Wonosobonews.com - Lupita Sari Dewi, seorang seniman perempuan asal Wonosobo, menggelar pameran lukisan tunggalnya yang berlangsung selama tiga hari, mulai dari tanggal 6 hingga 8 September 2024, di aula Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Wonosobo. Pameran ini menjadi tonggak sejarah, karena merupakan pameran tunggal pertama yang diadakan oleh seorang pelukis perempuan di kota tersebut.
Pameran ini menampilkan 25 karya lukisan Lupita yang dibuat sepanjang tahun 2024. Berlokasi tak jauh dari Alun-Alun Wonosobo, pameran ini juga menjadi ajang bagi Lupita untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada rekan-rekannya yang telah mendukungnya, serta kepada panitia yang telah membantu mewujudkan acara tersebut. “Terima kasih atas apresiasi teman-teman atas pameran tunggal pertama saya. Juga terima kasih pada panitia yang membantu saya untuk mewujudkan pameran tunggal ini. Pertemuan saya dengan kalian semua sungguh membuat saya yakin bahwa alam semesta menuntun jalan saya dalam berkesenian,” ujar Lupita dalam sambutannya.
Lupita juga mengungkapkan bahwa pertemuannya dengan para pendukungnya merupakan bagian dari perjalanan spiritual dalam dunia seni yang telah ia jalani. Selama ini, Lupita, yang akrab disapa Lupit, merasa dirinya sering tersembunyi sebagai seniman karena berkarya hanya di sela-sela waktu luangnya. Namun, kini ia memberanikan diri untuk tampil dan membagikan ide-idenya kepada publik.
Pameran ini juga ia anggap sebagai titik awal dalam mengolah ide-ide dan pengalaman hidupnya ke dalam karya seni. “Pameran tunggal pertama ini akan menjadi sebuah ‘wiwitan’ alias titik awal usaha saya dalam mengolah ide-ide dan pengalaman hidup ke dalam karya seni. Ide-ide yang saya bawa berangkat dari hal-hal sederhana dari alam yang sering luput dari perhatian kita. Sesekali kita perlu diam sejenak dan melakukan observasi dari objek-objek yang ada di alam,” jelasnya.
Tema pameran ini, “ Berguru Kepada Daun ”, lahir dari hobinya merawat tanaman. Ia menjelaskan bahwa merawat tanaman membutuhkan perhatian pada berbagai hal, seperti kebutuhan cahaya, karakter akar, hingga frekuensi penyiraman. “Saat merawat tanaman, kita harus perhatikan kebutuhan cahaya, karakter akar dan kecocokan unsur media, frekuensi penyiraman air, warna daun, intensitas pertumbuhan daun, ketahanan tanaman, hingga serangan hama, dan lainnya,” katanya.
Lupita mengakui bahwa aktivitas ini memberikan banyak pelajaran tentang karakter tanaman dan bagaimana manusia harus memahami kebutuhannya agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dari sini, ia mengambil pelajaran bahwa tanaman dapat menjadi guru bagi mereka yang mau mengamati dan memahaminya. “Ketika manusia egois dalam memperlakukan tanaman dengan semaunya sendiri tanpa memikirkan latar belakang dan asal usul tanaman tersebut berasal, maka daun tanaman tersebut akan layu dan mati. Dari situ, saya mengambil kesimpulan bahwa tanaman pun dapat menjadi guru bagi yang mau mengamati dan memahaminya,” tambahnya.
Meskipun begitu, Lupita menyadari bahwa karyanya belum sepenuhnya menggambarkan seluruh filosofi yang ia pelajari. Ia merasa masih banyak hal yang dapat dieksplorasi mengingat keberagaman flora dan spesies di dunia ini.
Wakil Bupati Wonosobo, Drs. Muhammad Albar, MM, yang hadir dalam pembukaan pameran tersebut, menyampaikan apresiasinya. Ia menganggap bahwa pameran ini berpotensi menjadi momentum kebangkitan dunia seni lukis di Wonosobo. "Atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Wonosobo, ini adalah aset yang luar biasa. Walaupun dengan kesederhanaan Lupita sukses menggelar pameran untuk menunjukan karya-karya terbaiknya," ujarnya.
Albar juga berharap pameran ini bisa menjadi pemicu bagi pelaku seni lainnya di Wonosobo untuk terus berkarya. Selain itu, ia melihat potensi seni lukis dalam menarik perhatian wisatawan ke Wonosobo, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Chune Ebeg Mayong, Presiden Pelukis Purbalingga, juga hadir dalam acara tersebut. Ia menyatakan bahwa perjalanan Lupita sebagai seniman tidak lepas dari keterlibatannya dalam acara "On The Street" (OTS). Chune menilai dukungan dari sesama pelukis di Wonosobo telah mendorong Lupita untuk menggelar pameran tunggal ini. “Bertumbuh dari OTS Wilayu, jadi dorongan dan support dari teman-teman pelukis Wonosobo hingga menjadikan Lupita berani untuk berpameran Tunggal. Sebelumnya saya hanya lihat dia pameran diluar kota maupun di Wonosobo dengan bareng-bareng,” ujarnya.
Tema Berguru Kepada Daun juga menjadi perhatian Chune, yang melihat bahwa Lupita berhasil menggantikan manusia dengan alam sebagai sumber pembelajaran. Ia mengungkapkan bahwa Lupita sangat mencintai alam sekitarnya dan mengenal baik tanaman yang dirawatnya.
Dhite Gusti Pujangga Buana, dalam kesempatan yang sama, berharap bahwa pameran ini dapat menjadi jembatan kreativitas bagi seniman lokal serta momentum awal bagi Lupita untuk terus menggali ide-ide baru dalam dunia seni.