Wonosobonews.com - Seorang petani muda asal Wonosobo, Dava Akbar Raharja, berhasil mengembangkan inovasi pertanian berbasis teknologi dengan memanfaatkan smart greenhouse. Inovasi ini tidak hanya memberikan kemudahan dalam pengelolaan pertanian tetapi juga meningkatkan produktivitas lahan secara signifikan.
"Alasan kami membangun green house ini adalah untuk riset. Kedua, untuk menarik generasi muda agar melihat bahwa pertanian bisa dilakukan dengan basis teknologi. Ini adalah upaya agar pertanian lebih menarik dan berkelanjutan," jelas Dava, pendiri Akar Nuswantoro, yang ditemui di kebun belakang rumahnya di Kelurahan Rojoimo, Wonosobo, Kamis 26 September 2024.
Smart greenhouse yang dibangun Dava memiliki luas 300 meter persegi dan dilengkapi dengan berbagai sistem teknologi canggih seperti smart irrigation, smart climate, forecasting climate, smart fertilizer, serta smart grow light. Teknologi ini memungkinkan petani untuk mengelola lahan pertanian secara efisien, dengan sistem penyiraman otomatis serta peningkatan intensitas cahaya yang sesuai untuk tanaman buah.
"Dengan teknologi ini, kami dapat mengontrol seluruh proses dari jarak jauh, menggunakan sensor-sensor yang membantu meningkatkan hasil pertanian," tambahnya.
Saat ini, greenhouse tersebut digunakan untuk budidaya melon dengan populasi 471 tanaman. Dari hasil perkiraan, panen diproyeksikan mencapai 1 ton dengan harga pasar melon sebesar Rp 20.000 per kilogram. Potensi omzet dari panen ini bisa mencapai Rp 20 juta, sedangkan modal awal yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 4 juta.
Walaupun proyek ini masih dalam tahap riset, Dava optimistis bahwa penerapan teknologi smart greenhouse akan mempermudah petani dan menarik lebih banyak generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian.
Penjabat Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, turut mendukung langkah inovatif ini. Ia menilai penerapan teknologi seperti yang dikembangkan oleh Dava merupakan solusi tepat guna untuk mendorong kebangkitan petani muda di wilayah tersebut.
“Teknologi ini solusi tepat guna bagi petani, terutama generasi milenial. Saya mengajak petani-petani muda di Wonosobo, seperti Mas Dava, untuk bangkit dan belajar. Mas Dava dan Pak Eka (pemilik Akar Nuswantoro) telah memberikan kesempatan luas bagi petani muda untuk belajar dan dibimbing hingga menjadi petani yang hebat,” ujarnya.
Albar menyoroti pentingnya memperkenalkan teknologi kepada generasi muda agar mereka tidak lagi menganggap profesi petani sebagai pekerjaan yang kuno dan tidak menguntungkan. Ia mencatat banyak anak muda yang memilih bekerja di luar sektor pertanian karena kurang mengenal teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.
“Mereka berpikir jadi petani itu melelahkan dan tidak menguntungkan, sehingga lebih memilih bekerja sebagai buruh di kota atau pengemudi ojek daring. Padahal, pertanian dengan teknologi bisa membuat mereka sejahtera dan mendukung ekonomi keluarga serta masyarakat,” tegas Albar.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga tradisi pertanian yang sudah ada sambil mengadopsi inovasi baru yang lebih efektif. “Tradisi itu penting, tetapi inovasi juga diperlukan. Dengan teknologi, para petani muda bisa lebih mudah mengembangkan pertanian, dan ini akan membangkitkan semangat mereka untuk kembali ke sektor pertanian,” tandasnya.
Inovasi pertanian berbasis teknologi ini menjadi angin segar bagi sektor pertanian di Wonosobo, khususnya bagi petani milenial yang mulai menunjukkan minat lebih besar untuk mengembangkan usaha di bidang ini.