Siti Mua'wamah Sukses Ekspor Gula Semut Gondowulan Meski Hadapi Tantangan Infrastruktur

Share this Post:
Standard Post with Image

Wonosobonews.com - Di tengah keterbatasan fasilitas dan akses yang belum memadai, Siti Mua'wamah, warga Desa Gondowulan, Kecamatan Kepil, telah membuktikan bahwa semangat kewirausahaan mampu menembus pasar internasional. Bermula dari kegiatan sederhana membeli gula cetak dari petani, kini gula semut buatan Siti rutin diekspor ke Amerika Serikat, menjadikannya contoh inspiratif bagi banyak pelaku usaha mikro.

Dalam kunjungan yang dilakukan oleh Wakil Bupati Wonosobo pada 29 November 2024, Siti berbagi cerita mengenai perjalanan panjangnya membangun usaha gula semut yang dimulai pada 2016. “Awal-awal buat, saya itu habis sekitar 5 kwintal agar bisa jadi gula semut yang sesuai dengan yang diharapkan,” tuturnya, mengenang perjuangannya di masa-masa awal.

Siti sempat menjalin kemitraan dengan perusahaan di Purworejo hingga 2018 sebelum memutuskan untuk berjuang mandiri. Keputusan ini diambil meski dengan tantangan besar, termasuk keharusan untuk memulai sertifikasi organik dengan modal pribadi. “Saat itu kita dipaksa untuk mandiri, karena perusahaan yang ada di Purworejo itu tengah mengalami kelesuan,” ujarnya.

Meskipun pandemi COVID-19 sempat menggoyahkan bisnisnya, Siti tidak menyerah. Ia beradaptasi dengan mengalihkan fokus ke pasar lokal dan memperkenalkan produk inovatif seperti gula jahe. “Kami tidak bisa berhenti, karena ada tanggung jawab kepada para pekerja. Mereka ini tulang punggung keluarga,” jelasnya.

Pada 2021, kerja keras Siti membuahkan hasil. Berkat dukungan PT BTF Big Tree Farm, sebuah perusahaan di Sukoharjo, ia berhasil mendapatkan sertifikasi organik internasional yang diakui oleh lembaga di Belanda. Sertifikasi ini memastikan bahwa produk gula semutnya memenuhi standar global, sebuah pencapaian yang penting untuk membuka peluang ekspor yang lebih luas. “Sertifikasi organik itu penting untuk memastikan kualitas produk kami benar-benar terjaga dan aman dikonsumsi,” kata Siti.

Sejak mendapatkan sertifikasi tersebut, permintaan terhadap gula semut produksinya terus meningkat. Setiap minggu, Siti mengirimkan dua kali pengiriman, masing-masing dengan volume 2 ton. “Dalam satu minggu, kita kirim dua kali. Setiap satu kali pengiriman itu harus 2 ton,” ungkapnya.

Meski sukses menembus pasar internasional, Siti menghadapi tantangan besar dalam menjaga kualitas dan standar organik. Salah satunya adalah pengawasan terhadap lahan petani mitra yang sering kali ditanami tanaman non-organik seperti cabai. “Kadang lahan yang sudah terdaftar organik malah ditanami cabai, yang jelas tidak organik. Ini harus kami kontrol dengan sistem Internal Control System (ICS),” katanya.

Selain itu, Siti juga menghadapi keterbatasan infrastruktur yang menghambat distribusi produknya. Akses jalan menuju desanya yang sempit seringkali menjadi kendala utama dalam pengiriman barang. “Kami ini berada di daerah yang cukup terpencil. Jalannya masih sempit, distribusi jadi terhambat. Padahal, usaha ini potensial untuk menopang ekonomi masyarakat,” keluhnya.

Dengan upaya yang tak kenal lelah, Siti kini mempekerjakan 15 orang, terdiri dari 12 ibu-ibu yang terlibat dalam produksi, dua bapak-bapak di bagian oven, dan satu orang muda di bagian penyaringan. Selain itu, lebih dari 430 petani dari delapan desa kini menjadi mitra produksi dalam usaha gula semut Siti. “Kalau yang jadi mitra kita sekarang sudah ada 430 petani dari 8 desa yang kita libatkan diproses ini,” jelasnya.

Wakil Bupati Wonosobo, Muhammad Albar, yang turut mengunjungi Siti, menyampaikan apresiasi atas upaya Siti dalam memberdayakan masyarakat desa. “Orang-orang seperti Bu Mua’wamah ini harusnya sudah mendapat perhatian dari pemerintah, karena telah mampu ikut berkontribusi dalam menggerakkan ekonomi di desanya,” ujarnya.

Siti berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian lebih pada usaha kecil seperti miliknya, terutama dalam hal penyediaan teknologi dan infrastruktur. Menurutnya, alat modern akan sangat membantu meningkatkan efisiensi produksi dan memenuhi permintaan yang semakin besar. “Semua masih manual. Kalau ada alat yang memadai, saya yakin bisa memenuhi permintaan perusahaan, bahkan mungkin bisa ekspor sendiri,” harapnya.

Dengan segala tantangan yang ada, Siti tetap berkomitmen untuk mengembangkan usahanya dan percaya bahwa gula semut produksinya tidak hanya dapat mendukung perekonomian desa Gondowulan, tetapi juga memberi dampak positif bagi kesejahteraan petani dan masyarakat secara keseluruhan.

Share this Post: