Wonosobonews.com - Tanah bergerak yang terjadi di jalur utama penghubung Kaliwiro dan Wadaslintang melalui Desa Medono, Kaliwiro, Wonosobo terus menunjukkan perkembangan mengkhawatirkan. Retakan tanah yang awalnya kecil kini semakin melebar dalam beberapa hari terakhir, menimbulkan dampak serius pada infrastruktur dan akses warga.
Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Relawan Penanggulangan Bencana (RPB) SAR Kecamatan Kaliwiro, Habib, yang menyatakan bahwa tanah bergerak pertama kali terpantau pada Sabtu, 14 Desember 2024 lalu. Hingga saat ini, pihaknya bersama masyarakat masih melakukan pemantauan intensif untuk mengantisipasi pergerakan susulan.
"Masih kita pantau melalui tim dan laporan dari masyarakat secara intens barangkali terjadi tanah bergerak susulan kita sudah lebih siap," ujar Habib.
Habib menjelaskan bahwa retakan yang muncul kini telah mencapai panjang 60 meter dengan kedalaman hingga 1 meter. Lebarnya bervariasi, antara 5 hingga 20 cm. Kondisi ini diperparah dengan kabel jaringan PLN yang terputus, pohon tumbang, serta beberapa bangunan dan ruko yang mengalami keretakan dan amblas.
Kondisi jalan utama juga semakin memburuk akibat tanah yang terus bergerak, memicu jalan amblas di beberapa titik. Menurut Habib, jalur ini masuk dalam zona merah bencana tanah gerak karena selama empat tahun terakhir, fenomena serupa telah terjadi lima kali.
Untuk meminimalisasi dampak, RPB SAR Kaliwiro bersama masyarakat setempat melakukan tindakan darurat berupa penimbunan jalan yang amblas dengan pasir dan batu. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi risiko aliran air yang masuk ke dalam retakan, yang dapat memperparah situasi.
Namun, Habib menegaskan bahwa jalur tersebut belum bisa dilalui kendaraan roda empat dengan muatan berat demi menjaga keamanan.
Diketahui, pemerintah daerah sempat memperbaiki jalur tersebut pada tahun 2023 dengan melakukan pengaspalan. Namun, karena lokasi ini merupakan area rawan tanah bergerak, jalan kembali mengalami kerusakan.
"Hasil pemantauan hari ini (kemarin, Red) menunjukkan bahwa pergerakan tanah masih berlangsung, dengan retakan yang melebar dan jalan yang semakin parah amblas," tandas Habib.
Koordinasi antara RPB SAR Kaliwiro, Forkompincam Kaliwiro, dan masyarakat terus dilakukan secara berkala. Upaya ini dilakukan untuk memastikan respons cepat dalam menangani situasi yang semakin memburuk.
Sementara itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada, menghindari penggunaan jalur tersebut jika tidak mendesak, dan selalu melaporkan perkembangan situasi ke pihak terkait. Tanah bergerak ini menjadi pengingat pentingnya penanganan serius terhadap bencana di wilayah rawan seperti Kaliwiro.