Wonosobonews.com - Baru-baru ini, Biro Standardisasi dan Instrumentasi Pertanian (BSIP) Jawa Tengah, Komisi IV DPR RI, dan Dinas Peternakan dan Perikanan Wonosobo menyelenggarakan lokakarya Bimbingan Teknis (Bimtek) standardisasi.
Diselenggarakan di Gor Desa Kajeksan dan dihadiri oleh 100 peternak domba dari Kabupaten Leksono dan Sukoharjo, acara pada Jumat, 13 Oktober 2023 ini berupaya untuk menjamin peningkatan dan standarisasi peternakan domba lokal di Wonosobo.
Vita Ervina, yang secara resmi dibuka dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) baru-baru ini, adalah tentang komitmennya yang tidak goyah untuk memajukan semua aspek terkait peternakan domba di wilayah Wonosobo.
Vita Ervina percaya kuat bahwa pengembangan peternakan Domba ini dapat memberi dorongan besar bagi perekonomian masyarakat setempat. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana caranya? Jawabannya, menurutnya, adalah melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai pola peternakan domba yang baik dan efektif.
Pandangan Vita Ervina tentang bagaimana pengembangan peternakan Domba bisa berkontribusi positif terhadap perekonomian masyarakat setempat. Vita percaya bahwa dengan pengetahuan yang tepat tentang cara memelihara Domba, hasil yang diperoleh bisa maksimal dan berdampak signifikan pada peningkatan ekonomi.
Heri Prasetya, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Departemen Pertanian dan Perikanan Wonosobo. Ia memainkan peran penting dalam industri peternakan saat ini memimpin salah satu inisiatif penting penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk 'Domba Wonosobo,' jenis domba asli daerah ini. Upaya ini melibatkan kerjasama dengan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah serta BSIP.
Standarisasi ini bertujuan agar karakteristik Domba Wonosobo dapat terjaga dengan baik. Hal ini juga membantu masyarakat untuk memahami karakteristik Domba dan mencegah pencampuran dengan ternak yang tidak sesuai standar.
"Ciri-ciri Domba Wonosobo termasuk bulu yang tebal, muka yang cembung, kuping yang maju ke depan kecil, dan ekor yang runcing ke belakang. Semua ini harus dipertahankan untuk memenuhi standar karakteristik Domba Wonosobo, dan dengan demikian, standarisasi ini akan meningkatkan nilai jual Domba Wonosobo," kata Heri.
Perkembangan fenomenal Domba Wonosobo selama beberapa tahun terakhir, jika kita melihat kembali ke tahun 2016, populasinya hanya berjumlah sekitar 2900 ekor. Namun, kurun waktu tujuh tahun telah mengubah angka ini secara drastis dengan total populasi yang mencapai 9000 ekor di tahun 2023.
Lebih menarik lagi, tidak hanya jumlah populasi yang mengalami lonjakan, tetapi juga nilai pasar domba, terutama domba kategori dara, yang telah mencapai kenaikan drastis menjadi 5-8 juta rupiah pasca Kontes Domba 2019.
"Selain sebagai hewan pedaging, bulu Domba juga dimanfaatkan untuk berbagai produk, seperti pakaian, dompet, tas, dan sepatu," tambah Heri.
Kepala Desa Kajeksan, Sumarnotoso, juga mengungkapkan minat masyarakat di desanya terhadap pemeliharaan Domba Wonosobo.
“Domba Wonosobo memiliki banyak manfaat, termasuk pakan ternak yang melimpah, serta dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi petani. Selain itu, Domba juga dianggap sebagai pekerjaan sampingan yang menjanjikan, terutama di wilayah yang mayoritas petani salak,” ucap Sumarnotoso.
“Melalui Bimtek ini dan upaya standarisasi, masyarakat di Wonosobo diharapkan dapat terus mengembangkan dan memanfaatkan potensi peternakan Domba dengan lebih baik, sekaligus menjaga keaslian karakteristik Domba Wonosobo sebagai ciri khas daerah ini,” pungkasnya.