Standard Post with Image
wonosobo terkini

Momentum HCTS di Wonosobo, Anak anak Diajak Tingkatkan Gaya Hidup Sehat

Wonosobonews.com - Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTS) menjadi ajang penting bagi Wonosobo untuk memperkuat komitmen dalam meningkatkan kebiasaan hidup sehat. Kegiatan yang dilangsungkan di SMP Negeri 1 Kertek pada Jumat, 18 Oktober 2024, ini tidak hanya menjadi momen refleksi, tetapi juga langkah nyata dalam memperbaiki kesehatan masyarakat. Plt. Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, menegaskan bahwa HCTS adalah sarana strategis untuk mendorong masyarakat agar semakin sadar pentingnya mencuci tangan dengan sabun, demi mencegah penyebaran penyakit sekaligus membangun pola hidup bersih yang berkelanjutan.

Dalam pidatonya, Albar menyebut bahwa kegiatan ini sejalan dengan tema HCTS 2024 di Wonosobo, yaitu "Mengapa tangan bersih masih penting?" Tema ini bertujuan mengajak semua lapisan masyarakat, khususnya anak-anak, untuk terus membiasakan cuci tangan pakai sabun dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, fasilitas umum, maupun di rumah masing-masing.

“Selain cuci tangan pakai sabun, saya minta kepada seluruh remaja putri, khususnya yang hadir di sini, untuk menumbuhkan kesadaran diri dalam pencegahan anemia, dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, menerapkan pola hidup sehat, dan rutin mengkonsumsi tablet tambah darah satu kali per minggu,” tambahnya. Albar juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mengentaskan stunting, yang berdampak besar terhadap kualitas sumber daya manusia, demi menciptakan generasi unggul di Wonosobo.

Kepala Dinas Kesehatan Wonosobo, Dr. Jaelan, menjelaskan bahwa peringatan ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat.

“Kegiatan ini rutin dilakukan di sekolah-sekolah agar mampu menggerakkan dan menumbuhkan pola hidup sehat kepada anak-anak,” ungkapnya. Acara ini juga dirangkai dengan kegiatan Jumat Berseri (Bersama Sehatkan Remaja Putri), yang melibatkan minum tablet tambah darah bersama, sebagai langkah pencegahan anemia yang akan berdampak signifikan pada kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Dengan upaya ini, Wonosobo terus berkomitmen memperbaiki kesehatan generasi muda, memulai dari kebiasaan sederhana namun penting, seperti cuci tangan pakai sabun.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Suhartoyo Petani Kopi dan Pelestari Hutan di Watumalang, Raih Penghargaan Kalpataru 2024

Wonosobonews.com - Perubahan besar membutuhkan waktu dan dedikasi. Hal inilah yang dibuktikan oleh Suhartoyo, seorang warga Desa Krinjing, Kecamatan Watumalang, Wonosobo, yang berhasil membawa perubahan besar bagi lingkungannya. Selain menjaga kelestarian hutan, ia juga berkontribusi memajukan ekonomi masyarakat melalui pertanian kopi. Dedikasi tersebut membuatnya meraih penghargaan Kalpataru 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Namun, perjuangannya tidak mudah. Di era 1980-an, Kecamatan Watumalang menghadapi permasalahan serius, yaitu penjarahan hutan. Pohon akasia di kawasan itu kerap ditebang oleh warga untuk kebutuhan pengeringan tembakau. "Dulu wilayah sini basisnya tembakau. Saat ramainya penjarahan, ada warga yang ikut memanfaatkan kayu hutan itu diambil dijadikan kayu bakar untuk garang tembakau," kenang Suhartoyo.

Perubahan mulai terlihat pada tahun 1999 dengan masuknya program Pengelolaan Sumber Daya Hutan Berbasis Masyarakat (PSHBM), yang mengajak masyarakat mengelola hutan secara berkelanjutan. Bersama tokoh-tokoh lokal, Suhartoyo mengawal pemanfaatan lahan hutan Perhutani agar dapat digunakan oleh masyarakat. Namun, PSHBM tidak bertahan lama dan kemudian digantikan oleh Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Suhartoyo dan rekan-rekannya kemudian mendirikan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk menjaga kelestarian hutan sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat.

Suhartoyo kemudian menggagas penanaman kopi di bawah tegakan pohon hutan. Setelah beberapa tahun, hasil mulai terlihat. “Sekarang beberapa tanaman kopi mulai berbuah, dan harapannya kopi bisa menjadi salah satu andalan ekonomi masa depan," ungkapnya.

