Wonosobonews.com - Kondisi armada pemadam kebakaran (damkar) di Kabupaten Wonosobo dinilai memprihatinkan. Dari tiga kendaraan pemadam yang tersedia, dua di antaranya sudah tua dan sering mengalami kerusakan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemadam Kebakaran BPBD Wonosobo, Musyafak, dalam keterangannya baru-baru ini.
Musyafak menjelaskan bahwa BPBD Wonosobo saat ini memiliki lima kendaraan operasional. Tiga di antaranya adalah kendaraan khusus pemadaman, sementara satu unit digunakan sebagai ambulans, dan satu lagi merupakan mobil tangki air. "Dua unit kendaraan pemadam kami sudah keluaran tahun 2005. Usianya jelas sudah tua dan sering mengalami masalah teknis. Hanya satu unit yang kondisinya masih layak karena dibeli tahun 2019 lalu," kata Musyafak, Kamis (18/10/2024). Hanya satu kendaraan yang masih layak digunakan, yakni yang dibeli pada 2019.
Musyafak menegaskan bahwa penambahan armada sangat mendesak. "Saat ini, respon time yang diminta dari laporan diterima hingga tim tiba di lokasi ditargetkan maksimal 15 menit. Namun, kondisi kendaraan yang sering macet dan keterbatasan perawatan rutin memperlambat penanganan, terutama di wilayah yang jauh dari pusat kota,"
Statistik menunjukkan bahwa kebakaran di Wonosobo cukup tinggi. Dari Januari hingga September 2024, tercatat hampir 60 kasus kebakaran, angka yang kemungkinan lebih tinggi jika memperhitungkan kejadian yang tidak dilaporkan. “Jumlah itu baru yang terlaporkan ke kita, kalau ditambah dengan yang tidak masuk mungkin angkanya sudah lebih dari 80 kejadian," tambahnya. Dengan meningkatnya jumlah kebakaran, penambahan kendaraan damkar akan sangat membantu efisiensi dan kecepatan tim dalam menangani kejadian.
Selain kendaraan, Musyafak menilai pentingnya pembangunan pos pemadam kebakaran di wilayah strategis. Saat ini, hanya ada satu pos damkar di Wonosobo. Idealnya, dua pos tambahan perlu dibangun di eks-kewedanan Sapuran dan Kaliwiro. "Kalau ada pos di Sapuran, kami bisa lebih cepat menjangkau Kecamatan Kepil, Kalikajar, dan Kertek. Begitu juga di Kaliwiro untuk wilayah Kalibawang dan Wadaslintang," jelas Musyafak.
Meskipun BPBD Wonosobo telah dua kali mengajukan penambahan armada, proposal ini belum terealisasi. "Pada 2023 dan 2024, kami dijanjikan dapat tambahan satu unit. Tapi, akhirnya batal," ucapnya dengan kecewa. Ia menegaskan bahwa layanan pemadam kebakaran adalah layanan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah.
Dengan kondisi geografis Wonosobo yang menantang dan padatnya lalu lintas, Musyafak menilai idealnya Wonosobo memiliki enam unit kendaraan pemadam yang siap operasional. "Saat ini baru ada tiga unit untuk pemadaman. Kami butuh tambahan tiga lagi agar setiap pos bisa siap bergerak cepat," ujarnya. Sebagai perbandingan, Musyafak menyebut Kabupaten Temanggung yang memiliki 15 unit kendaraan damkar yang tersebar di tiga pos.
Mengakhiri keterangannya, Musyafak berharap pemerintah segera mengalokasikan anggaran untuk penambahan armada. "Masyarakat butuh layanan cepat, dan kami berkomitmen memberikan yang terbaik meski dengan segala keterbatasan," tutupnya.