Wonosobonews.com - Pada acara Kick Off Program Makan Bergizi untuk Anak Sekolah yang diselenggarakan pada hari Jumat, 8 November 2024, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah memperkenalkan sebuah inovasi yang menggabungkan gaya hidangan spaghetti dengan bahan baku yang sepenuhnya berasal dari Wonosobo. Program ini bertujuan untuk mengenalkan variasi pangan bergizi sambil tetap mengandalkan sumber daya lokal yang mudah dijangkau dan kaya akan nilai gizi.
Menurut Plt. Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, pemberian nama "spaghetti" pada menu ini bertujuan untuk menarik perhatian anak-anak, mengingat popularitas makanan bergaya modern yang sering dikaitkan dengan tren luar negeri. "Dinas Kesehatan itu memberikan nama spaghetti. Spaghetti tapi mengandungnya dari lokal, bahan-bahan bakunya semua dari lokal. Tapi memang karena ini kan tren anak-anak sekarang. Jadi kalau spaghetti, chicken atau apa itu lebih menarik dari pada opor," ujar Muhammad Albar.
Yunita D. Suminar, perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, menegaskan bahwa meski nama yang digunakan adalah spaghetti, semua bahan yang digunakan sepenuhnya berasal dari Wonosobo. "Tadi kalau kita lihat spageti itu tapi bahannya dari lokal. Jadi dari Wonosobo sendiri, nggak jauh-jauh, bukan dari Amerika," jelasnya.
Program ini diluncurkan sebagai bagian dari upaya Dinas Kesehatan untuk mendiversifikasi sumber pangan bagi anak-anak sekolah di Wonosobo. Tujuannya adalah untuk mengenalkan sumber karbohidrat selain nasi, yang hingga saat ini masih menjadi makanan pokok utama masyarakat. Yunita menambahkan, "Anak-anak itu harus diberikan keberagaman. Sebetulnya kan ada diversifikasi pangan ya, Jadi gak harus nasi aja. Dia boleh kentang, boleh jagung."
Selain itu, program ini juga bertujuan untuk mengedukasi anak-anak tentang pentingnya keberagaman makanan bergizi, di luar kebiasaan mengonsumsi nasi saja. Yunita menekankan bahwa ada banyak pilihan karbohidrat lokal yang kaya nutrisi, seperti kentang dan jagung, yang juga dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anak. "Yang penting dia karbohidrat. Tapi kan spaghetti dari luar negeri. Itu kan judulnya. Yang penting bahannya dari kita," kata Yunita.
Dengan mengadaptasi hidangan spaghetti menggunakan bahan lokal, program ini berupaya menarik minat anak-anak yang lebih familiar dengan makanan modern atau internasional. Muhammad Albar menyatakan, "Anak-anak sekarang kan lebih tertarik dengan nama spaghetti, chicken, atau makanan-makanan yang terkesan luar negeri. Kalau dibilang opor, mungkin kurang menarik."
Yunita juga berbagi pandangan menarik tentang kemungkinan diversifikasi pangan dengan inspirasi dari makanan lokal lainnya. "Bahkan kalau di timur kan papeda ya. Langsung naik gembus tekan Amerika juga bisa loh. Tempe itu di Jepang disukai gitu, gak apa-apa," ujarnya.
Lebih dari sekadar mengenalkan variasi makanan, Dinas Kesehatan juga menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang untuk anak-anak. Hidangan "spaghetti" lokal ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi harian anak-anak, mencakup karbohidrat, protein hewani dan nabati, buah, serta sayuran. "Yang penting anak-anak itu tercukupi nilai gizinya. Ada usul karbohidrat, protein hewani, protein nabati, buah, sayur, dan itu aja," tambah Yunita.
Dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, program ini diharapkan tidak hanya mendiversifikasi pola makan anak-anak, tetapi juga berkontribusi dalam menanggulangi kemiskinan ekstrem di Wonosobo, melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada di daerah tersebut. Program ini mencerminkan sinergi antara kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi lokal untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda Wonosobo.