Wonosobonews.com - Dinas Kesehatan Wonosobo mulai mengantisipasi penyebaran virus monkeypox (Mpox) atau cacar monyet setelah ditemui di sejumlah wilayah di Indonesia.
Dr. Mohamad Riyatno, Kepala Dinkes Wonosobo, menjelaskan bahwa penularan cacar monyet dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi. Risiko ini meningkat saat bersentuhan dengan hewan yang terindikasi terkena virus, baik saat masih hidup maupun setelah mati.
"Mpox tidak hanya tertular dari hewan, tapi juga bisa menular karena ada kontak fisik dengan orang yang punya gejala terkena Mpox," jelasnya.
Dijelaskan lebih lanjut, gejala umum yang bisa diketahui adalah adanya perasaan demam selama 1-3 hari yang berbentuk makula, papul, vesikel pustula, dan krusta seperti penyakit cacar pada umumnya.
"Kami sudah layangkan informasi himbauan kepada masyarakat melalui media sosial Dinkes Wonosobo," ungkapnya.
Kadis Riyatno mengaku belum menerima laporan adanya pasien yang mengalami gejala yang ditimbulkan dari virus cacar monyet.
Menurutnya, meskipun penyebaran virusnya cukup cepat di sejumlah daerah, namun Mpox dapat dicegah dengan memperkuat daya tahan tubuh.
Kepala Dinkes Wonosobo (Dinkes), dr. Mohamad Riyatno, telah berdiskusi dengan pemerintah provinsi dan pusat mengenai peningkatan kewaspadaan penyebaran virus.
"Ada beberapa pertemuan dengan Kemenkes dan Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Termasuk kita sudah diberi surat edaran untuk peningkatan kewaspadaan," ujarnya, Rabu (8/11/2023).
Resiko gejala Mpox dapat meningkat pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang optimal, terutama dengan masuknya musim hujan. Musim ini dianggap berpengaruh terhadap munculnya gejala pada kulit.
Untuk mengantisipasi pelebaran cacar monyet, seluruh layanan kesehatan mulai dari puskesmas dan rumah sakit sudah disiapkan obat antivirus dan beberapa obat lainnya.
"Kita berupaya memberikan edukasi ke masyarakat supaya bisa tetap waspada, jaga kebersihan, dan jaga kekebalan tubuh," pungkasnya.