Seiring dengan meningkatnya popularitas kopi lokal, Suhartoyo terjun ke bisnis kopi dengan serius. Ia tidak hanya menjual biji kopi mentah, tetapi juga mengolahnya menjadi bubuk kopi siap konsumsi. Berkat ketekunannya, kopi yang dihasilkan berhasil menembus lima besar dalam Kontes Kopi Spesial Indonesia (KKSI) pada 2021.

Dengan merek Sembrani akronim dari Semangat Ekonomi Mandiri, Berusaha Rajin, Amanah, Nasional, dan Ibadah Suhartoyo memasarkan kopi dalam berbagai bentuk, mulai dari biji panggang (roast bean), biji mentah (green bean), hingga bubuk. Namun, ia kini menghadapi tantangan baru, yaitu keterbatasan stok. “Sekarang malah sulit cari barang. Kalau dulu susah cari pasar, sekarang kebalikannya,” ujarnya sambil tersenyum.

Suhartoyo tidak hanya menjadi inspirasi dalam pelestarian hutan, tetapi juga membuktikan bahwa ekonomi berbasis lingkungan bisa sukses jika dikelola dengan komitmen dan kerja keras.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Kondisi Armada Damkar Wonosobo Memprihatinkan, Penambahan Armada Mendesak Dibutuhkan

Wonosobonews.com - Kondisi armada pemadam kebakaran (damkar) di Kabupaten Wonosobo dinilai memprihatinkan. Dari tiga kendaraan pemadam yang tersedia, dua di antaranya sudah tua dan sering mengalami kerusakan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemadam Kebakaran BPBD Wonosobo, Musyafak, dalam keterangannya baru-baru ini.

Musyafak menjelaskan bahwa BPBD Wonosobo saat ini memiliki lima kendaraan operasional. Tiga di antaranya adalah kendaraan khusus pemadaman, sementara satu unit digunakan sebagai ambulans, dan satu lagi merupakan mobil tangki air. "Dua unit kendaraan pemadam kami sudah keluaran tahun 2005. Usianya jelas sudah tua dan sering mengalami masalah teknis. Hanya satu unit yang kondisinya masih layak karena dibeli tahun 2019 lalu," kata Musyafak, Kamis (18/10/2024). Hanya satu kendaraan yang masih layak digunakan, yakni yang dibeli pada 2019.

Musyafak menegaskan bahwa penambahan armada sangat mendesak. "Saat ini, respon time yang diminta dari laporan diterima hingga tim tiba di lokasi ditargetkan maksimal 15 menit. Namun, kondisi kendaraan yang sering macet dan keterbatasan perawatan rutin memperlambat penanganan, terutama di wilayah yang jauh dari pusat kota,"

Statistik menunjukkan bahwa kebakaran di Wonosobo cukup tinggi. Dari Januari hingga September 2024, tercatat hampir 60 kasus kebakaran, angka yang kemungkinan lebih tinggi jika memperhitungkan kejadian yang tidak dilaporkan. “Jumlah itu baru yang terlaporkan ke kita, kalau ditambah dengan yang tidak masuk mungkin angkanya sudah lebih dari 80 kejadian," tambahnya. Dengan meningkatnya jumlah kebakaran, penambahan kendaraan damkar akan sangat membantu efisiensi dan kecepatan tim dalam menangani kejadian.

Selain kendaraan, Musyafak menilai pentingnya pembangunan pos pemadam kebakaran di wilayah strategis. Saat ini, hanya ada satu pos damkar di Wonosobo. Idealnya, dua pos tambahan perlu dibangun di eks-kewedanan Sapuran dan Kaliwiro. "Kalau ada pos di Sapuran, kami bisa lebih cepat menjangkau Kecamatan Kepil, Kalikajar, dan Kertek. Begitu juga di Kaliwiro untuk wilayah Kalibawang dan Wadaslintang," jelas Musyafak.

Meskipun BPBD Wonosobo telah dua kali mengajukan penambahan armada, proposal ini belum terealisasi. "Pada 2023 dan 2024, kami dijanjikan dapat tambahan satu unit. Tapi, akhirnya batal," ucapnya dengan kecewa. Ia menegaskan bahwa layanan pemadam kebakaran adalah layanan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah.

Dengan kondisi geografis Wonosobo yang menantang dan padatnya lalu lintas, Musyafak menilai idealnya Wonosobo memiliki enam unit kendaraan pemadam yang siap operasional. "Saat ini baru ada tiga unit untuk pemadaman. Kami butuh tambahan tiga lagi agar setiap pos bisa siap bergerak cepat," ujarnya. Sebagai perbandingan, Musyafak menyebut Kabupaten Temanggung yang memiliki 15 unit kendaraan damkar yang tersebar di tiga pos.

