Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Menikmati Liburan Seru di Bukit Scooter Wonosobo dengan Beragam Pilihan Aktivitas

Wonosobonews.com - Sudah punya rencana untuk akhir pekan atau libur akhir tahun ini? Jika ingin menikmati suasana alam yang sejuk dan menenangkan, Bukit Scooter di Wonosobo, Jawa Tengah, bisa menjadi pilihan yang tepat.  

Bukit ini menawarkan panorama memukau dari Dataran Tinggi Dieng, mulai dari pagi hingga malam. Saat sore hari, langit berwarna jingga menambah kesejukan hati, sementara malam hari dihiasi lampu-lampu temaram yang menciptakan suasana magis dan menenangkan.  

Bukit Scooter berjarak hanya sekitar 1,1 kilometer dari Tugu Selamat Datang Dieng, dengan waktu tempuh sekitar 5 menit. Harga tiket masuknya sangat terjangkau, hanya Rp5.000 per orang untuk kunjungan biasa dan Rp10.000 per orang untuk camping. Sewa lahan untuk mendirikan tenda dikenakan tarif Rp30.000.  

Bagi yang tidak membawa tenda, tersedia persewaan dengan harga mulai Rp50.000 untuk kapasitas 2-3 orang, hingga Rp80.000 untuk kapasitas 4-5 orang. Pengunjung juga bisa menyewa penginapan di puncak bukit dengan harga Rp1,2 juta saat weekday dan Rp1,5 juta saat weekend, cocok untuk kelompok hingga 10 orang.  

Bukit Scooter buka dari pukul 05.30 WIB hingga setelah Maghrib untuk kunjungan biasa. Namun, saat malam Minggu, tempat ini buka 24 jam, memungkinkan Sobat untuk menikmati pengalaman berkemah yang lebih leluasa.  

Tak hanya untuk camping, Bukit Scooter juga cocok untuk piknik santai bersama keluarga atau teman. Dengan tiket masuk yang murah, Sobat bisa menikmati hamparan rumput hijau di puncak bukit sambil memanjakan mata dengan pemandangan Dieng yang indah.  

Bukit Scooter adalah destinasi sempurna untuk liburan hemat dengan pengalaman tak terlupakan. Jangan lupa masukkan tempat ini ke dalam daftar perjalanan Sobat!

 

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Desa Wisata Gunung Prau Juara 1 ADWI 2024 untuk Resiliensi Komunitas

Wonosobonews.com - Desa Wisata Pesona Gunung Prau, yang berlokasi di Desa Patakbanteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, berhasil mencatatkan prestasi gemilang dengan menyabet Juara 1 Kategori Resiliensi pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Penghargaan bergengsi ini diberikan sebagai pengakuan atas kekuatan masyarakat setempat dalam membangun pariwisata yang tangguh dan berkelanjutan, meski menghadapi berbagai tantangan.

Desa Patakbanteng telah lama dikenal karena keindahan alamnya yang memikat, terutama panorama Gunung Prau yang menjadi daya tarik utama. Namun, desa ini tidak hanya menawarkan keindahan visual. Berbagai pengalaman berbasis budaya turut menjadi daya tarik, seperti tradisi lokal yang terus dijaga oleh masyarakat serta keramahan homestay yang dikelola warga, menjadikan kunjungan ke desa ini tak terlupakan.

Penghargaan ini juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo. Plt Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, menyampaikan apresiasi mendalam atas pencapaian tersebut.

"Alhamdulillah, Desa Wisata Pesona Gunung Prau, Desa Patakbanteng, Kejajar, Wonosobo, meraih penghargaan di tingkat nasional sebagai Juara 1 dalam kategori Resiliensi pada Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024. Selamat dan sukses untuk Desa Patakbanteng yang telah mengharumkan nama Wonosobo," ujarnya melalui akun Instagram @wakilbupati.wonosobo.

Albar juga menekankan pentingnya menjaga keunikan dan kearifan lokal sebagai modal utama dalam pengembangan pariwisata.

"Pencapaian ini adalah bukti bahwa keindahan dan potensi desa kita benar-benar luar biasa, bukan sekadar 'kaleng-kaleng'. Terus berkarya, terus menginspirasi, dan mari kita jaga keunikan serta kearifan lokal yang kita miliki," tambahnya.

Keberhasilan Desa Patakbanteng ini menunjukkan pentingnya pengelolaan wisata berbasis komunitas. Resiliensi masyarakat dalam menjaga keindahan alam sekaligus melestarikan budaya tradisional menjadi kunci utama di balik pencapaian ini. Selain itu, desa ini juga telah membuktikan bahwa pariwisata tidak hanya menjadi sektor ekonomi, tetapi juga menjadi medium pemberdayaan masyarakat.

Sebagai bagian dari pengembangan desa wisata, desa ini aktif mengelola berbagai fasilitas ramah wisatawan, termasuk area trekking yang aman menuju Gunung Prau, homestay nyaman, hingga program berbasis budaya seperti seni tradisional dan kuliner khas. Keunikan ini membuat Desa Patakbanteng tidak hanya diminati wisatawan lokal tetapi juga mancanegara.

Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa wisata lain di Indonesia untuk terus berinovasi, memperkuat daya tarik mereka, dan mengembangkan potensi pariwisata yang berkelanjutan. Desa Wisata Pesona Gunung Prau telah menunjukkan bahwa kombinasi keindahan alam, pelestarian budaya, dan pemberdayaan masyarakat lokal adalah resep utama untuk keberhasilan pariwisata yang tangguh.

Sebagai destinasi wisata, Desa Patakbanteng kini tidak hanya menjadi ikon pariwisata Wonosobo, tetapi juga salah satu contoh terbaik dalam membangun pariwisata berbasis keberlanjutan di Indonesia. Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024 menjadi momentum untuk terus mengembangkan potensi ini, menjadikan Wonosobo semakin bersinar di dunia pariwisata nasional.

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Lubang Sewu, Keajaiban Tersembunyi Grand Canyon ala Wonosobo di Waduk Wadaslintang

Wonosobonews.com - Tak perlu jauh-jauh ke Amerika Serikat untuk menikmati pemandangan Grand Canyon, karena di Wonosobo, Jawa Tengah, terdapat wisata alam yang menawarkan pemandangan serupa. Lokasinya ada di Desa Erorejo, Kecamatan Wadaslintang, yang terkenal dengan keindahan alam Lubang Sewu, yang terletak di tepi Waduk Wadaslintang.

Obyek wisata ini, yang dikenal sebagai "Grand Canyon Wonosobo", menyajikan pemandangan bebatuan putih yang berlubang dan bertumpuk, menciptakan kesan eksotis dan menakjubkan. Lubang Sewu terlihat lebih jelas saat air Waduk Wadaslintang sedang surut, terutama pada musim kemarau. Di musim hujan, sebagian besar pemandangan ini akan tertutup oleh air, dan hanya bagian atas bebatuan yang terlihat, membentuk tepian waduk di sebelah timur.

Di musim kemarau, wisatawan dapat menjelajahi jalur di antara bebatuan yang terbentuk secara alami. Proses alami ini terjadi ketika bebatuan putih terkikis oleh ombak air waduk, menciptakan celah-celah yang berfungsi sebagai tempat persembunyian bagi ikan-ikan waduk. Wisatawan juga bisa mencari sudut terbaik untuk berfoto, dengan latar belakang bebatuan putih yang menyerupai Grand Canyon, bahkan naik ke atas bebatuan untuk swafoto. Namun, karena bebatuannya terjal dan berlubang, pengunjung diminta untuk berhati-hati.

Salah seorang pengunjung dari Somogede Banyumas, Imah Mashitoh, mengungkapkan bahwa pemandangan ini mengingatkan pada Grand Canyon di Colorado, Amerika Serikat. “Tumpukan batunya dan ada lubang-lubangnya memang mirip Grand Canyon yang di Amerika. Hanya ini ukurannya mini. Tapi bagus warnanya putih lagi,” ujar Imah saat ditemui di Lubang Sewu pada Jumat (8/11/2024).

Karim Amrullah, pengelola objek wisata Lubang Sewu, menjelaskan bahwa proses terbentuknya bebatuan berlubang ini adalah hasil dari erosi air yang terjadi secara alami. Batu kapur yang dikenal oleh warga setempat dengan nama batu lawang, terkikis oleh air hingga membentuk lubang-lubang kecil yang semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Ketika terendam air Waduk Wadaslintang, lubang-lubang ini menjadi tempat perlindungan bagi ikan-ikan yang hidup di waduk tersebut. “Prosesnya terjadi secara alami sejak dulu karena terkikis air. Lambat laun batu kapur kalau warga sini nyebutnya batu lawang ini berlubang,” jelasnya.

Keunikan lain dari Lubang Sewu adalah bebatuan seluas 2 hektare yang dapat menghilang seiring dengan datangnya musim hujan. Saat air Waduk Wadaslintang penuh, bebatuan tersebut akan tertutup air. Namun, Karim menegaskan bahwa hingga tahun depan, wisatawan masih bisa menikmati pemandangan eksotis Lubang Sewu. “Dulu pernah sekitar tiga tahun lalu bebatuan ini tertutup air. Tapi kalau saat ini kan kemarau cukup panjang. Jika nanti turun hujan hanya sebentar, batu-batu ini belum sampai tertutup air Waduk Wadaslintang. Sore hari saat sunset, pemandangan bisa indah sekali,” terangnya.

Selain berfoto, wisatawan juga dapat menikmati aktivitas lain seperti memancing atau berkemah di sekitar area wisata. Dengan tiket masuk yang terjangkau hanya Rp 5.000 per orang, Lubang Sewu menjadi tujuan wisata yang ramah kantong. Lokasi ini bahkan menjadi tempat yang populer untuk foto prewedding. "Di seputar wisata Lubang Sewu bisa untuk camp bagi pengunjung yang mau bermalam, bisa pula untuk arena pemancingan. Dibuka setiap hari. Kadang sampai malam kalau ada yang camping," ujar Karim.

