Standard Post with Image
wonosobo terkini

Budidaya Lele, Harapan Baru Ekonomi Warga Lebak

Wonosobonew.com - Desa Lebak, Kecamatan Kaliwiro, Wonosobo, menjadi bukti nyata bahwa lokasi terpencil tidak menghalangi inovasi ekonomi. Budidaya ikan lele yang mulai dirintis sejak 2015 kini menjadi tulang punggung perekonomian warga Dusun Lebak. Dengan semangat gotong royong, usaha ini berhasil memberikan dampak positif, meskipun perjalanan tidak selalu mulus.

Andi Setiawan, salah satu pelopor budidaya lele di Lebak, menceritakan bagaimana usaha ini bermula dari hanya satu hingga dua peternak. "Awal tahun 2015 itu baru 1-2 orang yang mulai. Belum berjalan satu tahun, banyak dari teman-teman warga sekitar di Dusun Lebak ini ikut usaha budidaya ikan lele sampai jumlahnya mencapai 21 orang," kata Andi pada kunjungan Kamis, 14 November 2024.

Seiring waktu, usaha ini terus berkembang. Tahun 2016 menjadi titik balik ketika pembeli dari luar daerah, seperti Bogor, Banjarnegara, Temanggung, dan Magelang, mulai rutin datang untuk membeli bibit lele. "Kita hampir seminggu sekali ada bakul yang datang ke sini, bahkan dari Bogor juga hampir seminggu sekali datang," ujar Andi.

Produksi sebelum pandemi mencapai 1,5 juta ekor lele per bulan, menjadikan usaha ini andalan ekonomi Dusun Lebak. "Itu termasuk luar biasa untuk perekonomian khususnya di pelosok Lebak sini," tambah Andi. Namun, pandemi Covid-19 membawa tantangan besar, termasuk penurunan jumlah peternak aktif dari 21 menjadi hanya enam orang dan kendala air selama musim kemarau.

"Kita biasa kalau di musim kemarau itu bisa sangat kesulitan air. Kalau saya mengelola 50 kolam, biasanya ada beberapa kolam yang tidak produksi karena kekurangan air," jelasnya. Meski begitu, mereka tetap mampu memproduksi sekitar 600 ribu ekor lele per bulan, dengan pemasaran ke Wonosobo, Temanggung, Purworejo, Kebumen, Banjarnegara, dan Magelang.

Harga jual bibit lele berkisar Rp200 per ekor dengan pengiriman minimal 30 ribu ekor. Andi berharap usaha ini dapat terus berkembang, terutama jika didukung program pemerintah yang dapat memanfaatkan hasil panen mereka. "Harapan kami, usaha perikanan ini bisa terus maju dan berkembang. Kami berharap lele bisa menjadi menu dalam program makan bergizi gratis pemerintah, sehingga penyerapan hasil panen bisa diserap dari lokal kabupaten sendiri," ungkapnya.

Plt. Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, yang mendukung penuh usaha ini, menilai budidaya lele di Lebak sebagai contoh semangat ekonomi mandiri yang perlu ditularkan ke daerah lain. "Virus-virus positif seperti ini harus disebarluaskan, supaya masyarakat mempunyai kekuatan ekonomi secara mandiri," ujar Albar saat mengunjungi lokasi pembibitan.

Dengan tekad kuat dan dukungan pemerintah, warga Lebak optimis usaha mereka dapat terus memberikan manfaat besar, tidak hanya untuk masyarakat lokal, tetapi juga untuk daerah-daerah lain.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Pemkab Wonosobo Gelar Forum Konsultasi Publik untuk Dukung Kesejahteraan Guru Ngaji

Wonsobonews.com - Pemerintah Kabupaten Wonosobo mengadakan Forum Konsultasi Publik (FKP) untuk membahas Program Insentif Guru Ngaji, Kamis 14 November 2024. Acara yang berlangsung di Pendopo Wakil Bupati ini dihadiri oleh pemangku kepentingan serta guru ngaji dari berbagai wilayah Wonosobo.  

Plt Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, menegaskan pentingnya peran guru ngaji dalam membangun karakter masyarakat yang tidak hanya unggul secara akademis tetapi juga berakhlak mulia. “Guru ngaji punya posisi strategis dalam pembentukan karakter masyarakat yang baik,” ujar Albar.  

Sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi para guru ngaji, Pemkab Wonosobo memberikan insentif sebesar Rp1,2 juta per tahun untuk setiap guru. Program ini diatur melalui Peraturan Bupati Wonosobo Nomor 20 Tahun 2024. Sebanyak 10.000 guru ngaji mendapat insentif dari Pemprov Jawa Tengah, sementara 600 guru lainnya dibiayai langsung oleh Pemkab Wonosobo.  

Namun, sekitar 1.400 guru ngaji di Wonosobo masih belum terverifikasi sehingga belum menerima insentif. Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Wonosobo, Slamet Faizi, menegaskan bahwa pemerintah akan terus berupaya menyelesaikan verifikasi agar semua guru ngaji dapat menerima hak mereka.  

“Kami akan terus berupaya memfasilitasi seluruh guru keagamaan di Wonosobo agar bisa mendapat insentif,” ujar Slamet.  

Program ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan guru keagamaan nonformal yang telah berkontribusi besar dalam mendidik generasi muda Wonosobo.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Kisah Haru Kakek Joyo, Penjual Wayang Keliling di Wonosobo yang Bertahan Hidup di Usia 79 Tahun

Wonosobonews.com - Di usianya yang hampir mencapai 80 tahun, Kakek Joyo, warga Desa Jaraksari, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, masih gigih bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Ia bertahan hidup dengan berjualan wayang kulit keliling. Wayang yang ia buat berbeda dari wayang pada umumnya yang menggunakan bahan kulit sapi. Wayang buatan Kakek Joyo terbuat dari karton dan memerlukan waktu dua hari untuk membuat satu buah wayang, yang kemudian dijual seharga tiga ribu rupiah.

Dalam perbincangan dengan tim Rumah Yatim cabang Yogyakarta, Kakek Joyo bercerita bahwa ia telah berjualan wayang keliling selama puluhan tahun. Ketika masih kuat, ia sanggup berjualan setiap hari dan berjalan hingga belasan kilometer. Namun, seiring bertambahnya usia, kini ia hanya sanggup berjalan sejauh lima kilometer dan perlu beristirahat setiap beberapa meter karena kakinya sering terasa sakit dan mudah lelah.

"Sekarang ga bisa jualan jauh, jualan sejauh 5 kilometer tapi berhentinya setiap 10 meteran karena kaki kakek sakit dan gampang cape. Dulu bisa bikin wayang banyak dan laku banyak, sekarang laku dua juga udah alhamdulillah bisa buat beli sebungkus nasi tanpa lauk," ujarnya dengan nada getir.

Kakek Joyo hanya makan sekali sehari, itu pun jika wayangnya laku terjual. Tinggal seorang diri membuatnya harus terus bekerja demi makan. "Kakek sekarang tinggal sendiri, jadi kalo ga kerja ya gabisa makan. Kakek makan seringnya tanpa lauk, hanya nasi putih aja. Kakek pengen banget punya uang banyak biar bisa berobat ke dokter dan beli makanan enak. Selama ini kalo Kakek sakit cuman bisa minum jamu, Kakek pengen banget berobat, Kakek pengen banget makan sama lauk pauk enak," tuturnya penuh harap.

Sebagai bentuk kepedulian, Rumah Yatim cabang Yogyakarta memberikan bantuan berupa uang tunai untuk Kakek Joyo. Bantuan ini berasal dari aksi penggalangan dana melalui platform donasionline.id. Bantuan ini diharapkan dapat membantu meringankan beban Kakek Joyo dan memenuhi kebutuhannya.

"Alhamdulillah bantuan biaya hidup amanah dari para donatur sudah diberikan kepada kakek Joyo. Mudah-mudahan bantuan ini bisa memberikan banyak manfaat dan berkah untuk kakek. Serta menjadi ladang pahala, kebaikan dan berkah untuk para donatur yang telah membantu kakek melalui Rumah Yatim," ungkap Muhammad Iqbal, kepala cabang Rumah Yatim Yogyakarta.

Rasa syukur tak henti-hentinya diungkapkan Kakek Joyo ketika menerima bantuan tersebut. Ia berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada Rumah Yatim dan para donatur. "Alhamdulillah ya Allah, kakek baru kali ini dapat bantuan uang tunai sebanyak ini. Kakek tidak menyangka sebelumnya, terima kasih kasih Rumah Yatim dan para donatur, semoga gusti Allah membalas semuanya dengan balasan yang terbaik," ujar Kakek Joyo.

Bantuan tersebut akan Kakek Joyo gunakan untuk berobat dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti membeli beras, lauk-pauk, perlengkapan mandi, mencuci, bayar listrik, dan sebagai modal usaha.

Mari lanjutkan aksi kebaikan ini agar semakin banyak masyarakat prasejahtera yang dapat merasakan manfaatnya.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Kasus Eksploitasi Seksual di Wonosobo, Pria Bekasi Ditangkap Sebagai Perantara melalui Aplikasi MiChat

Wonosobonews.com - Tim Reserse Kriminal Polres Wonosobo berhasil menangkap Fahmi (25), seorang pria asal Bekasi, yang diduga terlibat eksploitasi seksual menggunakan aplikasi MiChat di salah satu hotel di Wonosobo. Penangkapan dilakukan setelah polisi menerima laporan dari masyarakat tentang dugaan perdagangan orang dan prostitusi di sebuah hotel di Wonosobo Timur, melibatkan tiga perempuan.

AKP Arif Kristiawan, Kasat Reskrim Polres Wonosobo, menjelaskan bahwa Fahmi berperan sebagai "joki" atau perantara yang mengatur transaksi bagi tiga pekerja seks, termasuk istrinya sendiri. "Setelah menerima informasi dari masyarakat, kami melakukan penyelidikan dan menemukan tersangka sedang mengatur transaksi di aplikasi MiChat," ujar AKP Arif.

Penangkapan Fahmi dilakukan pada Jumat, 8 November 2024, pukul 01.15 WIB. Dalam penangkapan itu, polisi menyita beberapa barang bukti, termasuk satu ponsel Vivo Y33s dan tiga alat kontrasepsi bekas. Fahmi diduga memanfaatkan aplikasi MiChat untuk menghubungkan para korban dengan pelanggan.

Menurut polisi, Fahmi mengelola akun dan mengatur harga per transaksi, yang berkisar antara Rp250.000 hingga Rp600.000. Dari setiap transaksi, Fahmi mengambil keuntungan sebesar Rp50.000. Sebagian besar uang diberikan kepada istrinya, tetapi kendali penuh tetap dipegang oleh Fahmi, sementara dua korban lainnya menerima pembayaran tunai dari pelanggan.

"Setiap korban rata-rata melayani empat pelanggan per hari, dan sebagian besar pelanggan berasal dari kalangan salesman yang sedang dalam perjalanan dinas," tambah AKP Arif.

Untuk mendapatkan lebih banyak pelanggan, Fahmi sering kali mengganti akun MiChat saat permintaan mulai sepi. Awalnya, Fahmi dan salah satu korban sudah berada di Wonosobo, kemudian istrinya dan seorang teman perempuannya menyusul.

Saat ini, Fahmi diamankan di Polres Wonosobo untuk pemeriksaan lebih lanjut. Polisi terus mendalami kasus ini untuk memastikan tidak ada korban tambahan dan untuk mengungkap jaringan di balik praktik eksploitasi ini.

Fahmi dijerat dengan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Pasal 506 KUHP tentang tindakan mucikari.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

APSAI Resmi Dibentuk, Wonosobo Raih Status Kabupaten Layak Utama

Wonosobonews.com - Bertempat di Dewani View Resto, Kabupaten Wonosobo melaksanakan sosialisasi dan pembentukan Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI) dengan tujuan mendorong kabupaten ini menuju predikat Kabupaten Layak Anak (KLA) Utama. Pada hari selasa 12 November 2024 kegiatan tersebut diinisiasi oleh Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Wonosobo.

Dalam sambutannya, Dyah Retno Sulistyowati, Kepala DPPKBPPPA Kabupaten Wonosobo, menekankan bahwa pembentukan APSAI akan memberikan kontribusi besar dalam mencapai status KLA yang lebih tinggi. “Efek positif ke depan dengan terbentuknya APSAI di Kabupaten Wonosobo akan ikut mendongkrak program Kabupaten Layak Anak. Karena saat ini, kita masih berada di tingkat madya, padahal yang terbaik adalah predikat utama,” ungkapnya.

APSAI ini dibentuk sebagai respons terhadap amanat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak serta Perpres Nomor 25 Tahun 2021 yang mengatur kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Melalui APSAI, perusahaan-perusahaan di Wonosobo diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam mewujudkan program Indonesia Layak Anak (IDOLA) pada 2030.

Ana, yang terpilih sebagai Ketua APSAI Kabupaten Wonosobo, mengajak seluruh perusahaan di Wonosobo untuk bersama-sama mendukung pemenuhan hak-hak anak. “Kita memiliki peran strategis sebagai mitra pemerintah untuk mewujudkan pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak anak,” ujarnya dengan penuh semangat.

Selain itu, Ana juga mengungkapkan bahwa mayoritas perusahaan di Wonosobo sudah melakukan kegiatan yang mendukung hak-hak anak. "Hampir 70 hingga 80 persen perusahaan di Wonosobo sudah melakukan kegiatan yang selaras dengan tujuan APSAI," tambahnya.

Pembentukan APSAI ini diharapkan bisa mempercepat pemenuhan hak anak di sektor pendidikan, fasilitas ramah anak, dan perlindungan sosial lainnya. Ana juga mengajak seluruh pihak untuk mendukung program ini dengan niat ibadah, karena kesuksesan ini akan membawa manfaat besar bagi masa depan anak-anak Wonosobo. “Bismillah, dengan niat ibadah, kita dukung bersama,” ujarnya.

Selain menjadi wadah kolaborasi antara perusahaan, APSAI juga akan berfungsi sebagai sarana untuk bertukar pengalaman dan praktik terbaik dalam pemenuhan hak-hak anak. Sinergi antar perusahaan ini dinilai sangat penting, karena dampak positif yang ingin dicapai dapat lebih kuat dan menyeluruh.

Dengan terbentuknya APSAI, Wonosobo kini memiliki peluang besar untuk mewujudkan Kabupaten Layak Anak Utama yang akan memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi penerus daerah ini.