Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Dieng Menuju Destinasi Wisata Ramah Muslim, Berpotensi Menarik Lebih Banyak Wisatawan Lokal dan Internasional

Wonosobonews.com - Kawasan wisata Dieng di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, sedang diarahkan untuk menjadi destinasi wisata ramah Muslim. Dengan segala potensi alam dan budayanya, Dieng diyakini dapat menarik lebih banyak wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, terutama wisatawan Muslim.

Potensi ini terlihat dari berbagai fasilitas yang disediakan, seperti tempat ibadah, sertifikasi halal untuk restoran, serta homestay yang dikelola dengan mengikuti standar syariah. Selain itu, kawasan ini juga menerapkan standar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability) untuk menjamin kenyamanan dan keamanan para wisatawan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Christoveny, menyatakan bahwa konsep wisata ramah Muslim sedang diperkenalkan sebagai salah satu langkah untuk mendukung pariwisata Dieng. Dengan kekayaan alam dan budaya yang dimiliki, Dieng dinilai sangat potensial menjadi destinasi favorit bagi wisatawan Muslim, baik lokal maupun internasional.

Selama penyelenggaraan Dieng Culture Festival (DCF) 2024, beberapa tenda mushola didirikan di berbagai titik untuk memudahkan wisatawan dalam melaksanakan ibadah. Christoveny menjelaskan bahwa untuk memperkuat ekosistem wisata halal di Dieng, mereka menyediakan fasilitas ibadah di area panggung Pandawa selama acara DCF XIV Tahun 2024 berlangsung.

DCF XIV 2024 juga dimeriahkan oleh kegiatan Kongkow Budaya dan Salawat, sebuah acara hasil kolaborasi antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa. Acara ini bertujuan untuk mensosialisasikan ekonomi dan keuangan syariah kepada masyarakat.

Christoveny menambahkan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi bagian dari rangkaian acara DCF XIV, tetapi juga termasuk dalam program Semarak Festival Ekonomi Syariah eks Karesidenan Banyumas (Selaras) yang menuju Festival Ekonomi Syariah (FESyar) 2024. Tema yang diusung adalah sinergi dalam memperkuat ekosistem halal dan mendukung kebangkitan ekonomi syariah di Jawa.

Acara Kongkow Budaya, yang berfungsi sebagai wadah untuk penyebaran informasi tentang ekonomi dan keuangan syariah, diisi dengan diskusi ringan yang melibatkan beberapa narasumber. Di antaranya adalah Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Purwokerto Mahdi Abdillah, akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus Dr. Abdul Jalil, dan budayawan Sosiawan Leak, serta diiringi oleh lantunan Suluk Tajug Menara (STM).

Dalam kesempatan ini, Mahdi Abdillah memaparkan prinsip-prinsip dasar ekonomi dan keuangan syariah, termasuk konsep kepemilikan, keadilan dalam berusaha, pertumbuhan yang seimbang, serta kerja sama untuk mencapai kebaikan bersama.

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Dieng Culture Festival Raih Posisi di Top 10 Kharisma Event Nusantara

Wonosobonew.com - Dieng Culture Festival (DCF) kini berhasil menempati posisi dalam daftar bergengsi Top 10 Kharisma Event Nusantara (KEN), sebagaimana disampaikan oleh Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Vinsensius Jemadu. Dari 110 acara yang dievaluasi, DCF masuk dalam sepuluh besar sebagai salah satu yang terbaik.

Pengumuman ini disampaikan Vinsensius dalam sambutannya saat pembukaan Dieng Culture Festival XIV di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Jumat sore. KEN merupakan kumpulan acara unggulan dari berbagai wilayah di Indonesia yang diharapkan menjadi magnet utama pariwisata di tingkat global.

Vinsensius juga menambahkan bahwa proses kurasi KEN dilakukan oleh para ahli nasional terbaik dari berbagai disiplin ilmu seperti pemasaran, strategi, digital, budaya, dan keuangan, bukan dari Kemenparekraf sendiri.

Ia menyampaikan kebanggaan atas pencapaian DCF yang kini setara dengan event besar di provinsi lain, seperti Bali, Sulawesi Utara, dan Jawa Timur. Lebih lanjut, ia berharap DCF akan terus berkembang menjadi acara bertaraf internasional yang akan mendapat dukungan penuh dari Kemenparekraf.

Tema "Back to Journey" yang diusung pada DCF XIV juga diharapkan dapat menjadi spirit untuk terus melestarikan dan mengenalkan kekayaan budaya Dieng dengan kreativitas yang tinggi, sehingga menciptakan daya tarik pemasaran yang unik.

Vinsensius menegaskan bahwa salah satu faktor utama yang membawa DCF masuk dalam Top 10 KEN adalah karena acaranya sangat berakar pada kearifan lokal, melibatkan seluruh elemen masyarakat, dan mendapatkan dukungan kuat dari pemerintah daerah. Ia menekankan bahwa kolaborasi, kreativitas, dan inovasi yang dibangun dalam acara ini telah memberikan kontribusi signifikan pada pencapaiannya.

Di sisi lain, Ketua Panitia DCF XIV, Alif Faozi, menjelaskan dalam konferensi pers bahwa tema "Back to Journey" dipilih sebagai pengingat untuk kembali pada tujuan awal penyelenggaraan festival ini. Ia berharap agar Dieng dapat terus meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya serta menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya. Alif juga berharap agar festival ini terus berkembang menuju pencapaian yang lebih besar tanpa harus mengalami penurunan setelah mencapai puncaknya.

Penjabat Bupati Banjarnegara, Muhammad Masrofi, menyoroti infrastruktur, terutama akses jalan menuju Dieng. Ia mengakui bahwa banyak wisatawan lebih memilih rute melalui Wonosobo karena kondisinya lebih baik. Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen untuk memperbaiki jalan-jalan menuju Dieng melalui Banjarnegara, serta menambah rambu-rambu penunjuk jalan dan lampu penerangan di beberapa titik yang masih kurang.

Standard Post with Image
ukm

Booth UMKM Banjarnegara Meriahkan Dieng Culture Festival 2024

Wonosobonews.com - Dieng Culture Festival (DCF) 2024 menjadi wadah untuk memperlihatkan seluruh potensi Kabupaten Banjarnegara, tidak hanya dari segi pariwisata, tetapi juga sektor ekonomi. Event berskala nasional ini turut melibatkan pelaku ekonomi kreatif dan UMKM dalam memperkenalkan produk-produk unggulan dari dataran tinggi Dieng.

Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Purwokerto kembali menjadi bagian dari penyelenggaraan Dieng Culture Festival 2024, yang masuk dalam Top 10 Karisma Event Nusantara (KEN) 2024. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas nilai rupiah, memelihara sistem pembayaran, dan memastikan kestabilan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Sejalan dengan tujuan tersebut, Dieng Culture Festival 2024 diyakini mampu memberikan dampak besar terhadap pengembangan ekonomi daerah.

Christoveny, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Purwokerto, menekankan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke DCF diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.

"Wisatawan yang datang akan berdampak bagi pendapatan masyarakat di sini. Ekonomi umum dan syariahnya tumbuh baik seperti hotel, resto, dan semuanya," ujar Christoveny, Jumat (23/8/2024).

Beliau juga optimis bahwa DCF akan mampu membangkitkan perekonomian masyarakat secara keseluruhan dengan efek berganda, mengingat banyaknya kegiatan ekonomi seperti festival kopi dan ekonomi syariah yang turut hadir dalam event ini.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan UMKM dan ekonomi kreatif, Bank Indonesia Purwokerto turut memfasilitasi pameran UMKM pada Dieng Culture Festival 2024. Sebanyak 30 UMKM kopi, yang terdiri dari 15 UMKM hulu dan 15 UMKM hilir yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Indikasi Geografis (MPIG), turut berpartisipasi dalam pameran ini. Selain itu, terdapat 15 klaster UMKM lainnya yang bergerak di bidang makanan, minuman, kerajinan, dan fashion yang juga merupakan binaan Bank Indonesia.

Para pengunjung Dieng Culture Festival 2024 dapat membeli produk-produk khas Banjarnegara yang tersedia di booth atau tenant UMKM yang tersebar di area Panggung Pandawa dan Panggung Arjuna.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

236 Desa di Wonosobo Terima Kucuran Dana Desa 2024, Ini Jumlahnya!

Wonosobonews.com - Sebanyak 236 desa di Kabupaten Wonosobo telah menerima alokasi dana desa. Dana ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fokus penggunaan dana desa terletak pada pembangunan infrastruktur dan pengembangan sumber daya masyarakat di tingkat desa. Dengan pemanfaatan yang tepat, dana ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan, terutama dalam meningkatkan perekonomian desa dan mencapai kemakmuran.

Setiap desa di Kabupaten Wonosobo menerima jumlah dana yang bervariasi, mulai dari Rp600 juta hingga lebih dari Rp1 miliar. Berikut adalah rincian alokasi dana desa untuk beberapa desa di berbagai kecamatan:

Kecamatan Wadaslintang:

  • Desa Kaligowong: Rp1.091.022.000
  • Desa Sumbersari: Rp690.859.000
  • Desa Sumberejo: Rp748.116.000
  • Desa Erorejo: Rp816.416.000
  • Desa Karanganyar: Rp928.911.000
  • Desa Panerusan: Rp938.267.000
  • Desa Plunjaran: Rp966.192.000
  • Desa Kumejing: Rp1.029.852.000
  • Desa Lancar: Rp1.274.528.000
  • Desa Somogede: Rp1.108.469.000
  • Desa Trimulyo: Rp1.208.048.000
  • Desa Tirip: Rp1.269.758.000
  • Desa Besuki: Rp905.084.000
  • Desa Gumelar: Rp1.096.320.000
  • Desa Ngalian: Rp1.026.618.000
  • Desa Kalidadap: Rp881.802.000

Kecamatan Kepil:

  • Desa Gondowulan: Rp1.613.741.000
  • Desa Jangkrikan: Rp1.143.550.000
  • Desa Tegeswetan: Rp1.213.727.000
  • Desa Gadingsukuh: Rp1.099.529.000
  • Desa Burat: Rp904.417.000
  • Desa Bener: Rp1.018.998.000
  • Desa Gadingrejo: Rp1.528.530.000
  • Desa Beran: Rp1.315.149.000
  • Desa Kapulogo: Rp989.951.000
  • Desa Kagungan: Rp985.654.000
  • Desa Randusari: Rp815.394.000
  • Desa Rejosari: Rp934.824.000
  • Desa Ngalian: Rp770.850.000
  • Desa Kalipuru: Rp751.236.000
  • Desa Tanjunganom: Rp1.485.424.000
  • Desa Kaliwuluh: Rp1.407.920.000
  • Desa Tegalgot: Rp903.990.000
  • Desa Warangan: Rp1.072.176.000
  • Desa Ropoh: Rp1.707.320.000
  • Desa Pulosaren: Rp1.706.743.000
  • Desa Bogoran: Rp875.101.000

Kecamatan Sapuran:

  • Desa Karangsari: Rp875.693.000
  • Desa Pecekelan: Rp1.195.255.000
  • Desa Glagah: Rp856.764.000
  • Desa Surojoyo: Rp1.291.352.000
  • Desa Talunombo: Rp1.157.400.000
  • Desa Tempursari: Rp1.189.603.000
  • Desa Jolontoro: Rp798.212.000
  • Desa Sedayu: Rp1.375.926.000
  • Desa Ngadisalam: Rp856.189.000
  • Desa Tempuranduwur: Rp1.305.328.000
  • Desa Marongsari: Rp945.512.000
  • Desa Batursari: Rp1.284.306.000
  • Desa Banyumudal: Rp2.117.306.000
  • Desa Ngadikerso: Rp1.171.401.000
  • Desa Rimpak: Rp1.566.194.000

Kecamatan Kaliwiro:

  • Desa Selomanik: Rp830.284.000
  • Desa Bendungan: Rp707.960.000
  • Desa Medono: Rp801.785.000
  • Desa Ngadisono: Rp980.705.000
  • Desa Lebak: Rp832.156.000
  • Desa Ngasinan: Rp715.827.000
  • Desa Kaliguwo: Rp882.455.000
  • Desa Pesodongan: Rp1.113.617.000
  • Desa Lamuk: Rp950.587.000
  • Desa Pucungkerep: Rp857.271.000
  • Desa Gambaran: Rp685.572.000
  • Desa Purwosari: Rp825.570.000
  • Desa Grugu: Rp818.972.000
  • Desa Tracap: Rp932.090.000
  • Desa Kauman: Rp968.394.000
  • Desa Cledok: Rp826.410.000
  • Desa Winongsari: Rp1.051.695.000
  • Desa Sukoreno: Rp807.937.000
  • Desa Kemiriombo: Rp891.818.000
  • Desa Tanjunganom: Rp976.556.000

Dana desa ini diharapkan dapat menjadi penggerak utama dalam pembangunan desa, termasuk pembangunan fasilitas umum, infrastruktur, dan program pemberdayaan masyarakat. Dengan penggunaan yang efektif dan transparan, diharapkan desa-desa di Kabupaten Wonosobo dapat terus berkembang dan memberikan manfaat maksimal bagi seluruh warganya.

 

Standard Post with Image
ekonomi

Okupansi Hotel di Wonosobo Meningkat Tajam Selama Dieng Culture Festival 2024

Wonosobonews.com - Okupansi hotel di wilayah Kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan yang signifikan selama berlangsungnya Dieng Culture Festival (DCF) 2024. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Wonosobo, Agus Wibowo. 

Meskipun DCF diadakan di kawasan Dieng, Banjarnegara, dampaknya dirasakan hingga wilayah Wonosobo.  Menurut Agus, banyak wisatawan yang memilih menginap di hotel-hotel Wonosobo karena jalur utama menuju dataran tinggi Dieng melewati Kabupaten ini.  Selain sektor perhotelan, sektor kuliner di Wonosobo juga ikut terdampak dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang. 

"Jadi pada kegiatan DCF 3 hari ke depan secara umum berdampak pada tingkat hunian hotel dan konsumsi. Karena nanti di akomodasi dan konsumsi itu mengalami peningkatan. Beberapa hotel yang besar kami cek Horison Resort, Dafam, Egale full. Dampaknya sampai ke kota full," ungkap Agus. 

Namun, Agus mengakui bahwa ia tidak dapat memastikan penuh atau tidaknya homestay di wilayah Wonosobo, mengingat jumlah homestay yang cukup banyak, terutama di daerah Kejajar yang memiliki sekitar 200 penginapan. 

Dieng Culture Festival 2024, yang berlangsung hingga 25 Agustus, berhasil menarik minat wisatawan, baik lokal, luar daerah, maupun mancanegara.  Event ini tidak hanya menjadi ajang budaya, tetapi juga menjadi pendorong signifikan bagi industri pariwisata dan ekonomi lokal di Wonosobo.