD 80) untuk 60K, hingga Rp 1,6 juta (USD 105) untuk 100K.

Bagi Gunawan dan istrinya, mengikuti Dieng Trail Run bukan sekadar kompetisi, tetapi juga sebagai bentuk liburan. Awalnya, hobi lari mereka hanya coba-coba ketika mengantar anak les berenang, namun kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup yang mereka nikmati bersama.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Wonosobo Dipilih Sebagai Proyek Percontohan Penilaian HAM di Lingkungan Pemerintah Daerah 2025

Wonosobonews.com - Pemerintah Kabupaten Wonosobo terpilih sebagai salah satu proyek percontohan (pilot project) Penilaian Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Komnas HAM pada tahun 2025. Penetapan ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan prinsip-prinsip HAM di pemerintah daerah di seluruh Indonesia, serta menekankan pentingnya ketaatan dan kepatuhan terhadap HAM oleh pemangku kewajiban.

Sekretaris Daerah Wonosobo, One Andang Wardoyo, menyambut baik kepercayaan ini dan berkomitmen untuk mendukung setiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Komnas HAM. "Kami berharap terpilihnya Kabupaten Wonosobo sebagai pilot project dapat memacu pengarusutamaan HAM di daerah," ujarnya. Ia menambahkan bahwa momentum ini penting untuk memperkuat langkah Wonosobo dalam menghadapi tantangan dalam mewujudkan kabupaten yang ramah HAM secara menyeluruh.

Kabupaten Wonosobo telah memiliki sejarah panjang dalam mendukung HAM. Pada tahun 2016, Kabupaten Wonosobo mengesahkan Peraturan Daerah Nomor 5 tentang Kabupaten Wonosobo Ramah HAM, yang menjadi dasar hukum dalam penegakan HAM di daerah tersebut. Selain itu, Wonosobo juga pernah menjadi tuan rumah Festival HAM Indonesia pada tahun 2018, serta membentuk Komisi Kabupaten Ramah HAM dengan masa bakti 2018-2021.

Komisioner Komnas HAM, Anis Hidayah, yang juga Ketua Tim Penilaian HAM, menyampaikan bahwa penilaian ini bertujuan untuk mengukur secara sistematis kepatuhan pemerintah daerah terhadap prinsip-prinsip HAM. Program ini merupakan prioritas nasional yang disetujui oleh Kementerian PPN/Bappenas, dengan hasil berupa pedoman penilaian HAM terhadap Kementerian dan Lembaga Negara yang akan membantu memastikan keselarasan kebijakan dengan prinsip HAM.

Sebagai bagian dari proses ini, Komnas HAM akan menggelar konsultasi publik dan diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk mendapatkan masukan terkait konsep dan indikator penilaian HAM. "Harapannya kegiatan ini menjadi masukan awal terhadap program Penilaian HAM untuk penyusunan naskah Pedoman Penilaian HAM terhadap Pemerintah Daerah dan audiensi dengan Pemerintah Daerah," pungkas Anis.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Pelatihan Pamedhar Sabda di Wonosobo, Upaya Melestarikan Bahasa Jawa bagi Pejabat dan Camat

Wonosobonews.com - Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) bekerja sama dengan Pengurus Daerah Permadani Wonosobo mengadakan Pelatihan Pamedhar Sabda. Kegiatan ini resmi dibuka oleh Sekretaris Daerah Wonosobo, One Andang Wardoyo, pada Jumat, 20 September 2024, di Gedung Korpri Wonosobo. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpidato dalam bahasa Jawa bagi Pejabat Eselon 2 dan para camat se-Kabupaten Wonosobo.

Dalam sambutannya, One Andang Wardoyo menegaskan pentingnya kemampuan berbahasa Jawa sebagai bagian dari identitas budaya yang perlu dijaga, terutama di era modernisasi. Bahasa Jawa juga memiliki peran penting dalam menyampaikan kebijakan pemerintah kepada masyarakat secara lebih kultural dan menyentuh.

Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi para pejabat dan camat dalam menggunakan bahasa daerah, terutama dalam forum resmi. Selain itu, program ini merupakan komitmen pemerintah untuk melestarikan budaya lokal dan memperkuat apresiasi terhadap bahasa Jawa di kalangan aparatur pemerintahan.

Para peserta akan menerima materi tentang teknik pidato formal dalam bahasa Jawa, dengan penekanan pada penggunaan ragam bahasa yang tepat sesuai situasi dan etika pidato. Mereka juga akan melakukan praktik langsung dan mendapatkan evaluasi dari narasumber berpengalaman, sehingga diharapkan mampu berpidato dengan lebih percaya diri.

Menurut Kepala Disparbud Wonosobo, Agus Wibowo, pelatihan ini direncanakan berlangsung selama 12 kali pertemuan dan diikuti oleh 40 peserta, termasuk Sekda, para asisten, staf ahli, pimpinan OPD, serta camat se-Kabupaten Wonosobo. Melalui kegiatan ini, para pejabat diharapkan dapat menjadi teladan bagi masyarakat dalam melestarikan bahasa dan budaya daerah.