Telaga Merdada, Penyelamat Petani Kentang Dieng di Tengah Kekeringan

Share this Post:
Standard Post with Image

Wonosobonews.com - Ratusan petani kentang di dataran tinggi Dieng, terutama di Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, kini tengah menghadapi tantangan kekeringan yang meluas.

Sebagai langkah untuk mengatasi kondisi ini, para petani terpaksa memanfaatkan pompa untuk menarik air dari Telaga Merdada guna mengairi lahan pertanian mereka, yang berjarak sekitar 500 meter hingga 1 kilometer dari telaga tersebut.

Agus, seorang petani berusia 45 tahun, menjelaskan bahwa para petani di Desa Karangtengah dan sekitarnya selama ini mengandalkan curah hujan sebagai sumber utama irigasi. Sebagian lainnya biasanya memanfaatkan air dari mata air di sekitar wilayah tersebut. Namun, Agus mengungkapkan bahwa selama musim kemarau seperti saat ini, ia telah memanfaatkan air dari Telaga Merdada selama kurang lebih dua bulan untuk menyuplai kebutuhan air bagi tanaman kentangnya.

Pompa air milik Agus dipasang di tepi telaga dan dioperasikan setiap hari dari pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Air yang disedot kemudian disalurkan ke lahan pertaniannya yang luasnya sekitar 0,5 hektar melalui pipa.

Menurut Agus, jarak antara lahan pertaniannya dan Telaga Merdada mencapai satu kilometer.

Meskipun kondisi ini meningkatkan biaya operasional, Agus menambahkan bahwa hasil panen pada musim kemarau seringkali lebih baik dibandingkan dengan musim hujan. Oleh karena itu, ia merasa bahwa pengeluaran tambahan tersebut sebanding dengan hasil yang diperoleh. Setiap hari, ia membutuhkan sekitar 10-11 liter bensin untuk menjalankan pompa airnya.

Komarun, seorang petani berusia 51 tahun, juga menyampaikan pengalaman serupa. Ia menjelaskan bahwa dirinya harus memompa air dari Telaga Merdada untuk mengairi lahan pertaniannya yang berjarak sekitar 500 meter dari sumber air tersebut. Komarun mengatakan bahwa tanpa penyiraman, tanaman akan mati, sehingga pemompaan air ini menjadi solusi yang hanya digunakan saat musim kemarau karena Telaga Merdada menjadi satu-satunya sumber air yang dapat diandalkan.

Ia juga menambahkan bahwa ratusan petani biasanya mulai menghidupkan pompa air mereka yang berada di tepi telaga sejak pukul 04.00 WIB, dengan waktu operasional hingga pukul 17.00 WIB.

Share this Post: