Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Dieng Trail Run 2024, Lebih dari 800 Pelari Siap Jelajahi Keindahan Alam Dieng

Wonosobonews.com - Dieng Trail Run kembali hadir untuk kali ketiga pada 21-22 September 2024, setelah berhasil menarik ratusan peserta pada penyelenggaraan tahun 2022 dan 2023.

Tahun ini, jumlah peserta yang telah mendaftar telah melampaui angka 800, terdiri dari pelari lokal dari berbagai kota di Indonesia serta peserta internasional dari negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Prancis, dan lain-lain.

Pada penyelenggaraan kali ini, kategori perlombaan diperluas dengan jarak tempuh 12 km, 25 km, 60 km, dan 100 km. Rute terpanjang akan membawa peserta menuju puncak Gunung Kembang dan Gunung Sindoro, serta melintasi objek wisata ikonik di Dieng, termasuk Gunung Prau, Gunung Bismo, Gunung Pakuwaja, Telaga Menjer, dan Telaga Merdada.

Dengan popularitas lari trail yang semakin meningkat, panitia berharap dapat mencetak prestasi waktu tempuh yang lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Peserta juga akan memperoleh poin ITRA, indeks UTMB, dan berkesempatan mengikuti Asia Trail Master Championship.

Dieng Trail Run 2024 mendapat dukungan penuh dari Kemenparekraf RI, Disparbud Wonosobo, Perhutani Kedu Utara, serta paguyuban basecamp gunung-gunung yang akan dilintasi. Dukungan ini menunjukkan pentingnya event tersebut sebagai platform bagi para penggemar lari trail, sekaligus menjadi upaya untuk mengangkat potensi pariwisata olahraga di kawasan Dieng.

Acara tahun ini dikepalai oleh Ayu Ningtyas Surya sebagai Event Director, yang telah berpengalaman dalam mengorganisir berbagai lomba lari trail sejak 2016, termasuk Goat Run Trail Running. Dieng Trail Run 2024 mengusung konsep dan misi baru dengan komitmen lebih kuat terhadap acara berkelanjutan melalui konsep ONE HEALTH.

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran peserta mengenai pentingnya menjaga lingkungan, karena kesehatan manusia dan bumi adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Beberapa langkah nyata yang diambil dalam pelaksanaan Dieng Trail Run 2024 termasuk penggunaan shuttle menuju Dieng sebagai alternatif kendaraan pribadi, kegiatan plogging (berlari sambil memungut sampah), inisiatif daur ulang, dan pengurangan plastik sekali pakai. Selain itu, setiap peserta juga akan menerima satu bibit pohon yang akan ditanam di area konservasi dan restorasi Dieng bersama Perhutani.

Sebagai bagian dari upaya mengurangi limbah mode cepat (fast fashion waste), panitia juga menekankan tidak adanya pemberian jersey dalam paket perlombaan. Langkah ini merupakan bagian dari kampanye pengurangan limbah fashion.

Agus Wibowo, Kepala Disparbud Wonosobo, menyatakan dukungan penuh terhadap event Sport Tourism ini, yang telah menjadi bagian dari kalender acara Kabupaten Wonosobo sejak tahun 2022. Agus juga mengajak masyarakat untuk berwisata di Indonesia, khususnya di Wonosobo, dengan menyatakan bahwa Dieng Trail Run adalah salah satu cara menarik wisatawan ke kawasan Dieng.

Informasi lebih lanjut mengenai Dieng Trail Run dapat diperoleh melalui situs resmi www.diengtrailrun.id atau WhatsApp di nomor 081280144155.

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Keindahan Tersembunyi di Perkebunan Teh Tambi, Rumah Peri di Bawah Pohon Akasia Raksasa

Wonosobonews.com - Wonosobo tak henti-hentinya memukau dengan kekayaan alamnya yang luar biasa. Salah satu destinasi baru yang sedang viral di kawasan ini adalah sebuah objek wisata yang terletak di Perkebunan Teh Tambi.

