Wonosobonews.com - Saya tinggal di Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, sebuah daerah yang dikelilingi oleh Waduk Wadaslintang. Mungkin belum banyak yang tahu, karena daerah ini memang kurang terkenal dibandingkan Dieng. Wadaslintang terletak sekitar 37 kilometer di barat daya dari pusat Kota Wonosobo dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kebumen. Dibutuhkan waktu sekitar 30-40 menit berkendara dengan sepeda motor untuk sampai ke pusat Kota Wonosobo.
Sebagai daerah perbatasan yang jauh dari pusat kota, Wadaslintang memiliki beberapa masalah. Yang paling terlihat adalah jalan yang rusak, sulitnya akses pendidikan, serta berbagai persoalan administratif karena jaraknya yang jauh dari pusat kota. Selain itu, hiburan di daerah ini juga sangat terbatas.
Inilah mengapa Pertigaan Wadaslintang menjadi begitu penting bagi warga sekitar. Pertigaan ini perlahan menjadi pusat kehidupan bagi warga Wadaslintang dan daerah perbatasan Wonosobo-Kebumen lainnya.
Meskipun Kecamatan Wadaslintang tidak memiliki alun-alun, hal ini bukan masalah besar karena kami memiliki Pertigaan Wadaslintang. Seperti pusat kota, segala kebutuhan dapat ditemukan di sana. Tidak heran jika pertigaan ini selalu ramai pengunjung, terutama warga dari perbatasan Kabupaten Wonosobo-Kebumen seperti Desa Kaligowong, Padureso, atau Sendang Dalem.
Selain sebagai tempat hiburan bagi warga, pertigaan ini juga menjadi lokasi beberapa kegiatan besar khas kabupaten seperti lomba 17-an, pertunjukan kesenian daerah, hingga upacara bendera. Acara-acara tersebut biasanya diadakan di lapangan yang terletak di pinggir jalan dekat pertigaan.
Setiap hari, Pertigaan Wadaslintang selalu ramai. Di pagi hari, tempat ini dipenuhi anak sekolah dan orang yang pergi ke pasar. Di sore dan malam hari, tempat ini ramai dengan anak muda yang ingin nongkrong, cukur rambut, atau sekadar membeli martabak di depan polsek.
Pertigaan Wadaslintang juga menjadi tempat favorit bagi pemudik dan perantau. Banyak orang memilih untuk turun atau menunggu bus dan jemputan di pertigaan ini. Terutama saat lebaran dan libur panjang, bus atau travel sering menaikkan dan menurunkan penumpang di sini.
Bagi warga perbatasan Wonosobo-Kebumen, Pertigaan Wadaslintang memang strategis. Selain menjadi pusat keramaian, pertigaan ini juga terletak di Jalan Raya Prembun, salah satu jalur utama menuju Wonosobo atau pusat Kota Kebumen. Memang ada jalur lain, tetapi Jalan Raya Prembun lebih besar dan lebih baik.
Pertigaan ini juga menjadi pusat perputaran ekonomi bagi Wadaslintang dan sekitarnya. Banyak warga perbatasan Wonosobo dan Kebumen yang bergantung pada pertigaan ini untuk mencari nafkah, mulai dari tukang ojek, pedagang martabak, tukang cukur rambut, hingga penjual bensin. Masyarakat sekitar juga merasa terbantu karena mereka memiliki tempat untuk refreshing tanpa harus pergi ke kota.
Menurut saya, Pertigaan Wadaslintang adalah tempat yang luar biasa. Bayangkan saja, tempat kecil dengan jalan yang rusak dan terlihat biasa ternyata sangat membantu masyarakat sekitar. Selama saya hidup, Pertigaan Wadaslintang selalu memiliki tempat khusus di hati saya, karena tempat ini memungkinkan saya merasakan banyak hal yang tidak bisa saya dapatkan di desa.