Standard Post with Image
Wonosbo terkini

Tradisi Nyadran Sambut Ramadhan di Kampung Kasiran Wonosobo: Ziarah Makam, Gotong Royong, dan Slametan

wonosobonews.com - Warga Kampung Kasiran, yang terletak di Kelurahan Mlipak, Kabupaten Wonosobo, menjalankan sebuah tradisi istimewa untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi tersebut dikenal sebagai "Nyadran" atau "Sadranan".

Dalam Nyadran, para warga Kampung Kasiran berkumpul untuk melakukan ziarah massal ke makam desa dan melakukan gotong-royong membersihkan area tersebut. Selain itu, mereka juga melaksanakan acara "Slametan" sebagai bentuk kegembiraan menyambut bulan Ramadhan.

Menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat, Siti Sichatun, Nyadran dilakukan setiap bulan Sya'ban atau Ruwah dalam kalender Hijriah dan Jawa. Kegiatan ini melibatkan berbagai kalangan masyarakat dari tingkat Lurah, RT, RW, hingga tokoh agama dan organisasi kemasyarakatan seperti Fatayat NU, Muslimat NU, dan Banser.

Rangkaian acara Nyadran dimulai dengan ziarah pagi ke makam desa untuk mendoakan para leluhur. Prosesi ziarah ini diikuti oleh doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam leluhur. Setelah itu, dilakukan gotong-royong membersihkan area makam sebagai wujud kebersamaan dan kegembiraan menyambut Ramadhan.

Selanjutnya, acara Nyadran ditutup dengan Slametan, di mana para warga berkumpul untuk berdoa bersama, mengucap syukur kepada Tuhan, dan menyantap hidangan bersama. Siti Sichatun berharap tradisi ini dapat mempererat hubungan antarwarga dan tetap lestari di masa yang akan datang.

 

Standard Post with Image
Wonosbo terkini

20 Bintara Remaja Polres Wonosobo Ikuti Pembinaan Tradisi dan Pembaretan di Dieng

wonosobonews.com - Sebanyak 20 bintara remaja, terdiri dari 19 pria dan 1 wanita, mengikuti kegiatan pembinaan tradisi dan pembaretan di Polres Wonosobo. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kapolres Wonosobo, AKBP Donny Lumbantoruan, dan dilaksanakan pada Kamis, 7 Maret di halaman Mapolres Wonosobo.

Pembinaan tradisi ini melibatkan long march dari Polres Wonosobo menuju Dieng dengan melewati beberapa pos. Di setiap pos, para bintara remaja menerima materi dan praktik tentang berbagai aspek Kepolisian dari berbagai satuan dan fungsi sambil beristirahat sejenak. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan wilayah Wonosobo kepada para bintara remaja.

Sebelumnya, para bintara remaja telah menjalani persiapan dan latihan selama sekitar 1 bulan untuk mempersiapkan pembinaan tradisi ini. Kapolres menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat membentuk mental dan fisik mereka serta membangun kedisiplinan dan kekompakan dalam menghadapi tugas-tugas yang berat di masa depan.

Pembinaan tradisi ini juga dimaksudkan sebagai pengingat bahwa menjadi anggota Polri dan memperoleh baret membutuhkan proses yang keras. Para bintara remaja diingatkan untuk menghargai proses tersebut dan berdinas dengan baik setelahnya.

Setelah perjalanan panjang, kegiatan berlanjut dengan pemberian baret di Bukit Sikunir keesokan paginya. Setiap bintara remaja menerima wejangan dari PJU Polres Wonosobo dan dipasangkan baretnya. Tak hanya itu, mereka juga melakukan penanaman pohon di sekitar telaga Ceboong, Sembungan, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

Pembinaan tradisi ditutup dengan upacara penyiraman bunga di Polres Wonosobo pada Jumat, 8 Maret 2024, sebagai tanda resmi bergabung sebagai anggota Polres Wonosobo. Kegiatan semacam ini direncanakan akan diadakan setiap tahun untuk menyambut anggota baru di Polres Wonosobo.

 

Standard Post with Image
Wisata

Kabar Terbaru Wisata 2024: Umbul Mudal Slukatan, Destinasi Menyelam di Alam Wonosobo

wonosobonews.com - Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, kembali memukau dengan destinasi wisata terbarunya tahun 2024, Umbul Mudal Slukatan. Meskipun Dieng menjadi ikon wisata Wonosobo, kehadiran Umbul Mudal Slukatan membawa nuansa baru yang menawan bagi para pengunjung.

Tempat ini tidak sekadar destinasi liburan biasa. Dengan keajaiban alamnya yang masih alami dan tersembunyi, para wisatawan akan merasakan sensasi menyelam ke dalam pesona alam yang memukau. 

Terletak dekat Gunung Bismo, dengan ketinggian 2365 mdpl, Umbul Mudal Slukatan menawarkan panorama alam yang memukau. Kolam airnya yang jernih dipenuhi dengan puluhan ikan koi dan emas berukuran besar, serta memiliki kedalaman 1-2 meter, memberikan pengalaman berenang yang tak terlupakan.

Bagi pecinta berenang, tempat ini menjadi surga tersendiri. Kesegaran airnya yang tak tertandingi serta pemandangan hutan yang masih asri menjadikan pengalaman berenang di Umbul Mudal Slukatan sangat menyenangkan. 

Tak hanya itu, wisatawan yang tidak bisa berenang juga dapat menikmati keindahan alam di sekitar kolam dengan berjalan di atas pohon tumbang tengah kolam dan berinteraksi dengan ikan-ikan yang berenang di sekitarnya.

Keunikan tempat ini tak hanya terletak pada kolam airnya yang indah, tetapi juga pada kemungkinan untuk menikmati air terjun yang berjarak hanya beberapa meter saja. Suara gemericik airnya akan memberikan pengalaman santai yang luar biasa.

Bagi para penggemar fotografi, Umbul Mudal Slukatan adalah surga. Berbagai sudutnya yang menawan dan keindahan alaminya menciptakan latar belakang foto yang sempurna. Namun, para wisatawan diingatkan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian alam agar tempat ini tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Tempat ini buka setiap hari dan menyediakan fasilitas yang memadai, seperti toilet, lahan parkir yang luas, dan lampu penerangan untuk malam hari. Selain itu, di sekitar kolam terdapat banyak pedagang sehingga para wisatawan tidak perlu khawatir akan kelaparan setelah berenang.

Bagi yang ingin berkunjung ke Umbul Mudal Slukatan, lokasinya berada di Slukatan, Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dari pusat Wonosobo, pengunjung dapat mengikuti rute melalui Jalan Honggoderpo, lalu ke Jalan Kh. Ahmad Dahlan dan belok kiri ke Jalan Bismo. Lanjutkan perjalanan ke Jalan Raya Mojotengah hingga tiba di pertigaan Ponpes Al-Anwar, lalu belok kanan dan mengikuti jalanan pedesaan hingga tiba di Umbul Mudal Slukatan.

Berbeda dengan tempat wisata lainnya, Umbul Mudal Slukatan tidak mengenakan biaya tiket masuk, hanya biaya parkir sebesar Rp 2000 untuk sepeda motor.

 

Standard Post with Image
Wonosbo terkini

Migrasi Wonosobo Gelar Sosialisasi E-Paspor dan Bentuk Desa Binaan untuk Cegah TPPO

wonosobonews.com - Kepala Seksi Dokumen Perjalanan dan Izin Tinggal di Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo, Faqih Ramadhani Prabowo, menyampaikan bahwa upaya untuk mencegah terjadinya Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Wonosobo dilakukan dengan menyebarkan informasi tentang permohonan izin ke luar negeri melalui sosialisasi e-paspor.

Dalam rangka ini, Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo menggelar kegiatan sosialisasi paspor elektronik dan pembentukan Desa Binaan Imigrasi. Desa Binaan tersebut berfungsi sebagai sumber intelijen untuk memberikan informasi tentang bahaya TPPO.

Faqih mengatakan bahwa pada tahun 2022, Kantor Imigrasi Wonosobo telah menemukan beberapa kasus TPPO, sebagian besar disebabkan oleh kesulitan masyarakat dalam mengakses informasi terkait paspor dan keimigrasian.

"Oleh karena itu, pada tahun 2024, kami mengadakan program Desa Binaan di Desa Pakuncen Kecamatan Selomerto," jelasnya.

Selain itu, Faqih juga menjelaskan bahwa Kantor Imigrasi Wonosobo telah memberikan layanan E-Paspor, yang memiliki keamanan data tingkat tinggi karena menggunakan chip. E-Paspor juga memberikan keuntungan seperti kemungkinan mendapatkan visa waiver ke Jepang bagi pemilik e-paspor ber-chip.

Untuk mendapatkan e-paspor, masyarakat perlu membayar biaya sebesar Rp 650.000,- dengan masa aktif selama 10 tahun. Faqih juga menambahkan bahwa e-paspor dapat mempermudah pemiliknya untuk masuk ke beberapa negara tanpa visa, seperti Jepang dan Korea.

 

Standard Post with Image
Wisata

Desa Serang Wonosobo: Kaya Sejarah dan Diselimuti Misteri

wonosobonews.com - Desa Serang, yang terletak di Kabupaten Wonosobo, kini menjadi sorotan karena sejarahnya yang kaya. Desa ini terletak di Kecamatan Kejajar, hanya sekitar 17,6 KM dari Kota Wonosobo, dengan waktu tempuh sekitar 33 menit saja. Data statistik mencatat bahwa pada tahun 2020, Desa Serang memiliki populasi sebanyak 2.251 penduduk.

Seperti kebanyakan desa lainnya, Desa Serang juga memiliki sejarah yang menarik. Berdirinya desa ini memiliki dua versi, namun belum ada bukti pasti untuk kedua versi tersebut. Menurut versi pertama yang dilansir dari laman resmi Pemdes Serang, desa ini digunakan sebagai tempat persembunyian bagi tentara selama Perang Dunia II. Keberadaannya sangat tersembunyi karena pepohonan yang rimbun, menjadikannya satu-satunya desa di Kecamatan Kejajar yang tidak terlihat dari udara.

Desa Serang juga diketahui digunakan sebagai pijakan Serangan Bala tentara, terutama jika terjadi serangan dari Belanda di Daerah Kejajar dan Tambi. Pendiri Desa Serang konon adalah anak pertama dari Sunan "Geseng" yang bernama "Singojoyo", seorang bangsawan yang juga menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.

Versi kedua mengambil nama dari ratu Nyi Ageng Serang atau Raden Ayu Serang, yang kabarnya adalah salah satu istri Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1825, ratu tersebut diketahui singgah dan menetap di Desa Serang. Namun, hingga kini belum ada bukti yang menegaskan keberadaannya.

Di Desa Serang, terdapat makam yang disebut "Makam Ny Ageng Serang", yang masih dianggap kramat oleh masyarakat setempat dan sering dikunjungi oleh warga dari luar daerah. Karena kekeramatannya, makam tersebut menjadi ikon desa, sehingga desa ini dikenal sebagai Desa Serang.