Masyarakat lokal menyebutnya "Rumah Peri", sebuah destinasi tersembunyi yang kini menarik perhatian sebagai salah satu hidden gem Wonosobo. Rumah Peri ini sebenarnya adalah Pohon Akasia raksasa yang tumbuh di tengah Perkebunan Teh Tambi, memberikan suasana yang menenangkan dan memikat. Pohon ini berada di sebuah bukit kecil, sehingga dari bawahnya, hamparan hijau kebun teh yang asri terlihat begitu menakjubkan.

Pohon Akasia tersebut memiliki dahan dan ranting yang luas serta rimbun, menciptakan area teduh dan sejuk di bawahnya. Tak heran, para pengunjung yang datang merasakan kesegaran dan kesejukan alami saat berada di bawah pohon besar ini.

Jika cuaca cerah, dari bawah pohon ini wisatawan juga bisa menikmati pemandangan Gunung Sindoro yang megah di kejauhan.

Di batang Pohon Akasia ini terdapat sebuah balkon yang bisa dinaiki, memungkinkan para pengunjung untuk menikmati pemandangan sekitar dari sudut yang lebih tinggi. Letaknya yang jauh dari hiruk pikuk jalan raya dan pemukiman membuat suasana di sekitar Rumah Peri ini terasa tenang dan damai.

Angin gunung yang sejuk turut menambah kenyamanan bagi para pengunjung yang ingin bersantai di sini. Tak heran, Rumah Peri ini menjadi pilihan tepat untuk mereka yang ingin mencari ketenangan dan menjauh sejenak dari kehidupan kota yang sibuk. Ditemani kicauan burung yang sayup-sayup terdengar, tempat ini sangat cocok untuk beristirahat sambil menikmati suasana alam yang indah.

Bagi yang ingin mengunjungi Rumah Peri, tak perlu khawatir soal akses. Cukup dengan memasuki gang yang terletak di bagian atas atau sebelah timur PT Tambi, lalu mengikuti jalan yang ada, wisatawan akan menemukan loket masuk. Harga tiket masuk ke Rumah Peri juga sangat terjangkau, yaitu hanya Rp 10.000,00. Disarankan untuk datang pada pagi atau siang hari agar dapat menikmati cuaca cerah dan pemandangan alam yang mempesona.

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Puncak Seroja, Pilihan Tepat Pendaki Pemula dengan Pemandangan Menawan

Wonosobonews.com - Kota Wonosobo menjadi salah satu destinasi populer bagi para pendaki gunung, menawarkan berbagai pilihan jalur pendakian. Gunung-gunung seperti Prau, Sindoro, Sumbing, Kembang, dan Bismo sudah terkenal di kalangan pendaki, dengan tingkat kesulitan yang beragam dari mudah hingga cukup menantang.

Namun, Wonosobo masih menyimpan banyak keindahan lainnya, salah satunya adalah Puncak Seroja. Bukit yang juga dikenal sebagai Gunung Seroja ini adalah pilihan tepat untuk pendaki pemula. Pendakian ke puncak ini dapat dimulai dari basecamp di Desa Tieng, Kejajar, Wonosobo.

Gunung Seroja masih jarang dikunjungi oleh pendaki, memberikan suasana yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk. Meski sepi, keindahan pemandangan yang ditawarkan tidak kalah dengan gunung-gunung lain di Wonosobo. Di awal pendakian, para pendaki akan langsung disuguhkan pemandangan Gunung Sindoro, Gunung Pakuwojo, dan Bukit Sikunir.

Trek pendakian di Gunung Seroja relatif mudah bagi pemula, dengan beberapa tanjakan yang tidak terlalu berat dan jalur yang cukup landai. Salah satu pos pendakian menyediakan sumber mata air yang dapat digunakan untuk mengisi persediaan air minum. Tak jauh dari pos ini, terdapat Pohon Cemeti yang ikonik dan hamparan savana yang hijau.

Dari savana tersebut, puncak Bukit Sikunir yang terkenal bisa terlihat jelas. Area kemah di Gunung Seroja berada tidak jauh dari sini, dengan tanah yang datar dan terbuka. Dari area kemah ini, pendaki dapat menikmati panorama Kota Wonosobo dari ketinggian, Gunung Sindoro, dan Telaga Menjer.

Dengan medan yang tidak terlalu menantang, Gunung Seroja sangat direkomendasikan bagi pendaki pemula. Namun, persiapan matang tetap diperlukan sebelum mendaki, meskipun jalurnya tergolong mudah. Tetap perhatikan keselamatan diri dan orang lain selama pendakian untuk memastikan pengalaman yang menyenangkan.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Wahyu Budi Heriyanto Dilantik sebagai Kepala Rutan Wonosobo, Menggantikan Narya

Wonosobonews.com - Acara pisah sambut Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Wonosobo resmi digelar di Dewani View Resto & Cafe Wonosobo. Acara ini menjadi penanda pergantian kepemimpinan, di mana Narya, A.Md.IP., S.H., M.Tr.AP. sebagai Kepala Rutan yang lama, digantikan oleh Wahyu Budi Heriyanto, A.Md.IP., S.H., M.H., yang kini resmi menjabat sebagai Kepala Rutan Kelas IIB Wonosobo. Pada hari Senin, 2 September 2024.

Narya, yang telah mengemban tugas sebagai Kepala Rutan Kelas IIB Wonosobo selama 2 tahun 8 bulan, kini menempati posisi baru sebagai Kepala Rutan Kelas IIA Yogyakarta. Dalam wawancaranya dengan Wonosobozone.com, Narya menjelaskan, "Kemarin saya melaksanakan tugas di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosobo selama lebih kurang 2 tahun 8 bulan sebagai Karutan."

Narya menyampaikan rasa terima kasihnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan selama masa jabatannya di Wonosobo. "Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dinas terkait, seluruh Forkopimda, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan awak media yang selama ini sudah bekerja dengan baik serta bersinergi dengan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosobo selama saya menjabat," ujarnya.

Selain itu, Narya juga berharap agar seluruh pihak terus mendukungnya dalam menjalankan tugas baru di Yogyakarta, seraya berharap Rutan Kelas IIB Wonosobo dapat terus berkembang lebih baik. "Mohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat untuk saya bisa melaksanakan tugas dengan baik nantinya di Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Yogyakarta," tambahnya.

Selama kepemimpinannya, Narya telah mencatat sejumlah pencapaian, termasuk peningkatan fasilitas sarana dan prasarana, salah satunya pembangunan tembok keliling yang sesuai dengan standar keamanan. "Selama 2 tahun 8 bulan, alhamdulillah saya sudah bisa memperbaiki baik dari sarpras kemudian juga pelayanan dan juga pelaksanaan pembinaan," ungkap Narya. Ia juga menambahkan bahwa lapangan pembinaan telah diperbaiki, dilengkapi dengan pagar transparan dan pembatas, serta pembangunan aula di Rutan Wonosobo.

Dalam bidang pembinaan, Narya berhasil mengoptimalkan program pembinaan kepribadian dan kemandirian. "Di pembinaan kepribadian misalnya, penghuni rutan senantiasa diberi materi keagamaan. Lalu pada pembinaan kemandirian kita juga sudah bekerja sama dengan LPK untuk pemberian kursus maupun keterampilan," katanya. Salah satu pencapaian besar lainnya adalah peresmian program keterampilan hidroponik yang dihadiri oleh Bupati Wonosobo pada perayaan 17 Agustus 2024 lalu.

Selama masa kepemimpinannya, Narya juga berhasil menjaga Rutan Kelas IIB Wonosobo dari peristiwa negatif yang mencolok, dan ia berharap kepala rutan yang baru dapat melanjutkan dan meningkatkan pencapaian yang telah ada.

