Standard Post with Image
ekonomi

Upaya Percepat Penurunan Stunting Pemkab Wonosobo

Wonosobonews.com - Penyelenggaraan 'Rembug Stunting Jilid II Periode III' dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan pencegahan dan mempercepat pengurangan stunting di Wonosobo

Rembug Stunting kali ini melibatkan camat, kepala desa, lurah dan bidan desa. Hal ini, Sebagai langkah konsolidasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan.

Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Jaelan menjelaskan pentingnya kegiatan ini dan bagaimana peran masing-masing pihak dalam percepatan penurunan stunting.

Dalam upaya penurunan angka stunting pemerintah pusat dan daerah berkolaborasi dalam pelaksanaan berbagai program strategis. Salah satu di antaranya adalah kegiatan Rembug Stunting yang dijadikan sebagai forum diskusi dan perencanaan terpadu untuk memastikan pencegahan dan penurunan stunting berjalan efektif.

“Penurunan angka stunting di Wonosobo memang cukup konsisten. Saya mengharapkan komitmen, dukungan dan kerjasama seluruh lintas sektor serta komitmen dalam mendukung program aksi percepatan penurunan stunting terutama para Kades dan Bidan Desa yang langsung berperan penting," ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan, Rembug Stunting tahap kedua, sebuah program yang didedikasikan untuk menghasilkan data komprehensif untuk penanganan stunting.

kemajuan penanganan stunting dan evaluasinya secara efektif, memperkuat kolaborasi komunal dalam penanganan stunting, meningkatkan efektivitas intervensi spesifik yang dilakukan oleh desa, kelurahan, perangkat daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

“Rembug Stunting kali ini lebih mengerucut lagi, dengan mengundang para pemangku kebijakan dibawah seperti Kades, Lurah, Bidan dan kepala Puskesmas. Periode ketiga dilaksanakan bersama 4 kecamatan yaitu Kecamatan Kalibawang, Kepil, Kalikajar dan Sapuran dibarengkan dengan launching program Sobo Hebat Sedulur Selawase,” jelasnya.

Menurutnya, Program Sobo Hebat Sedulur Selawase merupakan sebuah program penanganan stunting yang fokus pada sasaran balita stunting melalui intervensi spesifik pemberian nutrisi lewat terapi protein hewani dari telur diharapkan mampu menekan laju penurunan stunting di Wonosobo.

“Program ini diwujudkan melalui pemberian dua butir telur setiap hari kepada balita stunting di Kabupaten Wonosobo selama 90 (sembilan puluh) hari, yang menyasar 7.774 balita. Harapannya mampu mengurangi prevalensi stunting secara signifikan,” tuturnya.

Namun Jaelan menekankan bahwa tantangannya bukan pada pengadaan telur, namun memastikan bahwa telur tersebut dikonsumsi secara konsisten seluruhnya oleh balita yang mengalami stunting selama periode 90 hari.

Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat telah mendorong semua pihak yang terlibat dalam tim percepatan penurunan stunting untuk meningkatkan upaya mereka, meningkatkan koordinasi, kolaborasi, konektivitas, dan memperkuat komitmen. Selain itu, ia menekankan kepada semua pihak perlunya memperkuat kemitraan dan sinergi antar seluruh pemangku kepentingan.

“Saya harap upaya konvergensi bersama ini mampu mencegah munculnya lebih banyak permasalahan stunting, jangan sampai ada kasus stunting baru di kabupaten kita, untuk mewujudkan zero new stunting,” ungkapnya.

Bupati Afif menekankan kinerja Wonosobo yang terpuji di tingkat nasional dalam mengurangi stunting, yang berhasil menurunkan angka stunting sebesar 5,4% lebih tinggi dibandingkan tingkat nasional sebesar 2,8%.

Bulan lalu, pemerintah pusat mengapresiasi upaya Kabupaten Wonosobo dalam menurunkan stunting dan mengentaskan kemiskinan dengan memberikan penghargaan.

Wonosobo juga mendapat Dana Insentif Daerah sebesar 13 miliar rupiah bersama 54 kabupaten/kota lain di seluruh Indonesia. Meski angka stunting terus menurun, Bupati Afif menyatakan upaya tersebut tidak boleh berhenti.

Ia mengimbau agar semua pihak memperkuat komitmennya dalam menanggulangi permasalahan stunting, dan memastikan program yang dirancang dapat dilaksanakan secara efektif.

“Melalui Program Sobo Hebat Sedulur Selawase, atau Wonosobo Hebat Atasi Stunting Sehari Dua Telur Selalu Pantau tumbuh Kembang, Awasi dan Jaga Kesehatannya, Semangati Pola Asuhnya, menjadi sebuah peluang yang sangat strategis, sebagai implementasi riil konvergensi intervensi penanganan stunting, yang kita harapkan bersama dapat berhasil signifikan menurunkan angka stunting di Wonosobo,” pungkasnya.

Standard Post with Image
ekonomi

Lomba Krenova Wonosobo Majukan Produk Inovasi

Wonosobonews.com - Pengumuman juara lomba Kreatifitas Inovasi dan Masyarakat (Krenova) tahun 2023 Kabupaten Wonosobo berlangsung di Pendopo Bupati, Selasa (3/10).

Lomba Krenova Kabupaten Wonosobo rutin digelar setiap tahunnya sebagai bentuk apresiasi kepada inovator yang memajukan produk inovasi untuk masyarakat luas.

Kepala Bappeda Kabupaten Wonosobo, Jaelan menyampaikan, dengan menciptakan ruang untuk berkreasi dan berinovasi dapat menjadikan produk memiliki nilai jual yang tinggi.

"Melalui lomba ini setiap tahun, salah satu ikhtiar mendorong kreatifitas dan inovasi di masyarakat," ungkapnya.

Selain memberikan apresiasi kepada masyarakat yang telah menemukan sebuah inovasi baru juga sekaligus memperkenalkan produknya melalui ajang ini.

Untuk selanjutnya produk yang mendapatkan juara akan diberikan fasilitasi Hak kekayaan intelektual (HKI).

"Bisa juga sampai komersialisasi dan mengikuti lomba di ajang provinsi maupun nasional," ujarnya.

Tahun ini lomba diikuti sebanyak 49 peserta, 35 diantaranya kategori pelajar dan 14 kategori umum.

Jaelan mengungkapkan, tahun ini fluktuasi peserta lomba Krenova mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. 

"Ini jadi catatan penting untuk kita terus mendorong anak-anak kita menemukan hal yang baru inovasi baru yang bisa dikembangkan," ujarnya.

Sementara itu, beberapa inovasi dari Kabupeten Wonosobo pernah mendapatkan penghargaan baik tingkat provinsi maupun nasional.

Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat menyampaikan apresiasi atas ajang lomba Krenova ini.

Kegiatan ini menjadi salah satu wujud nyata dalam rangka menyongsong tahun 2045 menuju Indonesia emas.

"Indonesia negara yang kaya raya, Indonesia yang makmur. Kita jangan hanya mengandalkan ekspor dari luar. Karena itu kita dituntut untuk melakukan inovasi," jelasnya.

Dalam kesempatan ini, Bupati Afif berpesan kepada para peserta untuk dapat memanfaatkan teknologi saat ini kaitannya dalam mengembangkan produk inovasinya.

Standard Post with Image
ekonomi

Tingkatkan Sektor Budidaya Perikanan Di Kabupaten Wonosobo

Wonosobonews.com - Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI bersama dengan Komisi IV DPR RI menjalankan sebuah program sosialisasi kebijakan dengan tujuan meningkatkan sektor perikanan budidaya di Kabupaten Wonosobo. 

Dihadiri oleh sekitar 100 petani ikan dari dua Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, yaitu Kaliwiro dan Wadaslintan, kegiatan ini diadakan di Balai Desa Ngadisono pada Jum'at, (27/10).

Anggota Komisi IV DPR RI, Vita Ervina, menjelaskan bahwa tujuan dari sosialisasi ini adalah untuk meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang perikanan, terutama di beberapa desa di Kecamatan Kaliwiro dan Wadaslintang dua kecamatan ini memiliki sejumlah besar pelaku perikanan yang signifikan di Kabupaten Wonosobo.

Vita menekankan bahwa mereka telah memberikan dukungan kepada para pembudidaya ikan dan nelayan di Kaliwiro dan Wadaslintang sejak tahun 2020. 

"Berbagai program bantuan telah diberikan, mulai dari bantuan calon indukan benih, bibit ikan lele dan nila, teknologi bioflok, mesin pakan ikan, hingga alat penangkap ikan bagi nelayan. Dukungan ini diberikan untuk memanfaatkan potensi perikanan yang sangat baik di Kabupaten Wonosobo," ucapnya.

Selain itu, upaya-upaya peningkatan produktivitas perikanan juga telah dijalankan dengan memfasilitasi pelatihan mengenai pengolahan ikan. 

Hal ini bertujuan untuk mempromosikan konsumsi ikan masyarakat serta memenuhi kebutuhan nutrisi serta pencegahan stunting.

Kabid Perikanan Dispaperkan Wonosobo, Farida Hidayati Estiningtyas, menyatakan bahwa Kecamatan Kaliwiro dan Wadaslintang merupakan wilayah potensial dalam pengembangan sektor perikanan. 

"Kaliwiro terkenal dengan komoditas lele yang telah berkembang dengan baik, sedangkan Wadaslintang bukan hanya tempat budidaya ikan, tetapi juga memiliki ikan yang berkembang di waduk yang memenuhi kebutuhan para nelayan," kata Farida.

"Selama ini, masyarakat di Wonosobo telah menunjukkan inovasi dalam mengolah hasil ikan mereka, menciptakan berbagai produk olahan ikan seperti pepes nila, abon nila, dan produk sruwet. Potensi pengolahan ikan berkembang pesat, dan upaya-upaya untuk mendukung konsumsi ikan lokal terus didorong," tambahnya.

Pemkab Wonosobo telah memberikan berbagai dukungan kepada para nelayan dan pelaku usaha di bidang perikanan, mulai dari pelatihan hingga pemberian bantuan dalam berbagai bentuk. 

"Semua pihak berupaya mendorong peningkatan konsumsi ikan di Wonosobo, yang saat ini masih sekitar 24.7 kg per kapita per tahun. Dengan upaya ini, diharapkan konsumsi ikan bisa ditingkatkan dan masyarakat bisa menikmati ikan setiap hari," tutup Farida.

Hani Wijiyanti, yang mewakili Direktorat Usaha Produksi Budidaya Ditjen Perikanan dan Kelautan, menjelaskan bahwa sosialisasi ini juga bertujuan untuk memperkenalkan beberapa program prioritas dalam pembangunan perikanan budidaya di wilayah perairan darat, seperti Ngadisono. 

Tahun 2023 ini, fokusnya adalah pada produksi yang berkelanjutan dengan meminimalisir dampak lingkungan dan limbah.

Target nasional untuk perikanan budidaya adalah mencapai produksi ikan dan udang sebesar 9.8 juta ton. Pembudidaya ikan di Wonosobo memiliki peran yang signifikan dalam mencapai target ini.

Terutama dengan budidaya ikan hias yang memiliki keunikan tersendiri dan diharapkan dapat terus berkembang. Dalam upaya ini, teknik rekayasa genetik juga dapat menjadi salah satu solusi.

"Ikan hias ditarget dalam bentuk ekor bukan tonase dan dihitung dari hasil budidaya, seperti Koi yakni sebanyak 1.64 Miliar ekor. Untuk ikan hias khusus yang tidak dimiliki negara lain atau yg sudah ada. Didukung teknik rekayasa genetik," pungkasnya.

Standard Post with Image
ekonomi

Tata Kelola FK Metra dan KIM Kabupaten Wonosobo Dinilai Baik

Wonosobonews.com - Tata Kelola Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dan Forum Komunikasi Media Tradisional (FK METRA) Kabupaten Wonosobo dinilai baik dan mendapat apreasiasi positif dari daerah lain.

Berkaitan hal tersebut Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Wonosobo menerima studi tiru dari Dinas Komunikaasi, Informatika, Statistika dan Persandia Kota Surakarta, di Ruang Rapat Diskominfo, Jum’at (27/10).

Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance & clean governance), pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi di dalam kegiatan pemerintahan tidak dapat dihindarkan. Salah satu pilar untuk mewujudkan program pemerintah tersebut adalah keterbukaan informasi.

Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dan Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) memiliki peran strategis dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi dan keterbukaan informasi, sebab pemerintah tidak bisa berjalan sendiri.

Hal itu disampaikan Kepala Diskominfo Wonosobo Fahmi Hidayat saat menyambut rombongan studi tiru.

KIM menurut Fahmi, sebagai agen informasi berperan aktif mendistribusikan informasi yang perlu diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat melakukan langkah antisipatif yang bermanfataan untuk menopang aktivitasnya.

“Begitu juga dengan keberadaan FK metra, menjadi mitra strategis pemerintah dalam melaksanakan desiminasi informasi kepada masyarakat melalui seni dan budaya,” ungkapnya.

Senada hal itu, Pejabat Fungsional Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Wonosobo Fahrudin Azis saat memaparkan tata kelola KIM dan FK Metra kembali menekankan peran strategis dari keduanya dalam upaya menjawab tantangan keterbukaan informasi.

Baik KIM maupun FK Metra berperan sebagai fasilitator untuk menjembatani kesenjangan komunikasi dan informasi, yang terjadi antara pemerintah dengan masyarakat (top down) atau sebaliknya antara masyarakat dan pemerintah (bottom up).

“Kita menganggap ini sebagai forum diskusi terkait meningkatkan kemitraan diskominfo dengan FK Metra dan KIM. Mengingat Kominfo Surakarta memiliki potensi yang lebih unggul di bidang seni dan budaya. Kunjungan lebih difokuskan pada KIM karena sampai saat ini Solo belum membentuk KIM secara regulasi, sehingga mereka datang kesini,” jelasnya.

Lebih lanjut, penekanan mereka datang kesini adalah terkait SK pembentukan. Dimana Wonosobo sudah mulai membentuk KIM rintisan sejak 2012, proses perkembangannya adalah melihat yang sudah ada dikolaborasi potensi yang dimiliki Desa.

Rintisa-rintisan itu sampai sekarang masih eksis dalam membantu desiminasi informasi, mengudukasi dan fasilitator kebutuhan masyarakat.

Sedangkan FK Metra di Wonosobo dibentuk 2018 mengambil dari perwakilan kelompok kesenian yang ada, kemudian mereka membuat kelompok di desa masing-masing sehingga sekarang sudah ada 16 FK Metra.

“Semoga pertukaran informasi baik dari kami beserta narasumber yang kami hadirkan, baik dari KIM maupun FK Metra di Wonosobo dapat memberikan pengalaman baru, sehingga dapat menumbuh kembangkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan informasi,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang E-Gov Diskominfo SP Pemkot Surakarta, Isnan Wihartanto menjelaskan, rombongan FK Metra dan KIM ingin belajar mengenai tata kelola dan mencari informasi di Wonosobo yang kami nilai baik.

“Tadi disambut dengan baik oleh kepala dinas, Bidang IKP dan dari perwakilan FK Metra maupun KIM. Sudah menjawab semua pertanyaan kita, Alhamdulillah di kunjungan singkat ini sudah mendapat hasil yang sesuai kita inginkan. Kelompok Informasi Masyarakat di Kabupaten Wonosobo sudah berjalan sebagaimana tupoksinya. Di Wonosobo sudah mempunyai 48 KIM dan sudah ada aktivitas yang dikolaborasikan antara Diskominfo dengan KIM. Kemudian pengelolaan FK Metra juga cukup bagus,” jelasnya.

Ia mengungkapkan alasan memilih Wonosobo dikarenakan Diskominfo Wonosobo sukses menggelar pagelaran FK Metra dan KIM Provinsi Jawa Tengah. Pihaknya perlu evaluasi sehingga melakukan berbagai kunjungan diantaranya ke Temanggung dan Wonosobo.

"Harapannya setelah kunjungan ini mendapat ilmu dan motivasi. Kita akan membentuk KIM sesuai apa yang tadi diarahkan oleh teman-teman Diskominfo Wonosobo,” tutupnya.

Standard Post with Image
ekonomi

KKI 2023 Jadi Momentum Bagi Pemuda Untuk meningkatkan Kebudayaan, khususnya di Wonosobo

Wonosobonews.com - Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) yang berlangsung sejak 23 – 27 Oktober 2023 digelar di Kompleks Kemdikbudristek, Jakarta.

Acara tersebut dibuka Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim.

Dalam pertemuan ini dia menyampaikan pentingnya KKI 2023 bagi pembangunan kebudayaan Indonesia dalam lima tahun ke depan.

Sedangkan Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudrsitek, Hilmar Farid, mendorong semua peserta untuk memahami harapan, tujuan dan mekanisme kongres guna memberikan dampak positif yang maksimal bagi pemajuan kebudayaan nasional.

Hadir pada Kongres ini berasal dari berbagai unsur pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, dan media.

Kegiatan ini merupakan kesempatan penting yang dapat menyatukan kebudayaan nusantara dengan perkembangan zaman yang ada, namun tetap menjaga konsistensi budaya aslinya. Kongres ini menghasilkan sepuluh gagasan yang merupakan intisari dari pentingnya kebudayaan yang terpadu sebagai wujud hubungan harmonis antara kebudayaan, tanah air, dan kebangsaan yang berakar pada nilai-nilai Sumpah Pemuda 1928.

Sementara itu, Yularti pelaku seni sekaligus guru SMA 2 Wonosobo salah satu peserta Kongres dari Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah berharap keputusan Kongres Kebudayaan Indonesia 2023 bisa memberikan dampak positif yang dapat diaplikasikan kepada masyarakat dimanapun berada sehingga bisa meningkatkan inovasi, khususnya di Wonosobo.

Dia juga menjelaskan bahwa Kongres ini merupakan ajang percakapan publik yang menjadi wadah beraspirasi, dialog serta diskusi Kebudayaan Indonesia.

"Kita sebagai masyarakat, bagian dari bangsa Indonesia memiliki pondasi yang sangat kuat dengan kebudayaan yang kita miliki, karena adanya kebudayaan menjadikan kita sebagai makhluk beradab," ujarnya.

Lebih lanjut menurut Yularti, lemahnya peran pemuda dalam menjaga dan melestarikan seni dan budaya daerah masing-masing bisa dilihat dari trend gaya hidup yang banyak budaya modern yang kebarat-baratan, sehingga mereka kurang mengenal budaya daerah sendiri apalagi bisa ikut mempelajari dan melestarikannya.

"Melalui Kongres Budaya ini diharapkan para pemuda akan mengenal seni budaya sendiri, sehingga melahirkan kesadaran melestarikan seni dan budaya," sambungnya.

Selain itu untuk mencegah pengakuan budaya milik sendiri oleh negara lain, pemuda memiliki rasa bangga akan budayanya mengenalkan keragaman budaya pada masyarakat luar pada dunia.

Yularti menegaskan, generasi muda adalah harapan masa depan bangsa, calon pemimpin masa depan, oleh karena itu di pundak generasi muda lah nasib bangsa ini dipertaruhkan.

"Suatu bangsa apabila generasi mudanya memiliki kualitas yang unggul dan semangat kuat memajukan budaya daerah yang didasari dengan keimanan dan akhlak mulia, maka bangsa itu akan besar," tandasnya.