Tradisi Baritan di Desa Maron, Wujud Syukur dan Pelestarian Budaya

Share this Post:
Standard Post with Image

Wonosobonews.com - Desa Maron, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, kembali menggelar tradisi Baritan yang ketiga dengan tema "Sangkan Paraning Dumadi." Puluhan bucu ingkung dan gunungan dipersembahkan sebagai wujud syukur dalam perayaan tahunan ini.

Baritan merupakan tradisi tasyakuran yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar Telaga Menjer. Acara ini dimulai dengan tasyakuran di beberapa sumber mata air, kemudian dilanjutkan dengan unduh-unduhan atau festival bersama seluruh warga desa. Perayaan ini ditutup dengan pentas seni dan pengajian di sekitar Telaga Menjer.

"Ini agenda tahunan, tapi kita rayakan dalam skala besar dua tahun sekali, tahun ini kita gelar dengan tema yang berbeda, yang disimbolkan dalam bentuk gunungan," ujar Muaris, Ketua Panitia Baritan 3, Desa Maron Garung.

Muaris menjelaskan bahwa tradisi Baritan telah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Maron. Biasanya, tasyakuran dilakukan di dusun masing-masing, namun kali ini seluruh warga desa bersatu dalam perhelatan besar yang melibatkan semua lapisan masyarakat.

Dengan tema "Sangkan Paraning Dumadi," perayaan ini bertujuan untuk mengingatkan asal-usul manusia, serta sejarah dan tradisi desa. Tema ini juga berfungsi untuk membumikan kebiasaan baik yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, sekaligus sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas rezeki yang telah diterima.

"Kita lakukan di bulan Suro atau tahun baru hijriah sebagai wujud syukur kita atas limpahan rezeki yang tuhan berikan. Wujudnya dalam hasil bumi yang kita terima selama ini," tambah Muaris.

Pada perayaan ini, setidaknya ada 46 gunungan yang dibawa oleh warga desa, di mana setiap Rukun Tetangga (RT) diminta untuk membawa hasil bumi yang telah mereka panen. Muaris berharap tradisi Baritan ini tidak hanya menjadi agenda rutin, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik regional maupun nasional.

 

Share this Post: