Standard Post with Image
ekonomi

SETDA WONOSOBO MENGGELAR FORUM KONSULTASI PUBLIK UNTUK MENINGKATKAN STANDAR PELAYANAN PUBLIK

Wonosobonews.com - Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo menggelar Forum Konsultasi Publik (FKP) Evaluasi Standar Pelayanan, Senin (6/11/2023) bertempat di Ruang Mangoenkoesoemo.

Dwi Saraswati, Kepala Bagian Organisasi Pemerintahan Setda Kabupaten Wonosobo, menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan Forum Konsultasi Publik (FKP) adalah untuk memberikan informasi kepada publik mengenai pelayanan yang tersedia.

"Melalui kegiatan ini layanan di Setda bisa sampai kepada masyarakat sehingga mendapatkan informasi yang jelas baik prosedur maupun persyaratan-persyaratan terkait dengan layanan yang diberikan," jelasnya. 

Beberapa bidang di Setda Wonosobo, seperti Bagian Pemerintahan, Bagian Kesejahteraan Rakyat, dan Bagian Hukum yang merupakan Unit Kerja di bawah Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretaris Daerah, menyampaikan informasi mengenai pelayanan yang mereka tangani kepada publik.

Dalam Forum Konsultasi Publik (FKP) tersebut, berbagai layanan yang disediakan oleh Setda Wonosobo meliputi permohonan data dan informasi yang dapat diajukan melalui masing-masing bagian terkait. Terdapat juga kaitannya dengan kerjasama yang dilakukan melalui Bagian Pemerintahan Setda.

Lalu urusan hukum dan produk hukum bisa diakses melalui JDIH, layanan bantuan untuk masyarakat bidang pendidikan kesehatan melalui Bagian Kesra, dan lain sebagainya. 

Beberapa keluhan masyarakat terkait pelayanan yang ada, beberapa masih ditemukan. Seperti kurang pahamnya terkait prosedur yang berlaku. 

"Sebenarnya sudah disosialisasikan namun ada beberapa hal yang menyebabkan informasi tidak sampai dengan baik. Melalui FKP ini bisa dilaksanakan, sehingga apabila ada perubahan-perubahan ketentuan atau kesalahan prosedur bisa terupdate," imbuhnya.

Diskusi dan tanya jawab dalam Forum Konsultasi Publik (FKP) ini menjadi bahan evaluasi untuk pelayanan yang lebih baik kedepannya.

 

Standard Post with Image
ekonomi

SEJAK NOVEMBER 2023, SEBANYAK 1.107 UNIT RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) DI WONOSOBO TELAH DITANGANI

Wonosobonews.com - Jumlah bantuan bagi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kabupaten Wonosobo meningkat dalam tiga tahun belakang ini.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perumahan, Permukiman dan Perhubungan (Disperkimhub) Wonosobo, Agus Susanto usai acara Penyerahan Bantuan Sosial RTLH dan LP2B dan Public Hearing Perbup RP2KPKP Kabupaten Wonosobo, Senin (6/11/2023) di Pendopo Bupati.

"Kita pakai data tahun 2021 itu RTLH yang bisa ditangani 502 unit, tahun 2022 sebanyak 956 unit, dan tahun 2023 hingga awal November 1.107 unit," ungkapnya.

Bantuan yang disediakan untuk Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) berasal dari berbagai sumber. Beberapa di antaranya termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD), Bank Pembangunan Daerah (Bankeu Pemdes), Program Bantuan Sosial Pasca Bencana (BSPS), Program Bantuan Pemulihan Pasca Bencana Provinsi (PB Pasca Bencana Provinsi), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Baznas), dan lain-lain.

Total bantuan yang diterima penerima berbeda-beda tergantung program yang diberikan.

"Target menyelesaikan RTLH di Wonosobo jauh dengan anggaran terbatas. Tapi dengan melihat grafiknya ini sudah cukup bagus dan meningkat," ujarnya. 

Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat menyampaikan ke depannya bantuan RTLH secara bertahap akan terus ditambah.

Menurutnya untuk mengatasi masalah RTLH di Wonosobo, jumlahnya adalah cukup besar tetapi anggaran yang tersedia adalah terbatas. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk bersama-sama menyelesaikan masalah kemiskinan di Wonosobo.

 

"Ini kita gotong royong dengan biaya pemerintah, BUMN, BUMD, Swasta, kita keroyok bareng-bareng. Walaupun biaya besar tetap kita realisasikan hingga akan tuntas pada waktunya," tuturnya.

Kepedulian masyarakat juga sudah mulai muncul melalui program RTLH berbasis anggaran dari masyarakat dengan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di salah satu desa di Wonosobo. 

"Kalau kita nilai ini bagus, hal yang bisa dikembangkan dan ditiru desa-desa lain. Yang kaya bisa membantu yang lemah wujudkan gotong royong di masyarakat," tandasnya.

 

Standard Post with Image
ekonomi

Pengembangan Diversifikasi Produk Sentra Industri Kecil di Wonosobo Tahun 2023

Wonosobonews.com - Penutupan Pendampingan Pengembangan  Diversifikasi Produk Sentra Industri Kecil Tahun 2023. Acara ini ditutup di Hotel FrontOne Harvest Wonosobo pada hari Kamis, 2 November 2023.

Firman Cahyadi, Kepala Bidang Pelatihan Tenaga Kerja Produktif dan Industri di Disnakerintrans Wonosobo dalam pertemuan tingkat industri, Cahyadi mengungkapkan inisiatif terbaru mereka yang bertujuan untuk mendukung tiga pusat industri skala kecil di Wonosobo.

Diantaranya Sentra Opak Apik Jolontoro, Sentra Pandai Besi Krasak, dan Sentra Tembakau Swating.

"Selama ini sementara sentra kita sudah tumbuh secara organik. Tapi belum terkonsolidasi dengan baik. Maka perlunya kita menyatukan para pelaku industri dalam organisasi yang namanya kegiatan ini sentra," ungkapnya.

Dalam pendampingan pengembangan dan diversifikasi produk sentra industri kecil ini memberikan pengetahuan dan keterampilan di antara anggota pusat-pusat industri kecil tidak hanya dapat meningkatkan praktik produksi yang efektif, namun juga mengembangkan pusat-pusat tersebut selaras dengan pemetaan pasar.

"Pendampingan kelembagaan juga diikutsertakan agar mereka bisa melakukan konsolidasi, bisa kolektivitas produksi ataupun modal sehingga di sisi hulunya bisa efisien dan hilirnya pemasaran mereka bisa lebih efektif," jelasnya. 

Guna mempromosikan sentra industri kecil menjadi semakin penting Upaya promosi melibatkan penerbitan katalog dan penggunaan iklan melalui content creator di media sosial.

Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar mengungkapkan harapannya bahwa kegiatan promosi seperti ini dapat membantu meningkatkan kualitas produk tiap-tiap sentra dan akhirnya berdampak positif pada peningkatan perekonomian keluarga.

"Melalui sentra tentu efektif dengan modifikasi yang sudah ada akan berbeda dan menawarkan harga yang kompetitif," ungkapnya.

Wabup Albar mendorong pelaku industri kecil untuk mulai mengikuti perkembangan zaman dalam melakukan pemasaran.

"Saya kira promosi melalui media sosial lebih efektif dengan berbagai kreatifitas agar bisa menarik perhatian masyarakat," pungkasnya.

 

Standard Post with Image
ide bisnis

Warga Wonosobo tawarkan produk Unggulan Opak Koin dan Opak Puthil

wonosobonews.com - Desa Jolontoro, Kecamatan Sapuran, Wonosobo, yang merupakan rumah bagi mayoritas produsen opak (makanan ringan tradisional Indonesia) secara resmi diakui sebagai Pusat Opak dengan nama "Sentra Opak Apik Jolontoro".

Camilan gurih dan renyah ini biasa ditemukan di rumah-rumah sebagai santapan tamu atau sebagai makanan khas daerah yang dibawa pulang saat berkunjung ke Wonosobo.

Afiani, Ketua Sentra Opak Apik Jolontoro, dengan bangga menyatakan bahwa sekitar 400 rumah tangga di Desa Jolontoro telah melakukan produksi opak, menjadikannya usaha yang berkembang di masyarakat.

"Jadi mereka 400 KK dalam proses berizin. Jadi saya berusaha untuk menggandeng mereka untuk punya perizinan melalui sentra yang baru dibentuk beberapa bulan ini," jelasnya.

Sentra Opak Apik Jolontoro, membuat kita terpesona dengan produk-produk berkualitasnya, baru saja melaunching dua jenis opak baru yaitu opak koin dan opak puthil Kedua produk baru ini langsung menjadi penjuru perhatian dan menjadi produk unggulan saat ini.

Sentra Opak Apik Jolontoro menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan produk opak berkualitas tinggi, melalui pengawasan ketat dari proses pengolahan bahan baku hingga ke tahap pengepakan produk menjaga higienitas

"Kita sudah mendapat pelatihan dari Disnakertrans Wonosobo serta menjalin komunikasi dengan Dinkes Wonosobo untuk bisa survey, memberi ilmu, agar tidak terjadi kejomplangan," jelasnya.

Opak koin mentah dijual langsung dari produsennya dengan harga 15.000 rupiah per kilogram, sedangkan opak puthil mentah dijual dengan harga 30.000 rupiah per kilogram.

Hebatnya, setiap keluarga di Desa Jolontoro mampu memproduksi keripik opak hingga 250 kilogram per bulan. Bersiaplah saat kita melihat lebih dekat bisnis yang berkembang ini.

"Bahan baku kita dapatkan dari wilayah Sapuran saja masih mencukupi. Tapi ada juga beberapa yang mengambil dari Banjarnegara," tambahnya.

Pemasaran produk opak di Desa Jolontoro ini sudah sampai berbagai kota di luar Jawa hingga ke luar negeri.

Standard Post with Image
ekonomi

Upaya Percepat Penurunan Stunting Pemkab Wonosobo

Wonosobonews.com - Penyelenggaraan 'Rembug Stunting Jilid II Periode III' dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan pencegahan dan mempercepat pengurangan stunting di Wonosobo

Rembug Stunting kali ini melibatkan camat, kepala desa, lurah dan bidan desa. Hal ini, Sebagai langkah konsolidasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan.

Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Jaelan menjelaskan pentingnya kegiatan ini dan bagaimana peran masing-masing pihak dalam percepatan penurunan stunting.

Dalam upaya penurunan angka stunting pemerintah pusat dan daerah berkolaborasi dalam pelaksanaan berbagai program strategis. Salah satu di antaranya adalah kegiatan Rembug Stunting yang dijadikan sebagai forum diskusi dan perencanaan terpadu untuk memastikan pencegahan dan penurunan stunting berjalan efektif.

“Penurunan angka stunting di Wonosobo memang cukup konsisten. Saya mengharapkan komitmen, dukungan dan kerjasama seluruh lintas sektor serta komitmen dalam mendukung program aksi percepatan penurunan stunting terutama para Kades dan Bidan Desa yang langsung berperan penting," ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan, Rembug Stunting tahap kedua, sebuah program yang didedikasikan untuk menghasilkan data komprehensif untuk penanganan stunting.

kemajuan penanganan stunting dan evaluasinya secara efektif, memperkuat kolaborasi komunal dalam penanganan stunting, meningkatkan efektivitas intervensi spesifik yang dilakukan oleh desa, kelurahan, perangkat daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

“Rembug Stunting kali ini lebih mengerucut lagi, dengan mengundang para pemangku kebijakan dibawah seperti Kades, Lurah, Bidan dan kepala Puskesmas. Periode ketiga dilaksanakan bersama 4 kecamatan yaitu Kecamatan Kalibawang, Kepil, Kalikajar dan Sapuran dibarengkan dengan launching program Sobo Hebat Sedulur Selawase,” jelasnya.

Menurutnya, Program Sobo Hebat Sedulur Selawase merupakan sebuah program penanganan stunting yang fokus pada sasaran balita stunting melalui intervensi spesifik pemberian nutrisi lewat terapi protein hewani dari telur diharapkan mampu menekan laju penurunan stunting di Wonosobo.

“Program ini diwujudkan melalui pemberian dua butir telur setiap hari kepada balita stunting di Kabupaten Wonosobo selama 90 (sembilan puluh) hari, yang menyasar 7.774 balita. Harapannya mampu mengurangi prevalensi stunting secara signifikan,” tuturnya.

Namun Jaelan menekankan bahwa tantangannya bukan pada pengadaan telur, namun memastikan bahwa telur tersebut dikonsumsi secara konsisten seluruhnya oleh balita yang mengalami stunting selama periode 90 hari.

Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat telah mendorong semua pihak yang terlibat dalam tim percepatan penurunan stunting untuk meningkatkan upaya mereka, meningkatkan koordinasi, kolaborasi, konektivitas, dan memperkuat komitmen. Selain itu, ia menekankan kepada semua pihak perlunya memperkuat kemitraan dan sinergi antar seluruh pemangku kepentingan.

“Saya harap upaya konvergensi bersama ini mampu mencegah munculnya lebih banyak permasalahan stunting, jangan sampai ada kasus stunting baru di kabupaten kita, untuk mewujudkan zero new stunting,” ungkapnya.

Bupati Afif menekankan kinerja Wonosobo yang terpuji di tingkat nasional dalam mengurangi stunting, yang berhasil menurunkan angka stunting sebesar 5,4% lebih tinggi dibandingkan tingkat nasional sebesar 2,8%.

Bulan lalu, pemerintah pusat mengapresiasi upaya Kabupaten Wonosobo dalam menurunkan stunting dan mengentaskan kemiskinan dengan memberikan penghargaan.

Wonosobo juga mendapat Dana Insentif Daerah sebesar 13 miliar rupiah bersama 54 kabupaten/kota lain di seluruh Indonesia. Meski angka stunting terus menurun, Bupati Afif menyatakan upaya tersebut tidak boleh berhenti.

Ia mengimbau agar semua pihak memperkuat komitmennya dalam menanggulangi permasalahan stunting, dan memastikan program yang dirancang dapat dilaksanakan secara efektif.

“Melalui Program Sobo Hebat Sedulur Selawase, atau Wonosobo Hebat Atasi Stunting Sehari Dua Telur Selalu Pantau tumbuh Kembang, Awasi dan Jaga Kesehatannya, Semangati Pola Asuhnya, menjadi sebuah peluang yang sangat strategis, sebagai implementasi riil konvergensi intervensi penanganan stunting, yang kita harapkan bersama dapat berhasil signifikan menurunkan angka stunting di Wonosobo,” pungkasnya.