Lubang Sewu mulai ramai dikunjungi wisatawan sejak beberapa tahun lalu. Menurut Karim, meskipun tahun ini musim hujan datang lebih awal, wisatawan tetap datang setiap hari, terutama dengan banyaknya hari libur sekolah yang memperpanjang kunjungan. “Sekarang memang sudah hujan tapi paling sebentar sudah tidak hujan lagi. Jadi kemarau diperkirakan masih panjang dan setiap hari selalu ada wisatawan dari berbagai daerah yang datang ke sini,” tambahnya.

Dengan pesona alam yang menakjubkan, keindahan Lubang Sewu memang patut untuk dijelajahi, menjadi alternatif wisata alam yang menawarkan pemandangan luar biasa dan pengalaman yang tak terlupakan di tengah keindahan alam Wonosobo.

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Menikmati Sunrise Gunung Sindoro di Spot Baru Wonosobo, Cengkul Telu

Wonosobonews.com - Wonosobo tak henti-hentinya menawarkan pesona alam yang memukau. Kali ini, spot baru bernama Cengkul Telu menjadi pilihan menarik bagi para pemburu sunrise dengan pemandangan langsung ke Gunung Sindoro. Sebagai salah satu hidden gem, Cengkul Telu masih jarang diketahui, menjadikannya tempat yang tenang untuk menikmati keindahan pagi di Wonosobo, yang sering dijuluki Kota di Atas Awan.

Cengkul Telu berada di Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo. Daya tarik utama spot ini adalah pesona matahari terbit yang berpadu dengan megahnya Gunung Sindoro. Meski fasilitas di Cengkul Telu belum lengkap, beberapa warung sudah tersedia untuk beristirahat atau mengisi tenaga.

Untuk mencapai puncak, pengunjung perlu trekking sekitar 20 menit dengan jalur yang cukup sempit, namun sepanjang perjalanan akan disuguhkan pemandangan tanaman berembun yang menyegarkan. Sesampainya di atas, lautan awan dengan langit kekuningan saat golden hour menyambut, menciptakan pengalaman yang luar biasa.

Bagi kamu yang suka bertualang, Cengkul Telu layak dijelajahi bersama teman atau pasangan agar lebih menyenangkan.

 

Standard Post with Image
Wisata Wonosobo

Menikmati Keindahan Telaga Cebong di Wonosobo, Wisata Dieng dengan Nuansa Eropa

Wonosobonews.com - Telaga Cebong adalah destinasi wisata yang wajib dikunjungi jika Anda berada di Dieng, Wonosobo. Telaga ini unik, menawarkan suasana yang aesthetic dengan nuansa khas Eropa yang memesona.

Terletak di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Telaga Cebong berada di kaki Bukit Sikunir, sebelah timur Desa Sembungan, desa tertinggi di Pulau Jawa. Dengan ketinggian sekitar 2.263 meter di atas permukaan laut (mdpl), telaga ini menawarkan kesejukan dan ketenangan, cocok untuk Anda yang ingin "healing" dan mencari ketenangan di hari libur.

Menurut situs resmi Pemerintah Desa Sembungan, Telaga Cebong menjadi telaga tertinggi di kawasan Dieng. Selain berfungsi sebagai tempat wisata, telaga ini juga menjadi sumber air bagi para petani di Desa Sembungan untuk mengairi ladang mereka.

Telaga ini dinamakan "Cebong" karena bentuknya menyerupai kecebong atau berudu katak. Telaga ini terbentuk dari letusan gunung purba yang terjadi ratusan tahun lalu, menjadikannya wisata alam yang unik dan bersejarah.

Dari atas Bukit Sikunir, Anda bisa menyaksikan keindahan Telaga Cebong yang memukau. Tersedia area camping di sekitar pinggir telaga, cocok untuk Anda yang ingin menikmati pemandangan lebih lama. Pemandangan di sekitar telaga ini juga menyerupai lanskap Eropa, dengan perbukitan, rumah-rumah warga, dan perkebunan yang luas dan asri di latar belakang, memberi kesan wisata luar negeri.

Harga tiket masuk kawasan Desa Wisata Sembungan yang meliputi Telaga Cebong dan Bukit Sikunir adalah Rp15.000. Biaya parkir kendaraan berkisar antara Rp2.000 hingga Rp10.000, dan ojek lokal tersedia dengan biaya Rp15.000 jika memulai perjalanan dari luar Desa Sembungan. Namun, harga tiket dan biaya lainnya bisa berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan pengelola.

Tertarik berkunjung? Segera rencanakan perjalanan bersama keluarga atau teman dan nikmati keindahan alam serta kesejukan Telaga Cebong secara langsung.