Mengakhiri keterangannya, Musyafak berharap pemerintah segera mengalokasikan anggaran untuk penambahan armada. "Masyarakat butuh layanan cepat, dan kami berkomitmen memberikan yang terbaik meski dengan segala keterbatasan," tutupnya.

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Revitalisasi Taman Rekreasi Kalianget Wonosobo Menjadi Destinasi Unggulan

Wonosobonews.com - Taman Rekreasi Kalianget di Wonosobo kini menjadi salah satu dari lima kawasan wisata baru yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Selain Dataran Tinggi Dieng yang terkenal, pemerintah juga ingin mempromosikan kawasan-kawasan lain yang memiliki potensi wisata menarik.

Lima kawasan yang dimaksud adalah Taman Rekreasi Kalianget, Telaga Menjer, Koridor Candiyasan-Keseneng, Waduk Wadaslintang, dan Gunung Lanang Mergolangu Kalibawang. Wisatawan pasti akan terkejut melihat perubahan Taman Rekreasi Kalianget, yang kini menjadi ikon wisata baru di Kabupaten Wonosobo.

Dari luar, tampak jelas perubahan yang terjadi di Taman Rekreasi Kalianget dibandingkan satu tahun lalu. Revitalisasi dilakukan pada tahun 2023 dengan anggaran 8,4 miliar yang bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) pemerintah pusat.

Agus Wibowo, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Wonosobo, menjelaskan, "Dalam RPJMD 2021-2026 kita ada program unggulannya Wonosobo Maer yang di dalamnya memunculkan program 5 Dieng Baru. Tahun 2023 kita revitalisasi Kalianget anggaran 8,4 dari DAK pemerintah pusat di sektor pariwisata."

Anggaran tersebut digunakan untuk memperbaiki fasilitas di Taman Rekreasi Kalianget. Misalnya, area parkir yang sebelumnya hanya tanah tidak rata kini telah dipaving dengan rapi dan lebih luas.  

Pada akhir pekan atau saat libur panjang, area parkir ini biasanya dipadati bus-bus besar. Sebelumnya, area parkir hanya mampu menampung 20-30 bus, tetapi sekarang kapasitasnya meningkat menjadi 50-60 bus.

Selain itu, fasilitas seperti tourist information center (TIC) juga ditambah, termasuk ruang pertemuan dan ruang istirahat untuk supir bus. Untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan, wahana kolam air panas baru juga ditambahkan, mengingat sebelumnya hanya ada satu kolam yang selalu penuh saat akhir pekan panjang.

Standard Post with Image
wonosobo terkini

Peran Organisasi Wanita Katolik Desa Buntu dalam Memperkuat Persatuan dan Pemberdayaan Perempuan

Wonosobonews.com - Organisasi Wanita Katolik di Desa Buntu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, memiliki peran penting dalam memperkuat masyarakat dengan mengedepankan nilai-nilai persatuan dan toleransi antar umat beragama. Desa Buntu dikenal sebagai "laboratorium keberagaman," di mana penduduknya hidup rukun meskipun memiliki latar belakang agama yang berbeda.

Kelompok perempuan Katolik di desa ini aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial dan keagamaan yang melibatkan seluruh masyarakat. Selain fokus pada kegiatan di dalam gereja, mereka juga terlibat dalam kegiatan lintas agama, seperti gotong royong dan perayaan hari-hari besar keagamaan lainnya. Misalnya, saat perayaan Natal, perempuan Katolik bekerja sama dengan pemeluk agama lain untuk mempersiapkan acara di gereja, seperti perayaan Jumat Agung, Paskah, atau Kenaikan Yesus. Tetangga yang rumahnya dekat dengan gereja sering ikut membantu, mencerminkan semangat persatuan, kontribusi, dan penghargaan antarwarga.

Selain kegiatan sosial dan keagamaan, Organisasi Wanita Katolik Desa Buntu juga fokus pada pemberdayaan perempuan. Mereka menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan anggotanya, sehingga mereka dapat berkontribusi lebih baik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Organisasi ini juga rutin mengadakan acara keagamaan seperti misa, doa bersama, dan perayaan hari besar di gereja, yang tidak hanya memperkuat iman, tetapi juga mempererat tali persaudaraan antar warga Desa Buntu. Melalui berbagai kegiatan ini, organisasi tersebut berperan besar dalam memelihara kerukunan dan keberagaman yang harmonis di Desa Buntu.