Di tempat yang sama, Wahyu Budi Heriyanto, Kepala Rutan Kelas IIB Wonosobo yang baru, menyampaikan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan. "Terima kasih atas doa dan dukungan semua pihak yang telah mendukung saya untuk menjadi Kepala Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Wonosobo yang baru," ujar Wahyu. Ia juga memberikan ucapan selamat kepada Narya atas tugas barunya di Yogyakarta. "Kepada Pak Narya selamat menjalankan tugas di Rutan Yogyakarta, mudah-mudahan sehat, selamat, dan sukses selalu. Saya akan melanjutkan perjuangan dan pengabdian Pak Narya di Rutan Kelas IIB Wonosobo," ungkapnya.

Wahyu berharap agar masyarakat dan seluruh pihak terus memberikan dukungan kepadanya dalam melaksanakan tugas di Wonosobo. "Mohon doanya semoga saya bisa melaksanakan tugas di Rutan Kelas IIB Wonosobo, terutama dalam hal melakukan pembinaan dan perawatan terhadap warga binaan kemasyarakatan di Wonosobo," tutupnya.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Viral di Media Sosial, Pembongkaran Makam Wali Abal Abal di Wonosobo

Wonosobonews.com - Baru-baru ini, sebuah video yang menampilkan aksi pembongkaran makam di Wonosobo, Jawa Tengah, menjadi viral di media sosial. Video tersebut, yang diunggah di TikTok oleh akun @Argama Balarama, menunjukkan proses pembongkaran makam yang disebut sebagai "Makam wali abal-abal." Hingga saat ini, video berdurasi sekitar 6 menit itu telah mendapatkan belasan ribu komentar dari warganet.

Pembongkaran ini dilakukan pada Rabu, 28 Agustus, di Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Dalam keterangan video, @Argama Balarama menjelaskan bahwa makam tersebut dibongkar oleh pemerintah dan masyarakat setelah melalui serangkaian rapat bersama.

Arga Balarama, yang juga merupakan anggota tim pembongkar Makam Kali Cuthang, mengonfirmasi kejadian tersebut saat dikonfirmasi oleh wartawan. Menurutnya, pembongkaran dilakukan untuk menghindari penyimpangan sejarah, karena banyak yang meragukan keaslian makam tersebut sebagai makam ulama atau wali.

Selama dua tahun terakhir, setidaknya 78 makam di perbatasan Desa Ngalian, Kecamatan Wadaslintang, telah dibongkar. Puluhan nisan di Kali Cuthang tersebut diklaim sebagai makam fiktif dan tidak diakui sebagai penemuan yang sah secara ilmiah.

Tim penelusuran yang diturunkan untuk menyelidiki keaslian makam ini tidak menemukan bukti konkret yang mendukung klaim bahwa lokasi tersebut pernah dijadikan makam ulama. Penemuan makam ini awalnya didasarkan pada informasi dari beberapa tokoh masyarakat melalui pendekatan spiritual pada tahun 2022, tanpa didukung oleh kajian ilmiah dan bukti sejarah yang memadai.

"Kami tidak menemukan bukti sejarah berupa artefak, catatan sejarah, atau dokumen kuno yang bisa mendukung klaim bahwa makam tersebut merupakan situs cagar budaya," ujar Arga. Selain itu, tim juga menemukan ketidaksesuaian antara jumlah makam dan nama-nama yang tercantum, serta tidak adanya sumber silsilah yang jelas terkait tokoh-tokoh yang dimakamkan.

Tim Penelusuran menyimpulkan bahwa Makam Kali Cuthang tidak dapat diakui sebagai penemuan yang sah karena tidak didukung oleh kajian ilmiah. Sebagai tindakan lanjutan, 78 batu nisan di lokasi tersebut dihancurkan agar masyarakat tidak lagi datang untuk berziarah ke makam tersebut.