Lotek Brukmenceng, Kuliner Legendaris di Wonosobo

Share this Post:
Standard Post with Image

Wonosobonews.com - Di pusat kota Wonosobo, ada kuliner legendaris bernama Lotek Brukmenceng yang terkenal hingga ke luar kota dan menjadi favorit banyak pejabat. Warung ini berlokasi dekat Alun-Alun Kota Wonosobo.

Warung ini awalnya dikelola oleh Mbah Jami yang mulai berjualan lotek sejak tahun 1965. Meskipun kini sudah lanjut usia, Mbah Jami masih tampak sehat dan ramah menyapa para pembeli. Ia bercerita bahwa dirinya berjualan lotek hingga tahun 2013, sebelum kemudian diteruskan oleh anak-anaknya.

"Waktu itu saya pergi umroh. Waktu tahun 2018 saya jatuh. Terus tangan saya putus. Sejak saat itu saya nggak bisa berjualan lagi," ungkap Mbah Jami.

Lokasi warung Lotek Brukmenceng sangat strategis, hanya lima menit berkendara dari Alun-Alun Kota Wonosobo. Nama "Brukmenceng" berasal dari posisi warung yang berada di dekat jembatan (bruk) yang tidak lurus atau "menceng" dalam bahasa setempat.

Meskipun kini dikelola oleh anak dan cucu Mbah Jami, cita rasa loteknya tetap terjaga. Bumbu lotek yang kental dibuat dalam cobek besar, mempertahankan kualitas dan rasa yang sama sejak awal warung berdiri. Setiap harinya, warung ini bisa menjual hingga 200 piring lotek, belum termasuk rujak, minuman, dan gorengan lainnya. Harga satu porsi lotek dibanderol Rp15.000.

Pelanggan Lotek Brukmenceng berasal dari berbagai kalangan, mulai dari anak sekolah, pegawai kantor, pedagang, hingga pejabat seperti Bupati Wonosobo Arif Nurhidayat. "Dulu waktu masih jadi anggota dewan saya sering ke sini sama teman-teman. Tapi sudah tiga tahun ini mau ke sini waktunya belum ada. Dan Alhamdulillah saya ke sini bersama para caleg terpilih untuk ngobrol ngalor ngidul," kata Bupati Arif.

Lotek di warung ini disajikan segar dengan berbagai bahan sayuran seperti kubis, kacang panjang, kecambah, bayam, timun, tahu, dan ketupat yang selalu dijaga kesegarannya. Ada juga es buah, rujak, dan gorengan yang menjadi pelengkap.

Saat warung ramai, antrean bisa mencapai lebih dari 20 bungkus, namun anak dan cucu Mbah Jami sudah terlatih untuk melayani pelanggan dengan cekatan. "Biarpun saya sudah nggak jualan, saya tetap berdoa supaya anak cucu saya jualannya laris, dapat rezeki yang tidak kurang," tutup Mbah Jami.

 

Share this Post: