Standard Post with Image
wonosobo terkini

Kodim 0707/Wonosobo Tanam 1.300 Pohon di Kaliwiro untuk Lingkungan Hijau dan Berkelanjutan

Wonosobonews.com - Kodim 0707/Wonosobo melaksanakan kegiatan penghijauan di Dusun Maron, Desa Grugu, Kecamatan Kaliwiro, dengan menanam 1.300 bibit pohon di lahan seluas 2 hektare. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Polsek, Camat Kaliwiro, Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI), tim SAR, BPBD, Pramuka, dan masyarakat setempat.  

Beragam bibit pohon yang ditanam, seperti alpukat, sukun, balsa, jabon, petai, dan jambu, bertujuan untuk melestarikan lingkungan sekaligus memanfaatkan lahan yang tidak produktif. Dengan tema “Bersatu dengan Alam untuk Indonesia Hijau,” acara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan dan pertanian berkelanjutan.  

Komandan Kodim (Dandim) 0707/Wonosobo, Letkol Inf Helmy, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen TNI dalam menjaga kelestarian alam.  

“Penghijauan ini menjadi salah satu langkah nyata kami dalam memanfaatkan lahan tidur agar dapat memberikan manfaat jangka panjang,” ujarnya.  

Ia juga menekankan pentingnya perawatan bibit yang telah ditanam.  

“Pohon-pohon ini tidak hanya sekadar ditanam, tetapi harus dirawat agar tumbuh dengan baik. Hasilnya nanti bisa dimanfaatkan oleh generasi mendatang,” tambah Helmy.  

Camat Kaliwiro, Hermawan Animoro, turut memberikan apresiasi kepada Kodim 0707/Wonosobo atas inisiatif penghijauan ini.  

“Kami berterima kasih kepada Kodim 0707/Wonosobo atas kegiatan ini. Serta mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama merawat lingkungan demi masa depan yang lebih baik,” ucap Hermawan.  

Ia menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam mengubah lahan tidak produktif menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat.  

“Pohon-pohon ini tidak hanya sekadar ditanam, tetapi harus dirawat agar tumbuh dengan baik. Hasilnya nanti bisa dimanfaatkan oleh generasi mendatang,” pungkasnya.  

Dengan semangat kolaborasi dari berbagai pihak, penghijauan di Dusun Maron menjadi contoh nyata upaya menjaga kelestarian alam sambil meningkatkan potensi ekonomi lokal.

 

Standard Post with Image
ukm

Budidaya Lele di Wonosobo Bangkitkan Ekonomi Warga Dusun Lebak Sejak 2015

Wonosobonews.com - Dusun Lebak, Kecamatan Kaliwiro, Wonosobo, menjadi pusat pengembangan usaha budidaya lele yang telah menggerakkan ekonomi warga sejak 2015. Usaha produktif ini awalnya hanya dirintis oleh segelintir warga, namun kini telah melibatkan banyak peternak.  

Andi Setiawan, salah satu peternak lele yang turut memulai usaha ini, mengenang bagaimana bisnis tersebut berkembang pesat.  

“Awal tahun 2015, baru 1-2 orang yang memulai. Belum berjalan satu tahun, banyak warga sekitar ikut usaha budidaya ikan lele, sampai sekarang jumlahnya mencapai 21 orang,” ungkapnya.  

Pada 2016, usaha ini semakin berkembang dengan para peternak rutin melayani pembeli dari berbagai daerah, termasuk Bogor, Banjarnegara, Temanggung, dan Magelang. Bahkan, setiap minggu, pembeli datang untuk mendapatkan bibit lele dari dusun ini.  

“Hampir setiap minggu ada bakul dari Bogor dan daerah lain datang,” kata Andi.  

Produksi bibit lele di Lebak sempat mencapai angka fantastis, yaitu rata-rata 1,5 juta ekor per bulan. Namun, tantangan besar muncul saat pandemi Covid-19 melanda. Jumlah peternak menurun drastis, dan musim kemarau memperburuk situasi dengan terbatasnya pasokan air.  

“Kalau musim kemarau, kami kesulitan air. Dari 50 kolam yang saya kelola, ada beberapa yang terpaksa tidak produksi,” jelas Andi.  

Meski demikian, enam peternak yang masih aktif tetap mampu memproduksi sekitar 600 ribu ekor per bulan. Pemasaran bibit lele tetap berjalan dengan baik, meliputi wilayah Wonosobo, Temanggung, Purworejo, Kebumen, Banjarnegara, dan Magelang.  

Bibit lele dihargai Rp 200 per ekor, dengan pengiriman minimal 30 ribu ekor sekali kirim. Kontribusi ekonomi dari usaha ini mendapat apresiasi tinggi dari Plt Bupati Wonosobo, Muhammad Albar.  

“Virus-virus positif seperti ini harus disebarluaskan supaya masyarakat memiliki kemandirian ekonomi,” ujarnya saat mengunjungi lokasi budidaya.  

Andi dan para peternak berharap usaha mereka mendapat dukungan lebih dari pemerintah, termasuk menjadikan lele sebagai bagian dari program makan bergizi.  

“Harapan kami, lele bisa diserap oleh program makan bergizi pemerintah, sehingga hasil panen bisa terserap di kabupaten sendiri,” tutur Andi.  

Usaha budidaya lele di Dusun Lebak menjadi bukti nyata bagaimana usaha lokal dapat membangkitkan ekonomi dan kemandirian masyarakat, meskipun penuh tantangan.

 

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Kisah Pemuda Wonosobo yang Menyalahgunakan Jabatan untuk Melakukan Pencurian HP di Kos Mahasiswa

Wonosobonews.com - M Khikmal Azri, seorang pemuda berusia 21 tahun yang menjabat sebagai ketua pemuda Kampung Janggrungan, Kelurahan Kalibeber, Wonosobo, diduga terlibat dalam kasus pencurian ponsel di kos mahasiswa.  

Menurut keterangan Kasat Reskrim Polres Wonosobo, AKP Arief Kristiawan, kejadian ini berlangsung pada Sabtu dini hari, 2 November 2024, sekitar pukul 04.00 di sebuah kos di Kelurahan Kalibeber, Kecamatan Mojotengah. Pelaku memanfaatkan kelengahan penghuni kos yang sedang tertidur dan pintu kamar yang tidak dikunci.  

"Korban yang pertama kali terbangun menyadari ponselnya di samping bantal sudah hilang. Termasuk kedua temannya melihat ponsel mereka telah raib, termasuk yang sedang diisi daya," ungkap Arief.  

Ketiga korban, yakni Andi Setyawan (17), Elfian Handoyo (16), dan Thoriq Alfan Saputra (16), kemudian didatangi oleh pelaku yang mengaku ingin membantu. Dengan berpura-pura menjadi ketua pemuda setempat, pelaku mengaku datang untuk mendata identitas penghuni kos, termasuk nama, alamat, sandi ponsel, dan akses Gmail.  

"Pelaku menjanjikan akan membantu mencari ponsel yang hilang dan bahkan berjanji menemani korban melapor ke Polsek keesokan harinya," tambah Arief. Namun, pelaku tidak kunjung muncul, sehingga para korban curiga dan akhirnya melaporkan kasus ini ke Polsek Mojotengah pada pukul 11.00 siang.  

Kerugian yang dialami ketiga korban ditaksir mencapai Rp 9,8 juta. Ponsel yang dicuri antara lain iPhone 11 Pro Max milik Andi senilai Rp 5,3 juta, Samsung Galaxy M02 milik Arda senilai Rp 1,5 juta, dan Redmi Note 10S milik Thoriq senilai Rp 3 juta.  

Berdasarkan laporan tersebut, polisi segera bertindak dan berhasil menangkap M Khikmal Azri. Pelaku terbukti membawa ponsel milik para korban.

 

Standard Post with Image
ekonomi

HUT Korpri Soroti Anti KDRT dan Dukungan untuk Petani

Wonosobonews.com - Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Jawa Tengah ke-53 pada Minggu, 17 November 2024, berlangsung meriah di halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah. Acara yang melibatkan ribuan peserta ini mengusung beragam kegiatan, seperti jalan sehat, sarapan bersama, aksi peduli petani, aneka perlombaan, konser musik, dan berbagai kegiatan lain yang mengedepankan kolaborasi sosial dan ekonomi.

Momentum ini dimanfaatkan untuk mengkampanyekan gerakan anti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang bertajuk "Kerasan di Rumah." Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, menjelaskan bahwa kampanye tersebut bertujuan menciptakan lingkungan rumah tangga yang aman dan nyaman bagi setiap anggota keluarga.

"Kegiatan peringatan HUT Korpri kita kolaborasikan dengan mengkampayekan gerakan kembali ke keluarga dan kerasan (betah) di rumah. Gerakan ini untuk menghindari KDRT," ujar Sumarno.

Kegiatan jalan sehat yang diikuti lebih dari 10 ribu peserta menjadi wadah strategis untuk menyuarakan pentingnya kesadaran kolektif terhadap isu KDRT. Kampanye ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN), yang diharapkan dapat menjadi panutan dalam membangun keluarga yang harmonis.

Selain kampanye sosial, acara ini juga menghadirkan aksi peduli petani sebagai bentuk dukungan terhadap pengendalian inflasi pangan. Dalam aksi tersebut, peserta dapat menebus aneka sayur segar dan cabai kering dengan harga murah, serta menyaksikan demo masak inovatif menggunakan cabai kering dan pasta bawang merah.

Menurut Sumarno, aksi ini sejalan dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Meski produksi bawang merah dan cabai di Jawa Tengah surplus, inflasi kerap terjadi akibat fluktuasi harga di luar masa panen.

"Harapan kami, melalui sosialisasi ini para Aparatur Sipil Negara (ASN) dapat memberi contoh kepada masyarakat agar terbiasa mengkonsumsi cabai kering dan pasta bawang. Kalau ini bisa kita jalankan, maka pengendalian inflasi bisa terjaga," jelasnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Rahmat Dwisaputra, menambahkan bahwa BI berkomitmen mendukung pengendalian inflasi dari hulu hingga hilir. Di sisi hulu, BI meningkatkan kapasitas petani dan produksi pertanian , sementara di hilir, BI memberikan bantuan alat pengolahan cabai dan bawang merah untuk menjaga kualitas hasil panen.

"Sehingga kebutuhan cabai dan bawang tersedia setiap bulan,” kata Rahmat.

Pada kesempatan tersebut, Bank Indonesia juga memberikan bantuan alat pengolahan cabai dan bawang merah kepada kelompok tani di daerah sentra produksi seperti Temanggung, Wonosobo, Kabupaten Semarang, dan lainnya. Hal ini dilakukan agar hasil panen tetap terjaga kualitasnya sepanjang tahun, sehingga mampu menekan inflasi pangan.

Acara HUT Korpri Jateng ke-53 ini tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga wadah inovatif untuk mengedepankan isu-isu strategis. Melalui kampanye anti-KDRT dan dukungan konkret untuk petani, acara ini membuktikan bahwa sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dapat menjadi solusi atas tantangan sosial dan ekonomi di Jawa Tengah.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Kolaborasi Lintas Generasi, Duta Seni Wonosobo 2024 Gemakan Budaya di TMII

Wonosobonews.com - Wonosobo kembali memancarkan pesonanya dalam Pentas Duta Seni Jawa Tengah 2024 yang berlangsung di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pada Sabtu, 16 November 2024. Pementasan ini mengukir kesan mendalam dengan menampilkan drama tari Legenda Kiai Surung, yang dikemas bersama musik tradisional khas Wonosobo, bundengan.

Acara ini menjadi momentum strategis dalam melestarikan budaya lokal sekaligus memperkenalkan keindahan seni Wonosobo ke khalayak nasional. Dalam sambutannya, Risturino, Kasubid Masyarakat dan Hubungan Antar Lembaga Badan Penghubung Jawa Tengah, menggarisbawahi pentingnya perhelatan ini.

"Kekayaan potensi seni budaya ini harus kita perkenalkan, sebarluaskan, dan promosikan kepada masyarakat luas. Seni budaya lokal harus tetap eksis dan berkembang," ujarnya.

Tidak hanya sebagai ajang apresiasi, Pentas Duta Seni ini juga menjadi ruang edukasi lintas generasi. Hal ini terlihat dari keterlibatan seniman dari berbagai kelompok usia yang berasal dari Sanggar Satria dan Sanggar Kambang Laras. Dengan mengangkat kisah legendaris Kiai Surung, pementasan ini tidak hanya menyentuh aspek hiburan, tetapi juga memperkuat nilai historis dan filosofi budaya yang diwariskan secara turun-temurun di masyarakat Wonosobo.

Plt. Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, memberikan perhatian khusus pada keunikan musik bundengan, yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda.

"Musik bundengan itu musik khas Wonosobo yang terinspirasi dari kebiasaan orang menggembala bebek di sawah. Musik ini memiliki warna yang sangat indah dan memikat," ungkapnya.

Albar juga menyoroti bahwa drama tari Kiai Surung adalah cerminan kolaborasi lintas generasi yang luar biasa, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

"Drama ini melibatkan anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, menunjukkan kolaborasi dan semangat kebersamaan yang luar biasa," tambahnya.

Kegiatan ini juga menggarisbawahi potensi Wonosobo sebagai pusat seni dan budaya di Jawa Tengah, yang tak hanya kaya akan seni tetapi juga alam dan kuliner yang memikat.

"Kabupaten Wonosobo memiliki anugerah berupa keindahan alam, kuliner, dan seni budaya yang sangat kaya. Semua ini menjadi daya tarik wisata yang harus kita kembangkan tanpa menghilangkan prinsip dan makna aslinya," imbuh Albar.

Tahun ini, Wonosobo menghadirkan sajian seni dengan standar tinggi, menargetkan kembali predikat penyaji terbaik, sebagaimana yang diraih pada tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan harapan Risturino, yang mengapresiasi upaya Pemkab Wonosobo dalam mempertahankan tradisi lintas generasi.

Pentas ini tidak hanya sekadar hiburan, melainkan juga medium pembelajaran dan pelestarian budaya. Melalui semangat kolaborasi lintas generasi, Wonosobo menunjukkan bahwa seni dan budaya bisa menjadi jembatan untuk membangun identitas lokal yang kuat sekaligus menarik minat wisatawan.

Ajang ini menjadi bukti bahwa Wonosobo tak sekadar menyimpan kekayaan budaya, tetapi juga mampu memanfaatkannya sebagai aset strategis untuk meraih pengakuan di tingkat regional dan nasional.